Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 30
Seseorang yang di ketahui ternyata kaivan, tersenyum saat melihat sikap gevano, yang terlihat tidak suka dengan kedatangannya, di kamar itu.
"Hai, selamat malam. Kenalkan, nama om kaivan. Siapa, nama mu?" tanyanya tenang, tersenyum tipis menatap gevano, yang terlihat acuh.
Gevano mendelik, saat kaivan menghampirinya dan menyapanya dengan ramah. namun entah mengapa, gevano merasa tidak suka pada sosok laki-laki dewasa, berparas tampan itu.
Dinda yang berada di samping gevano, dapat melihat rasa tidak suka anaknya, pada kaivan. namun dinda segera menegurnya, sebab tidak mau ada orang yang mengira, jika sikap gevano tidak sopan.
" Vano, jangan bersikap seperti itu. Om kaivan, baru saja bertanya pada mu. Kenapa kamu, tidak menjawabnya? Ingat, kamu harus sopan kepada orang yang lebih tua dari mu, vano." ucap dinda, menatap gevano dengan serius.
Gevano, menghela nafas kasar. "Baik, mah." sahutnya ketus.
Kaivan yang tersenyum tipis, melihat sikap gevano yang terlihat kesal. namun dia bangga pada dinda, yang mampu bersikap tegas pada gevano.
Rasa penasarannya pada dinda pun, semakin besar saat melihat sikap dinda yang berbeda, dengan wanita lainnya.
Gevano melihat sekilas, pada kaivan yang diam-diam melihat ke arah dinda.
"Terima kasih, karena sudah mau bantu, eike. Sebagai balasannya, eike traktir kamu deh. Gimana?" Inces yang tahu akan sikap gevano pun, segera mengajak pergi kaivan dari sana.
Inces tidak mau membuat kehadiran kaivan di sana, membuat suasana hati gevano memburuk. apalagi dia tahu jika, saat ini mood gevano terlihat sensitif, semenjak kepergian raffael ke jakarta.
Maka dari itu inces pun, memilih membawa kaivan segera pergi dari sana, sebelum gevano ngereog.
Kaivan yang diam-diam melihat dinda pun, seketika tersentak dan segera mengalihkan pandangannya pada inces. dia pun tersenyum kikuk, merasa kepergok sedang curi-curi pandang pada dinda.
Kaivan pun mengangguk pelan, sebagai jawabannya. dia pun memberikan barang yang dia bawa, pada inces.
Setelah itu, inces dan kaivan pergi dari sana menuju ke luar.
"Bagaimana, kalau eike beli minum dulu untuk, kamu?" tanya inces, saat mereka sudah berada di luar kamar, gevano.
Kaivan melirik sekilas. "Tidak perlu, Terima kasih. Maaf, sepertinya aku harus pergi. Kalau begitu, aku permisi dulu." tolaknya sopan.
Inces pun mengangguk pelan. "Oh... oke deh kalau begitu. Sekali lagi terima kasih, karena sudah mau bantu, eike." sahutnya tersenyum.
"Sama-sama." balas kaivan, yang kemudian langsung pamit pergi dari sana.
Inces yang awalnya ingin pergi ke kantin pun, memilih masuk kembali ke kamar rawat gevano.
Sebab tadi dia hanya berbasa-basi pada kaivan, supaya mau pergi dari kamar gevano, yang terlihat tidak suka dengan kehadirannya.
"Vano, om inces kangen...!" seru inces, menghampiri gevano yang sedang membuka, barang-barang dari raffael.
Gevano tersenyum lebar. "Om inces... Vano juga kangen... " balasnya, merentangkan tangan.
Inces pun memeluk tubuh mungil gevano, dengan lembut. baru saja sehari tidak jumpa, rasanya sangat rindu sekali baginya.
Dinda yang melihat sikap mereka berdua, hanya tersenyum tipis. dia pun memilih duduk di sofa, membiarkan gevano dan inces melepaskan rasa rindunya.
"Om inces. Om, yang tadi siapa? Kok bisa datang, baleng om inces?" Gevano yang penasaran pun, langsung bertanya pada inces.
Inces nampak berpikir. " Yang tadi itu, namanya om kaivan, Vano. Tadi di koridor rumah sakit, dia bantuin om bawakan barang-barang, dari papah kamu. Memangnya ada apa, vano?"
" Vano...tidak suka, om itu. Lain kali, jangan ajak dia ke sini lagi om, inces." jawab Vano, datar.
Inces yang mendengar perkataan gevano, terlihat mengernyitkan dahi. "Memangnya kenapa, Vano? Om itu kan, baik. Bahkan, dia sudah nolongin om inces."
"Om itu, selalu lihatin mamah. Sepeltinya om itu, suka sama mamah, " jawab gevano, ketus.
Inces pun tersenyum tipis, mendengar perkataan gevano yang terkesan cemburu, pada kaivan.
Kini inces baru tahu, jika gevano sangat posesif pada dinda.
"Memangnya kenapa, kalau om kaivan suka sama mamah. Kamu tahu sendiri kan, mamah kamu itu cantik, baik. Laki-laki mana pun, pasti menyukai mamah mu, vano." ujar inces menggoda.
"Tidak boleh! Tidak boleh ada yang suka sama mamah, kecuali papah! Titik!" seru gevano, tidak ingin di bantah.
Gevano tidak rela, jika ada laki-laki lain yang menyukai dinda. sebab begitulah sikap gevano, yang terlihat posesif jika sudah menyangkut dengan hal, yang berhubungan dengan dinda.
Inces tertawa lepas, melihat sikap gevano seperti seorang laki-laki yang sangat posesif, pada kekasihnya.
Namun inces sendiri tahu, bagaimana sikap gevano yang selalu peka pada sikap orang, di sekelilingnya.
Gevano akan bersikap baik, pada orang yang tidak memiliki niatan buruk kepadanya, bahkan dinda. dan sebaliknya, gevano akan terlihat tidak suka pada seseorang, yang memiliki niat buruk padanya, dan dinda.
Inces tidak lagi menggoda gevano, sebab dia tahu akan bagaimana jika dirinya, terus menggodanya.
"Ya sudah, om inces juga tidak akan membiarkan, laki-laki mana pun mendekati mamah mu, Vano. Terkecuali...?" serunya, menatap gevano, seakan memberi kode.
"Papah!" sahut gevano, melanjutkan perkataan inces.
Dinda yang mendengarnya pun, hanya menggelengkan kepala. dia memilih diam, sebab tidak ingin memperpanjang masalah ini.
Setelah selesai bercengkrama, mereka pun memutuskan untuk tidur, karena waktu sudah larut malam. gevano pun terlihat lebih tenang, saat mendapatkan mainan yang di kirim oleh raffael.
Dinda pun bernafas lega, karena dapat tidur dengan tenang. " Terima kasih, raf." gumamnya, sebelum memejamkan mata.
keesokan harinya...
Di ruangan gevano, terlihat dokter sedang memeriksa keadaannya. dokter pun tersenyum, menatap gevano. "Keadaan mu sudah lebih baik, nak. Hari ini, kamu bisa pulang." ucapnya lembut.
"Holeee...! Aku bisa pulang!" seru gevano senang. Kini tatapannya beralih pada dinda, yang berada di sampingnya. "Mah, Vano bisa pulang." serunya lagi.
Dinda pun ikut bahagia, karena akhirnya gevano sudah bisa kembali ke rumah.
Inces yang masih di sana pun ikut senang, karena akhirnya keponakannya itu bisa pulang hari ini.
"Kalau begitu, saya permisi dulu." Dokter pun pamit, setelah memeriksa gevano.
Dinda dan inces mengangguk, mempersilahkan dokter untuk pergi. setelah itu, mereka pun memutuskan untuk mengemas barang, karena hari ini gevano akan pulang.
"Vano, kenapa kamu sedih?" tanya dinda, pada gevano yang sedang di gendong, oleh inces.
Gevano menatap dinda. "Papah, kenapa belum pulang, mah? Gevano kan, mau di jemput sama papah." jawabnya sedih.
Dinda tersenyum tipis. "Mungkin papah, belum selesai dengan urusannya di sana. Jadi kamu, tidak boleh sedih. kan, ada mamah dan om inces." jawabnya menenangkan.
Gevano pun mengangguk pelan, meski hatinya sedih namun dia bersyukur karena kini di sampingnya ada dinda dan inces, yang selalu menemaninya.
Di saat sampai di parkiran rumah sakit, mereka bertiga pun menunggu angkutan umum, yang lewat.
Sebab tidak mungkin mereka naik motor, karena khawatir dengan keadaan gevano yang baru saja sembuh.
Tin... tin... tin...! Suara klakson mobil, mengagetkan mereka bertiga.
Gevano yang sedang di gendong pun, melihat ke arah mobil tersebut.
"Papah!" teriak gevano senang, saat melihat siapa orang yang berada di dalam mobil itu.