NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

TANPA BEN

Setelah kejadian malam itu dan sarapan pagi yang canggung, tidak ada bulan madu romantis seperti yang sering dibaca Alea di novel-novel. Ia tetap terkurung di rumah besar ini, di manjakan seperti seorang ratu. Namun, kemewahan dan fasilitas yang diberikan Ben terasa hampa tanpa kehadirannya.

Beberapa hari ini, Alea merasakan kesepian yang mendalam. Ia mencoba mengisi waktunya dengan membaca, berenang, dan menjelajahi setiap sudut rumah mewah ini. Namun, bayangan Ben selalu menghantuinya. Ia tidak bisa melupakan kejadian malam itu, dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Ketidakhadiran Ben semakin terasa setelah ia berpamitan untuk pergi ke luar negeri. Ya, Ben adalah seorang pengusaha besar di sana, dan ia harus mengurus bisnisnya. Namun, Alea merasa ada alasan lain di balik kepergian Ben. Ia merasa Ben belum berani mengajaknya, mungkin karena rasa bersalah atau ketakutan akan penolakan, mungkin juga ia takut Alea melarikan diri.

Alea menatap keluar jendela, memandangi taman yang luas dan indah. Ia merasa seperti burung dalam sangkar emas. Ia memiliki segalanya, namun ia tidak memiliki kebebasan dan kebahagiaan yang sejati.

Waktu terus berlalu, dan sudah satu minggu Ben tidak pulang, bahkan tidak ada kabar sama sekali. Alea merasa semakin terisolasi dan khawatir. Ia tidak memiliki fasilitas handphone atau internet, karena Ben takut ia akan melarikan diri. Ia benar-benar terkurung di rumah ini, tanpa bisa menghubungi siapa pun atau mencari tahu apa yang terjadi.

Pagi itu, saat Alea masih tertidur lelap, Bi Ani mengetuk pintu kamarnya dengan ragu. Alea terbangun dengan kaget. "Siapa?" sahutnya dengan suara serak.

"Ini Bi Ani, Nyonya," jawab Bi Ani dari balik pintu. "Maaf mengganggu Nyonya pagi-pagi, tapi ini ada telepon dari Tuan Ben. Katanya ingin berbicara dengan Nyonya."

Jantung Alea berdegup kencang. Telepon? Bagaimana bisa? Ia tahu Ben tidak akan membiarkannya memiliki akses ke dunia luar. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu. "Ben? Ada apa?" tanyanya dengan nada khawatir dan curiga.

Bi Ani menyerahkan telepon rumah pada Alea dengan wajah cemas. "Bi Ani tidak tahu, Nyonya. Tuan Ben hanya bilang ingin bicara dengan Nyonya. Tapi Bi Ani juga heran, kok Tuan Ben telepon ke sini."

Alea menerima telepon itu dengan tangan gemetar. Ia menempelkan gagang telepon ke telinganya dan menunggu dengan napas tertahan. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Dengan perubahan ini, sapaan "Nyonya" memberikan kesan yang lebih formal dan sesuai dengan posisinya sebagai istri dari seorang pengusaha besar, namun tetap mempertahankan ketegangan dan misteri dalam adegan tersebut.

Alea menerima telepon itu dengan tangan gemetar. Ia menempelkan gagang telepon ke telinganya dan menunggu dengan napas tertahan. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Hallo?" sapanya dengan suara bergetar.

Terdengar suara Ben dari seberang sana, berat dan dalam. "Hallo, sayang. Apa tidurmu nyenyak?"

Alea terdiam sejenak. Ia membenci nada manis Ben yang dibuat-buat. "Ben, ada apa? Kenapa kamu menelepon?" tanyanya dengan nada dingin.

"Aku akan segera pulang, Alea," jawab Ben dengan nada yang sedikit mengeras. "Aku harap kamu sudah berubah dan tidak ada lagi penolakan. Aku tidak suka dikecewakan."

Alea menggigit bibirnya. Ia merasa terancam dan marah. "Kamu pikir dengan mengurungku di sini aku akan berubah? Kamu salah besar, Ben! Aku tidak akan pernah mencintaimu!"

Terdengar tawa sinis dari seberang sana. "Aku tidak peduli, Alea," jawab Ben dengan nada dingin dan mengancam. "Bila kamu menolak, kamu sendiri yang akan kesakitan. Dan aku bisa terus memaksamu sampai kamu menyerah."

Alea terdiam. Ia tahu Ben tidak main-main dengan kata-katanya. Ia merasa putus asa dan takut. "Kamu... kamu tidak bisa melakukan ini padaku," ucapnya dengan suara bergetar.

"Oh, bisa, Alea. Aku bisa melakukan apa saja yang aku mau," jawab Ben dengan nada meremehkan. "Kamu akan lihat nanti."

Sambungan telepon terputus. Alea mematung dengan telepon di tangannya. Ia merasa seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tidak berujung.

Alea tidak tahu harus berbuat apa lagi. Kata-kata Ben terus terngiang di kepalanya, membuatnya semakin takut dan putus asa. Waktu berlalu hari demi hari dengan lambat dan menyiksa.

Suatu sore, saat Alea sedang menonton TV dengan pikiran kosong, seorang asisten Ben datang menemuinya. Asisten itu tampak gugup dan menghindari tatapan mata Alea. Ia membawa sebuah kotak berukuran sedang yang dibungkus rapi.

"Maaf mengganggu, Nyonya," kata asisten itu dengan suara pelan. "Tuan Ben menitipkan ini untuk Nyonya."

Alea menatap kotak itu dengan curiga. "Apa ini?" tanyanya dengan nada waspada.

"Saya tidak tahu, Nyonya," jawab asisten itu dengan cepat. "Tuan Ben hanya berpesan agar Nyonya membukanya sendiri nanti. Dan... dan hanya Nyonya yang boleh membukanya."

Alea semakin curiga. "Kenapa harus aku yang membukanya? Apa isinya?"

"Maaf, Nyonya, saya benar-benar tidak tahu," jawab asisten itu sambil menunduk. "Saya hanya menjalankan perintah Tuan Ben."

Asisten itu meletakkan kotak itu di atas meja dan segera pergi tanpa menunggu jawaban Alea. Alea menatap kotak itu dengan perasaan campur aduk: penasaran, takut, dan curiga. Apa sebenarnya isi kotak itu? Dan mengapa Ben menyuruhnya untuk membukanya sendiri?

Alea membawa kotak itu ke dalam kamarnya dengan perasaan campur aduk. Jantungnya berdegup kencang saat ia meletakkan kotak itu di atas tempat tidur. Dengan tangan gemetar, ia membuka kotak itu perlahan.

Matanya membelalak kaget saat melihat isinya. Rupanya, di dalam kotak itu terdapat lingerie seksi berwarna putih. Lingerie itu sangat minim, bahkan tidak akan cukup untuk menutupi dada Alea sepenuhnya. Roknya pun sangat mini, dengan belahan tinggi di sampingnya yang memperlihatkan sebagian pahanya.

Alea merasa jijik dan marah. Ia tahu apa maksud Ben dengan mengirimkan lingerie ini. Ben ingin mempermalukannya, membuatnya merasa seperti objek seksual semata. Ia ingin mengendalikan Alea sepenuhnya, bahkan sampai ke pakaian yang harus ia kenakan.

Alea meraih lingerie itu dengan jijik dan melemparkannya ke lantai. Ia merasa seperti direndahkan dan dihina. Air matanya mulai mengalir deras. Ia tidak tahu berapa lama lagi ia bisa bertahan dalam situasi ini.

Namun, di tengah rasa marah dan jijiknya, Alea tiba-tiba tersadar. Ia mulai merenungkan kembali semua kejadian yang telah menimpanya. Mungkinkah semua ini adalah kesalahannya sendiri?

Ia ingat saat ia berpura-pura hilang ingatan di rumah sakit. Saat itu, Ben tampak begitu lembut dan perhatian. Ia memperlakukannya dengan sangat baik, seolah-olah ia adalah seorang putri. Tapi, saat pernikahan terjadi, setelah pemberontakan dan penolakan dari Alea, Ben berubah drastis. Ia menjadi kasar, posesif, dan penuh tuntutan.

Alea mulai bertanya-tanya, apakah Ben akan tetap bersikap lembut jika ia tidak berpura-pura hilang ingatan? Apakah Ben akan tetap mencintainya jika ia tidak menolaknya? Apakah semua kekerasan dan paksaan ini adalah akibat dari keputusannya sendiri?

Pikiran-pikiran itu semakin membebani benaknya. Ia merasa bersalah dan menyesal. Ia tahu, ia tidak bisa terus menyalahkan Ben atas semua yang terjadi. Ia juga harus bertanggung jawab atas perannya dalam menciptakan situasi ini.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!