Setelah kecelakaan yang hampir mengakibatkan Ashana keguguran, suaminya malah ingin meninggalkan nya. Bagai sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah keadaan miris yang harus dihadapi wanita muda yang baru berusia 21 tahun itu.
"Mas Nathan! Apa yang kamu katakan, Mas!" teriak Asha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Aku menceraikan mu, Ashana! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku!"
Setelah mengatakannya, laki-laki yang sudah membersamai hidup Ashana selama satu tahun sebagai suami itu pergi tanpa berbalik lagi.
Bahkan musibah tidak sampai disana, setelah pulang dari rumah sakit ada yang membakar rumah yang dimana Asha berada di dalam rumah itu. Meskipun nyawa Asha tertolong namun wajah dan tubuh Asha rusak terbakar.
Lima tahun kemudian, Asha dengan sosok baru telah kembali dengan nama Belvina Gania untuk membalas dendam dan merenggut kembali apa yang seharunya menjadi miliknya.
Cekidot...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Memerankan Perannya Masing-Masing.
Sesampainya di Mansion, Arkan langsung berjalan masuk ke kamar pribadinya. Bukan kamar yang ditempati bersama istrinya, dia membuka satu persatu pakaian lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menghilangkan penat juga pikiran kacau.
Selesai membersihkan tubuh dari lengketnya keringat, kini dia merasa lebih segar. Arkan membuka pintu namun tersentak kaget melihat istrinya sedang duduk di kaki ranjang dengan pose begitu menantang, pakaian kurang bahan menempel di tubuh istrinya memperlihatkan setiap lekuk juga dua benda kenyal putih mulus yang hampir tidak tertutup oleh apapun meskipun wanita itu memakai lingerie.
"Kau, sedang apa disini?" tanya Arkan dengan nafas berlarian, tak ia pungkiri tiba-tiba hasratnya tergugah. Dia juga lelaki normal, disuguhi pemandangan tubuh istrinya yang hampir telanjang, membuat gairah kelelakian nya seketika terpancing.
"Aku sejak tadi menunggumu pulang dengan membawa putri kita, kamu bilang akan membawa Vana pulang 'kan. Tapi... kata Bibik kamu pulang sendiri. Jadi aku kesini meminta penjelasan," sambil bicara dengan suara mendayu lemah lembut, Selvina bangun dari tepi ranjang berjalan berlenggak lenggok mendekati suaminya. Setelah mendekat, Selvina menempelkan tubuhnya pada tubuh Arkan.
Arkan yang merasakan gesekan tubuh mereka berdua mencoba memundurkan tubuhnya, namun sayang dengan cepat Selvina melingkarkan kedua tangan nya di pinggang lelaki itu. Kini dada telanjang Arkan tanpa tertutup apapun menempel dengan dada kenyal milik Selvina.
"Bang... aku merindukan belaianmu, sudah terlalu lama...." Selvina mendesaahh memancing naffssu Arkan.
Arkan memejamkan mata, memang tidak ada yang salah dengan keinginan istrinya untuk bermesraan karena mereka suami istri namun hatinya masih menolak. Lelaki yang sudah terpancing gairahnya itu membuka matanya, lalu dengan pelan melepaskan belitan tangan Selvina dari pinggang nya.
"Vana tadi sudah tidur saat aku datang, jadi mungkin besok aku coba jemput lagi ya." Arkan lalu melepaskan kedua tangan Selvina yang masih dalam genggaman, dia berjalan ke arah lemari menarik satu set piyama tidur. Menolak secara halus keinginan sang istri.
"Jadi begitu, kamu bertemu dengan Asha berapa lama?" tanya Selvina dengan menahan geram karena ditolak.
Waktu terjeda, Arkan sibuk memakai piyama.
"Um, hanya sebentar karena Asha juga ada tamu." Arkan selesai memakai piyama tidur lalu berbalik ke arah Selvina. "Tidurlah lebih dulu, aku masih ada pekerjaan."
Selvina menggeleng, dia tidak ingin menyerah menggoda suaminya. Sekali lagi wanita itu melangkah mendekat, tangan nya terulur ke pipi Arkan mengelus lembut. "Sayang, malam ini jangan menolakku... apa kamu nggak merindukan kemesraan dan percintaan panas kita?"
"A-aku__" suara Arkan tertahan karena melihat mata Selvina yang berkabut karena gairah, ia tau istrinya itu benar-benar menginginkan dirinya.
Tok tok tok.
Arkan bernafas lega karena ketukan di pintu bisa melepaskan nya dari ketidaknyamanan digoda istrinya sendiri.
"Tuan, ada tamu..." suara Bibik diluar pintu kamar.
"Iya, Bik. Sebentar saya keluar," jawab Arkan. Dia menatap Selvina, "Bel... tidurlah."
Dengan cepat Arkan membuka pintu kamar pribadinya, berjalan ke arah ruang tamu namun seketika ia tertegun.
"A-Asha....?" Arkan menatap tidak percaya dengan kedatangan Asha di Mansion-nya, apalagi tadi saat bertemu wanita itu selalu menekankan untuk jangan berhubungan lagi.
Lalu, apa ini?
Tunggu! Tidak... Wanita di depannya itu bukan Asha. Wanita itu tersenyum lembut menatap dirinya dengan intens tidak seperti Asha yang selalu menatapnya biasa saja, bahkan warna rambut mereka berbeda. Hanya rambut istrinya dan Asha lah yang sama, yaitu hitam kecoklatan. Sedangkan rambut wanita yang berwajah sama dengan istrinya yang sekarang berdiri di depannya itu berwarna pirang.
'Selvina!' Pikir Arkan terkejut, karena bertahun-tahun tidak ada kabar dari saudari kembar istrinya itu.
"Siapa tamunya sayang...?" tanya Selvina dari belakang Arkan, wanita itu sudah memakai jubah tidur untuk menutupi lingerie sexy yang dia pakai.
"Halo, saudariku... long time no see." Sapa Belvina asli dengan tenang namun suaranya sarat akan kebencian yang hanya bisa di sadari oleh kedua bersaudari itu.
Wajah Selvina memucat, di depannya Belvina asli terlihat sehat tanpa kekurangan apapun. Saudari kembar yang dia kira sudah mati, berdiri tegak dengan tersenyum misterius padanya.
'Sial! Wanita ini bukan Asha, Belvina benar-benar bangkit dari kuburnya!' umpat Selvina dalam hati.
"Wah, ini sungguh kejutan!" Arkan mendekati Belvina asli, lalu menepuk pundak wanita itu layaknya pada saudara ipar. "Terakhir kita bertemu seminggu sebelum pernikahan ku dengan Belvina. Setelah kami menikah... aku bertanya tentangmu pada Belvina, katanya kau pergi dengan kekasihmu dan tak pernah mengabarinya."
Belvina asli tersenyum miring, sungguh wanita pembohong besar saudarinya itu.
"Begitukah, kata Belvina?" jawab Belvina asli.
"Iya, bagaimana kabarmu selama ini? Eh... ayo duduk, kita akan pegal jika terus berdiri seperti ini." Ajak Arkan, lelaki itu melangkah lebih dulu mendekati sofa lalu duduk di sofa single.
Arkan melihat istrinya berdiri dengan wajah tegang. "Bel, ada apa denganmu. Sambut lah saudarimu, kalian tidak bertemu selama bertahun-tahun."
"Ya, Bel... Kau tidak merindukan ku?" Belvina asli menaikkan sebelah alisnya dengan senyum sinis.
"Oh, tentu saja aku merindukan mu Selvina" dengan wajah ramah dan penuh senyuman, Belvina palsu memeluk saudarinya.
"Munafik! Kau pasti ketakutan bukan, aku masih hidup setelah kau menyuruh orang untuk membunuhku? Ck... sayangnya aku datang untuk membalas semua perbuatan mu, Selvina. Aku akan merebut kembali identitas-ku yang kau curi, laki-laki yang kau tipu itu akan segera membuang mu!" bisik Belvina asli pada Selvina.
Ada ketakutan dalam diri Selvina, namun dia tidak akan membiarkan semua miliknya terampas begitu saja.
"Kau terlambat datang, Bel. Arkan sudah menjadi milikku, kami sudah menjadi suami istri dan kau pasti tau apa arti hubungan itu. Kau tidak mempunyai kesempatan lagi untuk bersama Arkan!" balas Selvina.
Belvina asli malah tersenyum, "Tak masalah aku tak bisa mendapatkan Arkan kembali, tapi... aku berjanji akan melepaskan Arkan dari wanita pencuri dan iblis sepertimu!"
Setelah itu Belvina melepaskan pelukan, menatap Arkan dengan tatapan merindu.
'Arkan, aku hanya ingin kau mengetahui siapa wanita yang sudah menjadi istrimu ini! Batin Belvina penuh tekad ingin melepaskan Arkan dari jeratan Selvina.
Setelah berbincang lama, Arkan bangkit dari sofa. "Sel... bermalam lah disini. Ini sudah malam."
"Nggak usah sayang, biar sopir mengantar Selvina ke tempat tinggalnya." Tolak Selvina, tidak mau musuhnya berada dekat dengan suaminya.
"Arkan, bolehkah aku bermalam disini malam ini?" Belvina sengaja ingin membuat Selvina kesal.
"Tentu saja, kau keluarga istriku berarti kau keluarga ku juga. Jangan sungkan," jawab Arkan.
"Terimakasih." Belvina tersenyum manis pada pria yang pernah menjadi kekasihnya selama setahun itu.
"Aku masih ada pekerjaan, berbincang lah dengan Belvina atau istirahat lah di kamar. Aku akan memerintahkan Bibik menyiapkan kamarmu." Arkan pergi berlalu setelah mendapatkan anggukan dari Belvina asli.
Kini tinggal kedua saudari kembar itu di ruang tamu, keduanya saling menatap penuh dengki dan kebencian yang membara. Keduanya akan memerankan perannya masing-masing dengan penuh sandiwara dan intrik-intrik.