11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Naina telah bangun lebih dulu, ia duduk di ranjang sembari mengucek mata dan melihat sekelilingnya. Kaki gembulnya perlahan turun dari ranjang. Begitu berhasil sampai di lantai, Naina bermain sendiri dengan segala jenis permainannya yang masih berserakan.
Di luar, Ayah Ardan dan Bunda Gita baru pulang setelah seharian meng-handle rumah sakit. Keduanya melangkah masuk bersama dengan wajah yang sama lelahnya. Begitu masuk ke ruang keluarga, baik Ayah Ardan maupun Bunda Gita sama-sama terkejut saat melihat ruang keluarga kediaman mereka sudah mirip kapal pecah. Kemurkaan Ayah Ardan semakin bertambah kala matanya melihat Anggi dan Morgan yang tidur berhadapan di sofa.
"Apa yang kalian lakukan?" pekik Ayah Ardan keras.
Secara spontan, Anggi dan Morgan langsung bangkit dan berdiri sejajar di hadapan Ayah Ardan. Layaknya tersangka yang telah ketahuan berbuat salah, keduanya hanya menunduk tanpa berani menatap Ayah Ardan sama sekali.
"Dimana cucu Ayah?"
"Naina?" Anggi melotot pada Morgan seakan memberi kode pada Morgan untuk menjawab.
"Aku tidak tahu," bisik Morgan.
"Tapi tadi kau yang menjaganya."
"Aku juga ketiduran tadi."
"Aku tidak mau tahu, pokoknya—"
"Kenapa malah bisik-bisik? Dimana cucu Ayah?" tanya Ayah Ardan lagi.
Anggi dan Morgan saling sikut saat pertanyaan itu kembali keluar. Sebab secara nyata keduanya menyadari bahwa tempat tidur Naina telah kosong. Hingga keluarnya Naina dari balik sofa membuat Morgan dan Anggi sama-sama menarik nafas lega.
"Ahh cucu Opa, kemari sayang." Ayah Ardan langsung menggendong Naina dan membawanya masuk.
Anggi dan Morgan menghela nafas lega bersamaan. Baru saja keduanya hendak duduk kembali di sofa, Bunda Gita justru menghentikan pergerakan mereka.
"Siapa suruh duduk?"
"Aku lelah Bun." rengek Anggi memelas.
"Tidak ada lelah-lelah my sweety, sekarang langsung bereskan mainan Naina, setelah itu cuci piring di dapur, oke."
"W-what? Cuci piring?"
Tulang-tulang di tubuh Anggi seakan tidak berfungsi dengan baik setelah mendengar ucapan bundanya. Tubuhnya perlahan merosot saat membayangkan kedua tangan lentiknya harus beradu dengan busa dari sabun cuci piring. Namun baru saja tubuhnya akan jatuh, Morgan dengan sigap menahan pinggangnya hingga keduanya terlibat aksi saling tatap untuk beberapa saat.
"Ihh, cari kesempatan saja bisanya."
Anggi langsung melepas pelukan Morgan dan mengibas bagian tubuhnya yang tadi Morgan sentuh. Morgan yang melihat aksi Anggi yang seakan jijik padanya tidak merasa tersinggung sama sekali, ia justru memegang bagian-bagian lain dari tubuh Anggi, hingga hal tak bermanfaat itu terjadi lagi dan lagi diantara mereka.
"Bereskan mainan Naina, bukan colek-colekan. Bunda adukan dengan Ayah, tahu rasa kalian." ucap Bunda Gita berlalu menuju dapur.
Setelah Bunda Gita pergi, Anggi dan Morgan kembali saling menatap tajam sembari membereskan mainan Naina dengan setengah hati. Bahkan, mainan yang awalnya hanya tercecer di beberapa tempat kini justru semakin bertebaran jauh karena ulah keduanya.
"Haish! Sudahlah aku lelah. Kau kerjakan sendiri ya, bye Sayang." Anggi langsung berlari menuju dapur, meninggalkan Morgan yang pada akhirnya membereskan kekacauan seorang diri. "Bunda sedang apa?" tanya Anggi saat melihat sang bunda tengah berada di dapur.
"Mengupas buah, Ayahmu ingin buah katanya. Oh iya, Morgan kemana?" tanya Bunda Gita saat tidak melihat Morgan di sana.
"Membereskan mainan Naina, Bun."
"Dan kau?"
Anggi cengengesan saat ketahuan tengah mengerjai Morgan. Ya, tujuannya ke dapur sebenarnya bukan untuk mencuci piring sesuai perintah bundanya. Ia hanya sengaja mengerjai Morgan sekaligus membebaskan diri dari pekerjaan melelahkan itu. Bagaimana tidak melelahkan, Naina adalah cucu pertama keluarga Nugroho, jelas saja apapun yang gadis kecil itu mau pasti akan dikabulkan. Bahkan, mainan Naina 'pun memiliki rungan khusus di rumah ini karena saking banyaknya.