Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 25
Dinda terkejut, saat melihat aditya memeluk kakinya. dia pun mencoba, untuk melepaskannya. "Aditya. Apa yang kamu lakukan? Jangan bersikap seperti ini!" ujarnya, sedikit takut.
"Tidak, dinda. Aku tidak akan melepaskan, tangan ku. Sebelum kamu memaafkan, ku." sahut aditya, pura-pura sedih.
Dinda menghela nafas kasar, jujur dia sangat risih saat melihat aditya seperti itu.
Raffael yang berada di samping dinda pun, tidak tinggal diam. dia pun menarik tubuh aditya, hingga terjungkal ke belakang.
"Menjauh, darinya. Keputusan dinda, sudah bulat. Jika dia tetap akan, menjebloskan kamu ke penjara." ucap Raffael, tegas.
Aditya menatap tajam Raffael, merasa tidak terima dengan perlakuannya. dia pun bangkit, dan berusaha menyerang Raffael.
Keributan pun tidak terhindarkan, sehingga polisi pun turun tangan untuk memisahkan mereka.
"Ingat dinda! Aku tidak melupakan sikap mu sekarang pada, ku!" teriak Aditya, saat tubuhnya di tarik paksa oleh polisi.
Dia di amankan dan di masukan, ke dalam sel tahanan.
Melihat hal itu, membuat orang tua Aditya hanya bisa membiarkan anaknya, mempertanggung jawabkan perbuatannya.
"Dinda." panggil ibunya Aditya, menatap sendu dinda.
Dinda pun tersenyum, melihat ke arah ibunya aditya. "Bu." balasnya singkat.
"Dinda, ibu harap kamu memaafkan perbuatannya, aditya. Ibu tidak akan menghalangi mu, untuk memberikannya hukuman seberat-beratnya, dinda. Ibu benar-benar tidak menyangka, jika aditya akan berbuat seperti itu pada mu, dan anak mu. Sekali lagi, maafkan aditya ya, din. " ujar ibu aditya dengan wajah, di penuhi penyesalan.
Dinda yang merasa kasihan pun, mendekati ibu aditya dan memeluknya. "Maafkan dinda, bu. Dinda harus, melakukan semua ini. Demi kebaikan, mas Aditya. Dinda harap, ibu dapat menerima keputusan ku ini." balas dinda, lembut.
Ibu aditya membalas pelukan dinda. dia berharap setelah kejadian ini, aditya dapat tersadar dari kesalahannya.
"Ibu mendukung mu, din. Bagaimana keadaan anak mu, din?" tanya ibu aditya, mengalihkan pembicaraan.
Dinda pun melepaskan pelukannya, dan menatap ibunya aditya. "Alhamdulilah, keadaan Vano, sekarang sudah membaik, bu.
" Alhamdulillah kalau begitu. Maaf, ibu belum bisa menjenguk anak, mu. Jika semuanya sudah selesai, ibu akan sempatkan untuk menjenguknya."
Ibu aditya pun melihat ke arah raffael, yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka. "Dinda. Siapa dia?" tanyanya pelan.
Sebelum dinda menjawab, raffael terlebih dahulu memperkenalkan diri.
"Perkenalkan saya, raffael. Calon suaminya dinda." ujar raffael santai.
Dinda yang berada di samping raffael, membelalakkan matanya. bisa-bisanya raffaeel mengatakan, jika dirinya adalah calon suami dinda.
Ibu aditya pun tersenyum, meskipun tak di pungkiri jika dirinya pun sama-sama terkejut.
"Oh...jadi kamu calon suaminya dinda. Pantas saja, saat itu dinda menolak tawaran saya, untuk menikah dengan aditya. Ternyata dinda, sudah ada yang punya." sahut ibu aditya, di sela keterkejutannya.
Raffael tersenyum tipis, mendengar perkataan ibunya aditya. walaupun ada sedikit rasa tidak rela, ternyata ibu dari anaknya itu sempat di jodohkan, dengan laki-laki lain.
Merasa semuanya sudah selesai, dinda dan raffael pun pamit pada ibunya, aditya. mereka pun langsung pergi, meninggalkan kantor polisi.
Di sepanjang jalan, dinda nampak termenung. perkataan raffael waktu di kantor polisi, masih terngiang-ngiang di telinganya.
"Apa kamu sungguh-sungguh, akan menjadi suami ku, raf?" tanya dinda dalam hati.
Dinda tidak mengharapkan, apapun dari raffael. dengan Raffael mengetahui jika gevano adalah anaknya, semuanya sudah cukup bagi dinda.
Terlalu larut dalam lamunan, membuat dinda tidak menyadari, jika sudah berada di sebuah
restoran.
"Raf, kenapa kita kesini?" tanya dinda heran.
Raffael tersenyum, dan mengacak-acak rambut dinda. "Kita makan dulu. Sekalian kita belikan makanan, untuk semua orang yang berada di rumah sakit." sahutnya santai.
Dinda pun menepis tangan, Raffael. dia seketika cemberut, saat rambutnya menjadi berantakan.
Raffael dengan tanpa rasa bersalah, pergi duluan masuk ke dalam restoran.
Dinda yang baru saja selesai merapihkan rambutnya, pun segera menyusulnya.
Setelah sampai di dalam restoran, dinda pun mencari keberadaan raffael. tak lama pun, dinda akhirnya menemukan raffael yang sudah duduk santai, dan melambaikan tangan ke arahnya.
Saat dinda berjalan menuju meja raffael, tiba-tiba saja ada seseorang menabraknya dari belakang. dinda yang tidak siap pun, jatuh tersungkur.
"Dinda." pekik raffael terkejut.
Dia pun segera, menghampiri dinda dan memastikan keadaannya, baik-baik saja.
"Kamu tidak apa-apa, din?" tanya raffael, khawatir.
Dinda menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, raf. Kamu tidak perlu khawatir." jawabnya tersenyum tipis.
"Maafkan Aku, kak. Aku tidak sengaja." Seorang laki-laki remaja pun, mengulurkan tangannya untuk meminta maaf, dan membantu dinda berdiri.
Namun semuanya itu sia-sia, sebab raffael yang berada di samping dinda, dengan kasar menepisnya.
"Minggir, lo. Makanya kalau jalan hati-hati!" sahut raffael ketus.
Laki-laki remaja itu pun, langsung menundukkan kepala. dia merasa takut pada raffael, yang terlihat marah kepadanya.
"Jangan bersikap seperti itu, raf. Niatnya baik, kenapa juga kamu harus marah?" tanya dinda heran, pada raffael yang sedang marah.
Raffael tidak menjawab pertanyaan dinda. seketika dia pun sadar, dengan apa yang baru saja di lakukannya.
Seketika, dia pun melihat ke arah remaja itu. "Sorry." ucapnya acuh.
Laki-laki remaja itu pun mengangguk pelan, dan segera pergi dari sana.
Mereka berdua pun kembali berjalan, ke meja yang sudah di tempati oleh raffael tadi.
Raffael pun memesan makanan, untuk mereka berdua.
Suasana di antara mereka, saat ini terlihat canggung. apalagi, setelah kejadian barusan yang membuat raffael dan dinda, saling diam.
Raffael yang tidak tahan di diamkan, segera angkat bicara. "Din, kamu marah sama aku?"
Dinda melirik sekilas, tanpa menjawab pertanyaannya dari raffael.
Melihat sikap dinda seperti itu, membuat raffael menghela nafas kasar. "Ya udah maafin aku, din. Please, jangan diam seperti ini, dong." ujar raffael, memohon.
Melihat raffael yang merengek, membuat dinda tersenyum tipis. sejujurnya dia tidak bisa marah lama-lama, pada raffael.
Dinda hanya tidak ingin, Raffael bersikap seenaknya pada semua orang. maka dari itu dinda sengaja memberikan Raffael, pelajaran dengan mendiamkannya.
Melihat dinda yang tersenyum, membuat Raffael ikut tersenyum senang. akhirnya dinda, tidak marah lagi kepadanya.
Tak lama kemudian makanan, yang mereka pesan pun datang. raffael pun mempersilahkan dinda, untuk memakannya.
Mereka berdua pun, mulai makannya dengan tenang. begitu pun dengan raffael, yang selalu curi-curi pandang pada dinda.
Dinda yang menyadari sikap raffael, memilih pura-pura tidak tahu. meskipun sebenarnya, dirinya merasa salah tingkah.
"Din, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya raffael, saat sudah selesai makan.
Dinda pun langsung melihat ke arah raffael. "Boleh. Memangnya, apa yang ingin kamu tanyakan, raf?" tanyanya penasaran.
Raffael pun menghela nafas. "Din, pada saat kamu tahu, sedang hamil. Kenapa kamu memilih, mempertahankan kandungan mu?" tanya Raffael hati-hati.
lanjut Thor 🥰