Demi membalas sakit hatinya pada ayahnya, Jansen Howard tidak pernah berniat menamatkan kuliahnya oleh sebab itu dia sudah berkuliah selama 5 tahun di universitas milik ayahya sendiri. Tidak hanya itu saja, Jansen Howard pun membentuk sebuah geng motor dan membuat banyak kekacauan namun dengan kekuasaan yang ayahnya miliki, dia bisa terbebas dengan mudah tapi semua itu tidak berlangsung lama karena semua kesenangan yang dia lakukan mulai terancam akibat seorang dosen cantik yang mampu melawannya.
Elena Jackson adalah putri seorang mafia yang keluar dari zona aman serta pengaruh besar keluarganya. Dia memilih untuk menjadi dosen disebuah universitas yag ada di kota London namun pekerjaan yang hendak dia nikmati justru membuatnya mendapatkan misi untuk menangani Jansen Howard. Merasa mendapatkan tantangan, Elena tidak menolak oleh sebab itu, hari beratnya dengan sang murid yang lebih tua darinya itu dimulai. Apakah Elena mampu menyelesaika misi dan mengatar Jansen pada pintu kelulusan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sidang Yang Sedikit Kacau
Ruang persidangan menjadi ricuh setelah bukti-bukti selesai diputar. Elena melihatnya dari perangkat laptop yang dia miliki, tentunya dia meminta s jenius untuk membantunya meretas agar dia dapat menyaksikan meskipun dia tidak hadir di dalam persidangan itu.
Semua yang tadinya sangat senang karena merasa sudah akan menang mendadak seperti tidak menerima ada bukti yang ditunjukkan apalagi kedua puluh pemuda yang mengaku mendapatkan penganiayaan tapi bukti justru menunjukkan jika ternyata merekalah yang telah melakukan penganiayaan.
Jansen yang tadinya sudah pasrah pun terlihat tidak percaya. Apa semua bukti itu ditemukan oleh Elena? Tapi bagaimana caranya? Ternyata dosennya itu benar-benar tak terduga. Bolehkah dia tersenyum sekarang melihat kepanikan para pecundang yang sedang ricuh di ruang sidang?
Tidak saja kedua puluh pemuda itu yang panik, ekspresi Anne dan Richard tampak tidak menyenangkan namun di antara mereka ada satu orang yang paling terlihat ketakutan dan dia adalah sang rektor karena dia disebutkan oleh dua puluh pemuda itu sebagai orang yang akan melindungi mereka tentunya semua itu tak lepas dari suap yang diberikan oleh Anne dan Richard.
Agar Jansen mendekam di penjara untuk waktu yang lama, Anne dan Richard memang menyuap rektor untuk menghilangkan bukti. Sang rektor pula yang memerintahkan kedua puluh pemuda itu untuk memberikan keterangan palsu dan saksi yang melihat perkelahian mereka, mendapatkan suap dari sang rektor. Butuh banyak drama untuk menyingkirkan satu orang namun semua itu gagal di saat mereka merasa drama yang mereka mainkan sudah akan berhasil. Siapa yang akan menduga jika tiba-tiba ada seorang pengacara dengan membawa bukti datang? Sungguh mereka sangat ingin tahu siapa yang telah mengutus pengacara itu untuk menyelamatkan Jansen.
Anne dan Richard semakin terlihat tidak senang, padahal mereka mengira rencana sudah akan berhasil tapi mereka justru gagal. Mereka tahu yang melakukannya bukan Bob karena Bob sendiri tidak peduli lalu siapa?
"Silent!" teriak hakim sambil mengetuk palu.
Semua diam, tak bersuara, Mereka yang begitu bersemangat memberikan kesaksian palsu hanya bisa menunduk. Sekarang mereka benar-benar berada di dalam masalah jika sampai Jansen menuntut balik mereka semua. Elena yang menonton itu dari layar laptopnya, sangat puas melihat ekspresi bodoh mereka semua yang tadinya sudah begitu bersemangat memojokkan Jansen.
"Semua bukti itu, apa bisa dibuktikan keasliannya?" tanya sang hakim.
"Kau bisa memeriksa sendiri yang, Mulia. Rekaman kejadian yang terjadi di belakang kampus, dan percakapan kedua puluh pemuda itu asli dan kau bisa membedakannya. Aku berani menjamin jika semua rekaman ini asli," ucap pengacara yang dipercayai oleh Elena. Tentunya dia bukan sembarangan pengacara, Elena bahkan harus merogoh kocek yang dalam dan lagi-lagi dia harus mengeluarkan uang yang banyak gara-gara Jansen. Gaji pertama sebagai dosen belum dia dapat tapi dia sudah rugi banyak. Setelah ini, Jansen harus menggantinya karena dia ingin pemuda itu memulai awal yang baru dari nol.
"Dari mana kau mendapatkan bukti palsu itu?" teriak Anne tidak terima.
"Sudah aku katakan, rekaman ini bisa diperiksa keasliannya!"
"Siapa yang membayarmu?" tanya Richard pula.
"Klienku sangat dirahasiakan jadi aku tidak bisa menjawab!"
"Sial!" Anne dan Richard memukul meja akibat kesal.
Sang pengacara memberikan bukti rekamannya, saat itu juga rekaman diperiksa dan semua itu dinyatakan asli, Ruang sidang menjadi tegang, bukan tegang karena tidak sabar mendengar hukuman yang akan Jansen dapatkan tapi semua jadi tegang karena takut Jansen kembali menuntut mereka.
"Rekaman ini asli dan semua kesaksian kalian palsu!" ucap sang hakim. Jansen tersenyum lebar mendengarnya sedangkan semuanya ricuh.
"Rektor yang meminta kami memberikan kesaksian palsu yang Mulia!" teriak seorang pemuda yang takut akan dituntut balik.
"Benar, rektor mengancam akan mengeluarkan kami oleh sebab itu dia memerintahkan kami untuk memberikan keterangan palsu!" teriak yang lainnya.
"Jangan asal menuduh, apa kalian memiliki bukti!" teriak sang rektor.
"Tidak perlu bukti, kau mendatangi kami di rumah sakit lalu memberikan kami ancaman. Kau akan mengeluarkan kami semua atas apa yang telah kami lakukan karena telah mengeroyok Jansen dan hampir membunuhnya. Kau memberikan kami tawaran jika kau tidak akan mengeluarkan kami jiika kami mengatakan kesaksian palsu pada pihak berwajib oleh sebab itu kami melakukannya agar kami tidak dikeluarkan dari kampus!" sekarang perkataan itu menunjukkan jika rekaman yang ada adalah asli.
"Tunjukkan buktinya barulah kalian boleh asal bicara!" sang rektor masih tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan. Karirnya bisa terancam jika sampai apa yang dia lakukan diketahui oleh banyak orang apalagi persidangan itu diliput oleh beberapa stasiun televisi meski tidak secara live. Karirnya sebagai rektor bisa terancam dan dia akan dikeluarkan dari kampus.
"Memang kau pelakunya!" kini saksi yang melihat perkelahian Jansen buka suara.
"Apa lagi?" teriak sang rektor.
"Kau yang ingin Jansen dikeluarkan dari kampus oleh sebab itu kau membuat siasat. Aku menerima uang suapmu tapi aku merasa tidak tenang setiap hari karena tidak seharusnya aku melakukan hal ini tapi aku memang butuh uang untuk membayar biaya kuliahku oleh sebab itu aku terpaksa menerima uangmu!"
"Tutup mulutmu, jangan memperkeruh keadaan!"
"Yang mulia, kami memberikan kesaksian palsu karena kami diancam olehnya!" kini dua puluh pemuda itu melakukan pembelaan diri.
"Jangan memfitnah aku!"
"Semua memang sesuai dengan perintahmu yang ingin Jansen keluar dari kampus!"
"Aku melakukan hal ini karena mereka yang meminta aku melakukannya!" teriak sang rektor seraya menunjuk ke arah Anne dan Richard. Dia merasa sudah tidak memiliki peluang untuk membela diri lagi jadi dia harus mengatakan kebenarannya.
"Wah.. Wah, jangan lempar batu sembunyi tangan. Kau tahu apa akibatnya memfitnah kami, bukan?" ucap Anne dengan angkuhnya.
"Semua memang kau yang memintanya, Nyonya!" rektor itu tidak terima dan hendak mendekati Anne dan Richard namun petugas yang berjaga justru menahan mereka.
"Cukup!" hakim kembali mengetuk palu karena dia sudah cukup melihatnya.
Jansen yang tadinya sudah terpojok benar-benar puas melihat kericuhan itu. Dia tahu ibu tirinya dan Richard sudah pasti terlibat tapi mereka berdua bukanlah orang bodoh yang akan meninggalkan jejak sama sekali. Mereka begitu licik, sebab itu ayahnya yang bodoh mudah tertipu oleh mereka berdua.
"Setelah melihat perdebatan kalian dan juga bukti-bukti ini, Jansen Howard dinyatakan tidak bersalah dan dia bebas tanpa syarat!" ucap Hakim sambil mengetukkan palunya karena dia sudah mengambil keputusan untuk kasus itu.
"Yes!" Jansen bersorak, sedangkan Anne dan Richard kesal.
"Aku akan menuntut kalian semua, tunggulah pembalasan dariku!" ancam Jansen.
"Jangan Jansen, kami hanya mendapatkan ancaman dari rektor!"
"Benar, kami diancam!" kini kedua puluh pemuda itu justru memohon padanya.
"Diam!" hakim kembali mengetukkan palu.
"Sidang selesai, masalah kalian selesaikan di luar!" ucap sang hakim.
Borgol yang membelenggu kedua tangan Jansen dilepaskan, pemuda itu sangat puas dan rasanya sudah tidak sabar untuk menemui penyelamatnya yang dia yakini berada di luar sana. Sidang dibubarkan dan pada saat itu, kedua puluh pemuda yang mengeroyoknya justru mengerumuni dirinya untuk meminta maaf.
Sang rektor menghampiri Anne dan Richard, untuk meminta bantuan dari mereka agar dia tidak dipecat namun Anne dan Richard justru cuci tangan dan bertingkah seolah-olah mereka tidak tahu apa pun. Mereka adu mulut sesaat namun Anne dan Richard memang sengaja tidak pergi karena mereka ingin melihat siapa sebenarnya orang yang sudah membantu Jansen.
bilang kalo lu dah putus hubungan sama bapak lu.. bila perlu tanya tuch sama yg nyumbang makann. bisa nyumbang bayarin kuliah juga gak