NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romantis / Teman lama bertemu kembali / Ibu susu / Office Romance / Ayah Darurat
Popularitas:99.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Aku Akan Menemukanmu

Pagi datang dengan sinar matahari yang menembus tirai apartemen. Setelah tidur panjang, tubuh Stasia terasa segar kembali. Pagi itu ia menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya dan Ares. Aroma roti panggang dan telur hangat memenuhi ruangan kecil itu.

Begitu semua makanan tersaji rapi di meja, Stasia melangkah ke kamar Ares. Ia membuka pintu perlahan, mendapati bocah itu sudah duduk di kasurnya dengan mata yang masih sayu.

“Pagi, sayangnya Mama,” sapa Stasia lembut.

“Pagi, Mama…” jawab Ares dengan suara serak khas anak baru bangun tidur.

“Tidurnya nyaman? Betah nggak di apartemen baru kita?” tanya Stasia sambil tersenyum.

“Nyaman, Ma. Tapi Ares masih ngantuk,” gumamnya sambil menguap lebar.

Stasia terkekeh kecil. “Sudah waktunya bangun, Sayang. Hari ini Mama mau jenguk adik bayi di rumah sakit. Ares mau Mama tinggal di rumah?”

Mata Ares langsung terbuka lebar. “Adik bayi?”

“Iya.” Stasia mendekat, mengusap pipi chubby anak itu. “Baby-nya Dady Andre masih dirawat di rumah sakit. Jadi Mama mau menjenguk ke sana.”

“Oh… baby itu adiknya Ares?”

“Betul. Adik Ares. Nanti kalau sudah besar, bisa jadi teman main bola buat Ares.”

Mata Ares berbinar penuh semangat. “Ares mau ikut, Ma!” serunya.

“Boleh ikut,” jawab Stasia, tersenyum geli. “Tapi harus mandi dulu. Masak mau ketemu adik bayi tapi badan Kakak Ares bau asem?”

Ares terdiam sejenak, lalu tersenyum bangga. “Kakak Ares? Mama panggil Ares kakak?”

“Nanti kalau adik sudah bisa bicara, adik pasti panggil kamu Kakak Ares,” ujar Stasia, mencubit pelan pipinya.

“Wah… Ares jadi kakak!” teriaknya riang.

“Ares senang?”

“Iya, senang sekali, Ma!”

“Kalau begitu, Kakak Ares harus cepat mandi.”

“Siap, Mama!” Ares berdiri tegap, memberi hormat dengan wajah lucu. Lalu berlari kecil ke kamar mandi, meninggalkan Stasia yang terkekeh sambil menggeleng.

Sambil menunggu, Stasia merapikan tempat tidur dan menyiapkan pakaian yang akan dipakai Ares. Setelah semua siap, ia berganti pakaian, lalu mengajak Ares sarapan bersama.

“Terima kasih sarapannya, Ma,” ucap Ares manis.

“Sama-sama, Sayang,” jawab Stasia sambil mengusap kepalanya.

Usai membereskan meja makan, mereka turun ke lobi apartemen, menghampiri taksi yang sudah dipesan. Perjalanan menuju rumah sakit terasa riang, dipenuhi celotehan Ares yang tak ada habisnya.

“Mama, nanti Ares sekolah juga di sini?” tanyanya penasaran.

“Tentu, Sayang. Dady sedang membantu Mama mencarikan sekolah yang bagus. Besok, katanya, Dady mau antar Ares lihat sekolah baru.”

Ares berpikir sejenak, lalu bertanya lagi, “Kalau di sini, teman-teman Ares bakal baik kayak teman-teman di Paris, nggak?”

Stasia tersenyum, menatap wajah kecil yang begitu polos itu. Ia lalu mengusap lembut pipi Ares. “Ingat apa yang pernah Mama bilang? Di mana pun, ada orang baik dan ada juga yang tidak baik. Paris atau Indonesia sama saja, Nak. Tugas Ares adalah pintar menjaga diri. Kalau ada yang bersikap baik, balaslah dengan kebaikan. Kalau ada yang tidak suka sama Ares, jangan pedulikan, jangan sampai terpengaruh. Mengerti, Sayang?”

Ares mengangguk mantap. “Mengerti, Mama.”

“Anak pintar.” Stasia tersenyum, lalu mengusap puncak kepala bocah itu dengan sayang.

***

“Dam, nggak ke kantor?” tanya Wulan pada saudara kembarnya sambil menimang bayinya yang baru selesai menyusu.

“Iya, hari ini masuk agak siangan. Aku mau bereskan beberapa dokumen dulu. Ada staf dari Paris dan London yang dipindah ke sini,” jawab Damar sambil merapikan jasnya.

“Kenapa mereka dipindah ke Jakarta?” tanya Wulan, masih menggendong bayinya penuh kasih.

“Kita butuh menyatukan ide dan menyesuaikan program dari semua cabang. Termasuk cabang Paris dan London—mereka makin besar, jadi perlu sinkronisasi langsung.”

“Oh begitu… trus, kapan staf barunya datang?”

“Tiga hari lagi. Katanya ada yang sudah sampai Indonesia, tapi masih ngurus kepindahan anaknya sekolah.”

“Wah, berarti udah nggak single,” celetuk Wulan sambil tersenyum nakal.

Damar langsung mengernyit. “Memang kenapa?”

“Ya siapa tahu kalau masih single bisa jadi jodohmu,” sahut Wulan enteng.

“Gak usah ngaco.”

“Ngaco apanya, Dam.” Wulan mendengus. “Sudah waktunya kamu move on. Masa hampir sebelas tahun nggak bisa juga?”

“Apa sih, Lan…” Damar menghela napas berat.

“Kamu tahu siapa yang aku maksud. Masih susah banget, ya, melupakan dia?” suara Wulan melembut, tapi tajam menusuk.

Damar terdiam. Tak ada jawaban. Hanya tatapan kosong yang menandakan kenyataannya—ia memang belum bisa melupakan seseorang. Seseorang yang sudah lama pergi, entah di mana, entah bagaimana kabarnya sekarang.

Tok! Tok! Tok!

Pintu terbuka, seorang suster masuk dengan senyum ramah. “Permisi, Bu Wulan. Adik bayi mau saya ambil untuk dimandikan.”

“Baik, Suster.” Wulan menyerahkan bayinya dengan hati-hati. Setelah menerima si kecil, suster pun keluar ruangan.

Damar bangkit berdiri, meraih tas kerjanya. “Aku ke kantor sekarang.”

“Lho, bukannya kamu bilang masuk siangan?” tanya Wulan heran.

“Aku pikir lebih baik segera selesaikan semua pekerjaan.”

Wulan menatapnya tajam. “Bukan karena mau menghindari pembahasan soal Stacy, kan?”

Damar menghela napas kasar. “Bukan. Aku memang harus pergi.”

“Ya sudah, pergilah. Sebentar lagi Mama juga pasti datang,” ucap Wulan akhirnya, sambil menggeleng pelan melihat sikap saudara kembarnya itu.

***

Di lobi rumah sakit, Damar berdiri santai, menunggu asistennya yang akan menjemput. Matanya menyapu sekeliling, sekadar mengisi waktu. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti.

Pandangan itu menangkap sosok yang begitu dikenalnya—sosok yang selama ini ia tunggu, yang tak pernah benar-benar hilang dari pikirannya.

Wanita itu.

Dengan penampilan lebih dewasa, ia berjalan anggun, segelas kopi di tangan kanannya. Rambutnya tergerai indah, tatapannya tenang, seolah dunia di sekitarnya tak sanggup menggoyahkan langkahnya.

Damar terpaku. Dadanya bergetar hebat. Tidak mungkin…

Saat wanita itu masuk ke dalam lift, barulah kesadarannya kembali. Spontan ia bergegas, berusaha menyusul. Namun pintu lift lebih cepat menutup sebelum ia berhasil sampai.

“Sial!” desisnya, meninju pelan sisi dinding. Ia mengumpat dirinya yang terlalu lambat bereaksi.

Tepat saat itu, ponselnya berdering. Dengan kesal ia mengangkatnya.

“Pak, Anda di mana? Saya sudah di depan lobi. Saya tidak bisa berhenti lama di sini,” suara asistennya terdengar tergesa.

Damar menghela napas keras, mencoba menahan kekesalan yang menyesakkan. “Aku segera ke sana,” jawabnya singkat, lalu menutup panggilan.

Ia melangkah keluar lobi, tapi pikirannya tak bisa lepas dari sosok yang baru saja dilihatnya.

Aku tidak mungkin salah lihat. Itu pasti kamu…

Langkahnya melambat. Sorot matanya penuh tekad bercampur gejolak emosi.

Jadi kamu sudah kembali ke Indonesia? Tapi kenapa tidak menemuiku?

Genggaman tangannya mengepal erat.

Baiklah. Tunggu saja. Aku akan menemukanmu… dan membuat perhitungan. Jangan kamu pikir bisa pergi begitu saja dariku.

1
Erna Fadhilah
nah kalau udah cerita kan jadi enak lan, ayo Dam urus tu manusia yang edannya ga ketulungan, semoga🤲🤲🤲 wulan dan didi di permudahkan berceraiannya
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Erna Fadhilah
urus aja perceraianmu sama didi lan biar kamu bisa dekat sama Andreas ga ada yang ngomong kalau dia selingkuhanmu
Rusmini Mini
kagi seru serunya mesti minta updetan soalnya pasti lupa ketutup novel lain lagi /Smug//Smug/
Rusmini Mini
ceritanya ngalir kayak sungai....imajinasi author hebat euyy...tolong baleskan rasa tidak sukaku pada uler keket dan ulet bulu alias mak lampir dan titisannya /Rose//Rose//Rose//Heart//Heart//Heart//Panic//Panic//Panic/
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: halo kak baca juga d novel ku 𝙖𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙂𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profil ku ya😌
total 1 replies
Rusmini Mini
ada Didi tembakkk.....
Rusmini Mini
kalo di Indo car seat kurang populer ya...
Rusmini Mini
maklum pengantin baru /Smug//Smug/
Rusmini Mini
dah nikah aja /Rose//Rose//Rose/
Rusmini Mini
oh h kurang ajar oura pura mati demi perempuan lain tdk mikir istri yang punya bayi mlh di tinggal... ada granat atau bom biar aq ledakin kepalanya /Bomb//Bomb/🔥🔥🔥
Rusmini Mini
ada apa dgn Wulan
Rusmini Mini
bilang aja mo manjah manjah syahdu dgn
Rusmini Mini
aish...pengantin cowoknya udh ngebet malam pertama /Facepalm//Facepalm/
Rusmini Mini
lewat 1 hr dgn pernikahan Adam ...
Rusmini Mini
Dean Damar Adam pd bucin dgn pasangannya
Rusmini Mini
susah berkata kata krn tegang
Rusmini Mini
hati hati Damar uler keket mulai bergerak
Rusmini Mini
apa suami wulan hidup lagi hgg Wulan gemetar
Rusmini Mini
ayo saling bantu utk melindungi Sisi dan Ares 💪💪💪
Rusmini Mini
jgn lengah Damar krn uler keket itu berbahaya bahkan bisa mematikan
JLEB....!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!