AWAL DARI SEMUANYA

Genjara pun langsung membaca dokumen tersebut dengan teliti. Ia tidak mau mengambil sekecil apapun masalahnya jika nanti bisa merugikan perusahaannnya. Setelah selesai membaca, ia pun langsung menandatangi surat tersebut, dan kerjasama pun dijalin dengan baik.

Sementara Greisy dan kedua sahabatnya, sedang menikmati makanan di sebuah kafe Denai Indah. Kafe ini adalah tempat bagi mereka untuk menikmati waktu luang sejenak, dan bahkan bisa menjadi tempat favorit belajar saat mengerjakan tugas kelompok. Ketiga sahabatan ini akhirnya bisa bertemu kembali. Satu bulan Helen yang berpisah jauh dari Greisy dan Lily. Helen anak periang dan juga suka ngawur berbicara.

“Teman-teman, aku dengar kabar bahwa di fakultas akan melaksanakan seminar kewirausahaan. Sepertinya itu khusus untuk semester kita,” ucap Helen.

"Iya, aku juga sudah tahu, di grup Whatshapp, ramai membahas seminar,” celutuk Lily.

“Sepertinya angkatan kita bakal panitianya nanti, kan bagian matakuliah kita sekarang."

"Iya, sepertinya begitu. Tapi kan, banyak mahasiswa lain membahas mengenai seminar itu, dikarenakan undangan pematerinya loh. Kalian tahukan perusahaan Thander, yang tersohor di kota ini, CEO-nya bakal langsung datang kesini. Kan hebat, lihat om ganteng yang sukses dan kaya” jelas Lily dengan antusias.

“Ye... apanya hebat. Biasa aja kali. Lagiankan itu hanya sekadar pemateri, ujung-ujungnya ke tugas laporan yang akan kita siapkan untuk makalah nantinya,”kata Greisy.

“Ini nih,punya teman yang sama sekali tidak mau up date. Ini yah aku jelaskan, perusahaan Thander merupakan perusahaan terkenal di kota ini, sudah banyak cabang perusahaan di berbagai kota, bahkan luar negeri. Dan faktanya, perusahaan itu dinaungi oleh seorang paru baya tampan. Otak kejeniusannya, tidak diragukan lagi. Buktinya perusahaannya berkembang pesat hingga sekarang ini."

Mendengar penjelasan Lily, Greisy hanya manggut-manggut saja. Seakan berita itu, hanya sekadar haluan saja untuk dirinya.

Hening sejenak, tiba-tiba mata kedua sahabatnya menatap ke dirinya. Merasa heran entah apa yang diselidik kedua sahabatnya itu, Greisy pun bertanya.

“Kalian, mengapa menatap seperti itu? menyeruput jus jeruk.

“Kamu tidak kenal sama CEO perusahaan Thander yah Gre?” tanya Helen.

Mida yang mendengarkan pertanyaan dari Helen, hanya bisa tersenyum dan dan mengeleng-gelengkan kepalanya.

Kedua sahabatnya pun menghembuskan nafas kasar mereka. Mereka kesal dengan tingkah Greisy yang tidak mau tahu tentang berita, yang menurutnya tidak menarik untuk di bahas.

“Astaga, serius kamu tidak mengenal CEO-nya,” tanya Lily.

Greisy hanya membalas senyum dan salah tingkah.

"Aku sepertinya tidak tahu lagi menyadarkan anak ini. Sama sekali cowok itu dipandangnya sinis, dan anehnya tidak ada yang menarik di matanya,” tutur Lily yang sudah pusing dengan Greisy Membentuk tangannya untuk memohon. “Ya Allah, bantu teman hambamu ini, supaya tertarik sama cowok satu pun tidak apa-apa, aku takut dia nanti menyukai yang tidak wajar. Amin..." Doa Helen.

Greisy yang mendengarkan doa dari Helen, langsung melotot. Ia tidak terima atas pembicaraan temannya, ia pun langsung menggebrak meja.

“Kalian yah, aku itu masih perempuan baik-baik, yang menyukai lawan jenis! Dan lagian, karena masih belum ketemu yang cocok ajah untuk dijadiin teman maupun pacar,” tegas Greisy. la ingin berucap lantang kalau sebenarnya ada dua laki-laki yang sudah menyatakan perasannya. Salah satunya adalah teman sewaktu KKN, dan satu lagi manusia serigala yang menjadi kekasihnya saat ini.

Sontak kedua sahabatnya kaget, dan semua mata yang berada di kafe menatap ke arah mereka terutama Greisy. Greisy yang merasa keheningan di tepat itu, mengalihkan pandanganya ke orang-orang yang menatap dirinya. Ia pun langung menciut duduk, dengan malunya entah kemana-mana.

“Wow, seorang Greisy, menjadi tersorot di kafe ini, A plus deh,” ucap Lily mengejek.

“Kalian sih, malah bicarain aku. Kan aku jadi sensi.” Lily, dan Helen cekikikan puas, atas perbuatan Greisy yang barusan saja terjadi.

“Sudah ah. Ini karena kita bahas cowok, jadi berabe kan. Nanti kita bahas lagi deh. Malu nih, dipandangin semua orang di kafe ini. Bisa jadi nanti kita tranding topik di sini.” tutur Helen cekikikan.

“Makanya up date deh, tentang cowok sedikit pun! Nanti kalau kita dijadiin panitia, aku harap kau sudah mengenal COE perusahaan Thander. Ini untuk tugas laporan nantinya ke dosen,” ucap Lily.

Greisy yang hanya mendengarkan tidak lagi bersuara. Mereka langsung mengerjakan tugas kuliah, untuk besok.

Matahari yang terus memancarkan sinarnya di siang hari, membuat keadaan kota semakin padat, dan banyak orang yang masih melakukan aktivitasnya masing-masing. Begitu juga keadaan di perusahaan Thander, para karyawan yang berhamburan ke kantin, dan bepergian ke luar kantor, menyibukkan diri untuk melahap makan siang mereka. Kebetulan jam kantor menunjukkan waktu istirahat.

Genjara yang masih sibuk menatap layar leptop, membuat dirinya lupa untuk istirahat. Baginya mengerjakan pekerjaan yang setengah, akan menjadikan pekerjaan runyam. Jadi, lebih baik dikerjakan sampai selesai.

Tok tok tok suara ketukan dari pintu.

“Masuk!”

“Permisi Tuan, saya mau membicarakan sesuatu,” kata sekretaris Cay. “Iya, ada apa sekretaris Cay?"

“Begini Tuan, kafe yang baru dibuka sejak seminggu lalu, telah memikat para anak muda untuk mampir dan sekaligus tempat nongkrong yang bagus di daerah kota. Mereka sangat tertarik karena letaknya starategis dan mudah didapati bagi para anak muda, untuk bersantai”.

Mendengar penjelasan dari Sekretaris Cay, Genjara menyunggingkan bibirnya. Ia sudah puas atas hasil pembangunan yang telah dirancangnya. Bahkan dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

“Bagus. Itu yang aku inginkan. Biarkan anak muda, menikmati masa mudanya dulu, sebelum mereka bisa menghadapi pahitnya kehidupan. Tentunya, kafe itu dibangun dengan tujuan supaya orang disekitaran itu, tidak terlalu jauh untuk mencari tempat santai.”

“Sungguh tuan, sangat mulia. Melihat kondisi yang di sekitar tuan, tuan selalu memberi hal yang bermanfaat untuk mereka."

“Itu yang sebenarnya kita lakukan bukan? Lagian kita itu hidup untuk berguna, bukan untuk menyusahkan."

Genjara bangun berdiri dari kursi kebesarannya, mendekati sekretaris Cay.

“Terimakasih Cay, itu semua juga berkat dirimu. Selama ini kamu selalu ikut denganku, dan aku hanya bisa mengandalkanmu. Terimakasih sudah menjadi pengikut setiaku.” Menepuk bahu Cay sambil tersenyum.

“Sungguh, saya yang seharusnya mengucapkan terimaksih kepada tuan. Atas kebaikan tuan juga saya bisa berdiri, menjadi orang yang berguna, dan mungkin saya akan selamanya di hutan, tanpa melihat kehidupan manusia pada umumnya."

Dengan menundukkan kepalanya “Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih tuan, telah mengajak saya sampai di titik ini.”

Kebaikan Genjara terhadap Cay adalah murni ketulusannya. Ia selalu memberikan hal yang setimpal jika seseorang itu bekerjasama dengannya. Cay yang memang begitu setia kepada Tuannya, sangat senang bekerja dengan Tuannya.

“Cay, sepertinya sudah saatnya kita kembali ke hutan. Kita sudah sepatutnya tidak bekerja lagi. Rencananya aku akan memberikan ini semua kepada keponakanku. Apa kau tidak masalah?” tanya Genjara merasa sungkan pada Cay.

“Kemanapun tuan saya ikut saja! Apapun keputusan tuan, saya rasa itu yang terbaik,” jawab Cay.

Hari berganti hari, tidak terasa selama dua minggu berada di kota untuk mengeyam pendidikannya, kini tiba saatnya ia akan pulang ke kampung untuk memenuhi permintaan paman dan bibinya.