Gita Gayatri Kusuma diajak oleh calon suaminya ke sebuah restoran yang berada di dalam hotel berbintang lima. Tanpa sepengetahuannya Gita, calon suaminya sudah membuat perjanjian dengan seorang Presdir muda yang bernama Zevan Abraham
Zevan Abraham membutuhkan wanita yang masih suci untuk ia tiduri semalam karena sudah lima tahun Zevan ditinggal koma oleh istrinya dan dia membutuhkan seorang wanita yang masih suci untuk memuaskan hasratnya semalam saja karena Zevan ingin memiliki keturunan dan calon suaminya Gita yang bernama Yoga yang ingin memenangkan tender, menawarkan Gita ke Zevan. Zevan berjanji meloloskan tendernya Yoga karena Zevan menyukai foto Gita Gayatri yang diperlihatkan oleh Yoga.
Bagaimana nasib Gita selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Damian Dan Zevan
Terdengar lenguhan sensual di dalam ruang ganti pakaian. Lenguhan itu berasal dari bibir Diva dan Raka. Raka yang sangat merindukan Diva, nekat menyusul ke lokasi pemotretannya Diva saat ia menemukan lokasi pengintaiannya berdekatan dengan lokasi pemotretannya Diva. Setelah menyatukan raga dengan Diva dengan posisi nungging, Raka menarik kembali ritsleting celananya dan berkata dengan peluh yang masih bercucuran, "Apa kau mencintai Zevan?"
Diva merapikan rok dan rambutnya sambil berkata, "Kau tahu kalau dari dulu aku mencintai kamu"
Namun, di dalam hatinya Diva berkata, siapa yang tidak akan jatuh cinta dengan mudah pada Zevan Abraham? Dia tampan, kaya raya, keren, lembut, dan suka memanjakan wanita. Aku rasa aku mencintai kamu dan mencintai Zevan, Ka. Maafkan aku kalau aku menjadi terlalu serakah saat ini.
Raka mencium kening Diva dan setelah merapikan rambut Diva, Raka tersenyum lalu melambaikan tangan sambil berkata, "Aku balik ke anak buahku dulu. Aku mencintaimu, Va"
Diva hanya tersenyum sangat cantik sambil melambaikan tangannya. Model dengan tinggi badan 175 cm, berat badan 62kg, dan memiliki lekuk pinggang sempurna bak gitar Spanyol itu duduk di atas meja panjang yang berada di pojok ruang ganti baju lalu ia merokok untuk melampiaskan stresnya.
Di sebuah ruang kerja yang berada di satu lantai dengan ruang kerjanya Zevan Abraham, tampak dua pria tampan berbincang serius. Raymond memberikan laporan ke Bram, "Non Gita tidak ingin kita menyentuh Mama tirinya. Karena kalau sampai Mama tirinya masuk ke penjara, maka Ayahnya akan terkena serangan jantung dan Non Gita yang sangat menyayangi Ayahnya tidak mengijinkan hal itu terjadi"
"Oh, jadi untuk itulah Presdir membawa Non Gita terus berada di dekatnya dan menjadikan Non Gita sekretarisnya lalu mengajak Non Gita tinggal di rumah utama?" Sahut Bram.
"Iya. Karena bahaya masih mengancam di luar sana dan Presdir tidak ingin seseorang menyakiti Non Gita lagi" Sahut Raymond.
"Hmm. Baiklah" Sahut Bram.
Dan di dalam ruang kerja pria tampan. Berbola mata biru, tengah terjadi pergulatan panas di atas ranjang. Zevan menarik bibirnya dan berkata di depan mulut Gita yang merekah frustasi, "Kau menginginkan lebih dari ciuman, Gita. Aku bisa merasakannya. Kau menginginkan amukan badai di dalam mulutmu"
Gita membuka lebar mulutnya seolah mengiyakan penilaian Zevan atas dirinya.
Lalu, Zevan menyusupkan lidahnya dan mengajak lidah Gita berdansa dengan liar. Lidah yang berdansa dengan saling menarik, saling membelit, dan saling mendamba, membuat Zevan dan Gita kehabisan napas.
Zevan dan Gita kemudian menarik lidah mereka. Ketika Gita tengah kesulitan mengatur napas, Zevan mengambil es batu berbentuk balok kecil yang ada di dalam gelas, gelas yang terpajang manis di atas nakas. Lalu, pria tampan itu mengigit es balok kecil itu di antara deretan gigi depannya kemudian ia menunduk pelan.
Saat es balok itu menyentuh dadanya, Gita sontak membeliak dan menengadah dengan frustasi, "Ah!!!! Tuan!!!!!!"
Zevan menyeringai senang, lalu pria tampan itu meneruskan aksinya, ia menggerakkan es balok kecil itu ke bawah dengan perlahan dan berhenti sejenak di atas pusar Gita. Zevan membuat gerakan memutar di sana dan membuat Gita merintih, "Ahhhhh!!!! Tuan!!!!!"
Zevan kembali menyeringai senang dan saat sampai di paha Gita, Zevan mengambil es balok kecil itu dari deretan gigi depannya lalu membuang asal es batu itu. Kemudian Zevan menyusurkan bibirnya ke lelehan es batu mulai dari paha, pusar, sampai ke dada Gita. Zevan bermain cukup lama di benda kembar milik Gita lalu ia berbisik di telinga Gita, "Kau menginginkan aku lebih dari ini, kan?" Zevan melahap cuping telinga Gita sambil menggerakkan jari jemarinya di lembah kenikmatan.
Gita sontak melengkungkan punggungnya dan memekik frustasi, "Tuan! Sudah cukup hukumannya! Ahhhhh!!!!! Tuan!!!!!!"
Zevan berbisik di telinga Gita, "Panggil namaku!" Jari jemari pria tampan itu masih bergerak liar di bawah sana"
"Zevan, ahhhhh!!!!! Zevan!!!!!"
"Pakai Mas! Aku ingin mulai detik ini kau memanggilku Mas Zevan saat kita berduaan seperti ini" Zevan masih terus memainkan jari jemarinya di lembah kenikmatan.
"Ahhhhh!!!!! I.....iyaaaaa!!!! Aaahhhh!!!! Mas Zevan!!!!!!Ahhhhhh!!!!!!" Gita bergelinjang tidak karuan. Itulah momen yang paling ditunggu oleh Zevan Abraham. Lalu, dengan erangan penuh kemenangan, Zevan memasuki inti Gita dan langsung bergerak dengan liar sambil meracau, "Ahhhhh!!!!! Gita!!!!!! Kau sangat luar biasa!!!!! Panggil namaku, Gita!!!!!!"
"Mas Zevan!!!!! Aaahhhhh!!!!!Ohhhhhhh!!!! Mas Zevan!!!!!!" Gita hanya bisa meracau putus asa karena ia belum bisa menggerakkan kedua tangannya untuk mencengkeram kedua pundak Zevan Abraham di saat sekujur tubuhnya dihantam simpul kenikmatan yang sangat luar biasa.
Beberapa detik kemudian, Zevan dan Gita memekikkan kepuasan mereka ke udara bebas secara bersamaan.
Zevan kemudian melepaskan ikatan dasinya, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Gita. Saat Gita memejamkan mata, Zevan tersenyum bahagia. Kemudian pria tampan itu mencium kening Gita dan berbisik di sana, "Tidurlah, kau sudah bekerja sangat keras dan aku sangat menyukai kinerjamu"
Setelah memakai kembali semua bajunya, Zevan berjalan keluar dari tembok dan melangkah ke meja kerjanya. Setelah duduk dengan nyaman, Zevan memencet tombol remote untuk membuka kunci pintu ruang kerjanya.
Zevan langsung berteriak, "Masuk!" Saat ia mendengar ada ketukan di pintu.
Raymond masuk bersama dengan seorang wanita berumur sekitar tiga puluh lima tahunan dan berkacamata. "Ini dosennya Non Gita.Bukankah mulai hari ini Non Gita berkuliah di sini, Presdir?"
"Kembali saja besok. Gita telah bekerja sangat keras hari ini" Sahut Zevan sambil menggerakkan Mouse dan menatap layar laptop.
Bekerja sangat keras? Memangnya Non Gita mengerjakan apa? Batin Raymond dengan wajah penuh tanda tanya. Namun, asisten pribadinya Zevan Abraham itu tidak berani meluncurkan tanya di benaknya dan memilih untuk langsung mengajak wanita berkacamata itu untuk keluar kembali dari ruang kerjanya Zevan Abraham.
Zevan kemudian dikejutkan dengan kemunculan pemuda tampan yang sudah membuatnya cemburu setengah mati.
"Kau! Kenapa kau tidak mengetuk pintu? Dasar bocah tidak tahu sopan santun" Zevan mendelik kesal ke pemuda tampan yang duduk di depannya dengan wajah cengar-cengir.
Pemuda tampan yang bernama Damian itu kemudian berkata dengan wajah santai, "Aku sudah mengetuk pintu sebanyak lima kali dan tidak ada sahutan maka aku buka saja lalu melangkah masuk saat pintunya ternyata tidak dikunci"
Zevan menyipitkan mata dan mendengus kesal.
"Ini surat dari Papaku" Pemuda tampan bernama Damian itu menyodorkan sebuah amplop putih panjang ke Zevan.
Zevan langsung membaca isi amplop itu dan mendelik ke pemuda tampan itu, "Kau akan menjalani test untuk posisi direktur di sini?"
"Hmm" Sahut pemuda itu dengan senyum lebar dan wajah santai.
"Posisi direktur di sini sudah terisi dan pulanglah, bocah!" Zevan mendengus kesal.
"Kalau aku pulang tanpa mengikuti test dan tanpa hasil, maka Papaku akan marah lalu tanah yang Kak Zevan perebutkan dengan Paman Hartawan akan jatuh ke tangan Paman Hartawan, lalu............"
"Sial! Oke! Tunggu sebentar aku akan panggil Ray!" Zevan memencet tombol intern phone-nya dan dengan wajah sangat kesal ia berkata, "Ray, bawa bocah ini ke ruang test!"
"Bocah?" Dan sebelum mendapatkan jawaban atas pertanyannya, sambungan telepon internal itu sudah terputus. Raymond bergegas pergi ke ruang kerja bosnya.
Damian menunggu kedatangannya Raymond sambil bertanya, "Kenapa banyak orang yang bilang kalau kita ini mirip? Bola mata Kakekku juga berwarna biru seperti bola mata Kak Zevan. Kenapa aneh, ya?"
Zevan langsung menggeram, "Jangan ceriwis dan jangan memanggilku Kakak! Aku bukan Kakak kamu! Dasar bocah tengik, cih!"
"Kenapa Kakak sepetinya benci sama aku? Apa salahku?"
"Kau mau duel denganku, hah?! Aku bilang jangan ceriwis, kok, tetap aja ceriwis! Ayo duel!" Zevan bangkit berdiri dan Raymond yang datang tepat waktu langsung mengajak Damian keluar dari ruang kerjanya Zevan.
Zevan duduk kembali di kursi kerjanya dengan napas menderu kesal.
Sedangkan Damian melangkah keluar dari dalam ruang kerjanya Zevan dengan wajah penuh tanda tanya, kenapa dia merasa aneh menemukan wajahnya dan wajah Zevan ada kemiripannya dan bola mata birunya Zevan persis sama dengan bola mata biru milik kakeknya Damian.
lbh parah mlh...
knp bisa di kadalin diva?
#dan lg mana mungkin g ada cctv di mansion??
apapun bentuknya masak pemerkosa di jadikan mc...
#
mlh kesannya kyk jalang...