Kisah ini mencertiakan tentang Zahra gadis manis yang berasal dari desa.
Zahra adalah anak yang sangat berbakti kepada kedua orangtua nya. Dia bertekad menjadi orang sukses.
Zahra pun pergi merantau ke kota untuk bekerja.
Gadis itu tidak pernah menyangka dalam perjalanan hidup nya dia bertemu dengan Pria Tampan dan sukses.
Dialah Arfan pratama, Pria tampan dan sukses tapi sayang dengan kepribadian yang dingin dia selalu gagal dalam hubungan asmara nya.
Akankah Zahra dan Arfan akan bersatu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saffana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAMA TARI MELAMAR ZAHRA
Suasana di pagi hari sangat sejuk dan juga indah. Sinar matahari perlahan terlihat menampilkan keindahan nya. Muncul dengan malu-malu cahaya itu semakin tinggi menyinari alam semesta.
Mama Tari sekarang sedang bersiap-siap. Wanita paruh baya itu sudah tidak sabar akan berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk orang tuanya Zahra.
"Bi, saya keluar sebentar, jika ada telepon dari Arfan menanyakan saya. Bilang saja saya sedang bertemu teman."
Mama Tari berbicara kepada pekerjanya.
"Baik Nyonya, nanti akan saya sampaikan," jawab seorang wanita paruh baya yang bekerja dengan Mama Tari itu.
Wanita paruh baya itu pun memasuki mobilnya dan langsung pergi diantar sopir yang selalu menemaninya.
"Ah… aku merasa gugup, sekaligus bersemangat," gumam wanita paruh baya itu.
****
Di tempat lain tepat nya di toko tempat Sari bekerja. Gadis itu sedang melayani pelanggan dengan sabar dan juga ramah. Sekarang Sari di pindahkan di bagian depan khusus untuk melayani pembeli. Dirinya kerja sampai lupa istirahat karena selalu disuruh-suruh Fina.
Semenjak Zahra di pecat Fina lah yang menjadi kepercayaan Bos pemilik toko itu. Perangai nya yang bermulut manis dan pandai mengambil hati Bosnya membuat Fina semakin berkuasa dan mengucilkan karyawan yang tak disukainya.
Karena Sari temannya Zahra, Fina sangat tidak suka jika Gadis itu dipindahkan ke bagian depan. Fina takut jika perlakuan Bosnya akan berubah lagi.
"Hei … Sari! Kamu kalau kerja tuh yang benar, jangan lelet. Yang lain sudah selesai mengerjakan pekerjaannya, kamu ko masih belum selesai juga."
Sindiran itu terlontar dari mulut Fina. Sari yang mendengarnya tak menggubris perkataan Fina. Hampir setiap hari teman kerja nya itu berkata seenaknya membuat telinga nya kebal dengan sindiran.
"Sabar … sabar, belum aja dia kena batunya," batin Sari di dalam hatinya.
"Orang-orang kampung itu kalau disuruh kerja memang nggak becus, makan gaji buta saja bisanya."
Fina melontarkan hinaan lagi kepada Sari, karena tak puas lawan yang di ajak nya berbicara tak menanggapi perkataan nya.
Sari yang mulai terpancing emosi pun langsung mengepalkan tangan nya.
"Hei … jaga ucapanmu!" bentak Sari sembari tangannya menunjuk tepat di depan wajah Fina.
Kedua mata Fina membulat. Dirinya terkejut dan tak menyangka jika Sari akan seberani itu. Akan tetapi hanya gertakan kecil saja tak akan membuat Fina takut dan berhenti menghina Sari.
"Kenapa? nggak terima! Kan memang itu kenyataan nya. Dasar tak tahu malu," cibir nya lagi.
"Dasar … Wanita ular dan bermuka dua!" seru Sari menanggapi ucapan Fina yang membuat dirinya hilang kesabaran.
"Apa kamu bilang? Berani-berani nya mulutmu itu menghinaku!" pekik Fina dia mengangkat tangannya hendak menampar Sari. Akan tetapi perkiraan nya melesat karena Sari sudah lebih cepat menangkap tangannya.
Sari mencengkram tangan Fina dengan erat. Sampai-sampai Fina meringis kesakitan.
"Lepaskan tanganku!" seru Fina kesakitan sembari menatap benci kepada Sari.
"Lo kira, gue bakal diem aja gitu? Lo salah besar! gue nggak seperti Zahra yang diem aja ditindas. Sekali lagi lo menghina gue … gue pastiin lo nggak bakal hidup tenang!" cecar Sari pada Fina matanya menatap nyalang penuh dengan kebencian dan juga kata-kata ancaman yang dia lontarkan.
Fina yang mendapat serangan mendadak pun dibuat terpaku dan sangat takut melihat kemarahan dari matanya Sari. Dirinya kira Sari sama seperti Zahra. Tapi ternyata dirinya salah besar.
Sari pun melepas tangannya Fina dan langsung meninggalkannya. Fina yang masih berdiri mematung itu tak bisa membalasnya karena masih syok dengan apa yang Sari ucapkan.
****
Mama Tari sedang berjalan di lorong menuju tempat rawat inap Bapak nya Zahra. Wanita paruh baya itu terus menyunggingkan senyum nya samar sembari menyusuri lorong rumah sakit.
Kini dia sudah sampai di depan pintu.
"Tok"Tok"Tok"
Mendengar suara ketukan dari luar Ibunya Zahra langsung membuka pintu.
"Apakah ini ruang perawatan Orang tuanya Zahra?" tanya Mama Tari kepada wanita yang umur nya sepertinya tidak beda jauh dengan nya.
Namun karena kurang mendapatkan perawatan badan nya lebih terlihat tua dan banyak terlihat kerutan.
"Benar, maaf ini dengan siapa ya? Dan ada perlu apa mencari saya?" tanya Ibunya Zahra.
"Boleh saya masuk?" tanya Mama Tari lagi.
"Boleh, silahkan."
Ibunya Zahra pun akhirnya mempersilahkan Wanita Paruh baya yang terlihat sangat berwibawa itu masuk ke ruangan tempat suaminya di rawat.
"Bagaimana, dengan kondisi Bapaknya Zahra? Apakah sudah membaik?" tanya Mama Tari sambil melihat ke arah Bapaknya Zahra.
"Alhamdulillah … sudah lebih baik dari sebelumnya, Maaf sebelumnya. Ibu ini siapa dan ada urusan apa hingga sampai repot-repot menemui kami?" tanya Ibunya Zahra tanpa berbasi-basi.
"Perkenalkan, nama saya Tari orang tua Arfan yang sekarang menjadi Bosnya Zahra. Jadi begini Bu, saya menemui Ibu dan Bapak … bermaksud ingin melamar Zahra."
Ibunya Zahra tersentak mendengar penuturan Mama Tari. Dia masih belum bisa mencerna perkataan Mama nya Arfan tersebut.
Mama Tari yang melihat keterkejutan dari wajah Ibunya Zahra pun langsung menjelaskan semuanya kepada ibunya Zahra.
"Mungkin … Ibu tidak tahu bahwa Zahra dan Arfan … mereka berdua memiliki hubungan dan sudah berjalan dari beberapa bulan yang lalu, Saya sebagai orang tua Arfan sangat berharap, Ibu dan Bapak bisa menerima anak saya."
Mama Tari diam setelah menjelaskan maksud dan tujuan nya.
Bapak dan ibunya Zahra tercengang. Mereka sangat terkejut. Pasalnya Putri semata wayangnya itu tak pernah menceritakan sebelumnya. Yang mereka tahu Arfan adalah Bos di tempat nya bekerja itu saja.
Untung saat ini kondisi Bapaknya sudah stabil dan jauh lebih baik. Jadi mengendengar penjelasan Mama Tari tidak membuat nya drop kembali.
"Maaf Bu Tari … mungkin ibu salah, tidak mungkin anak saya mempunyai hubungan dengan anak ibu! Yang saya tahu Pak Arfan itu pemilik Restoran di tempat kerja nya sekarang."
Ibunya Zahra tidak percaya dengan penjelasan Mama Tari. Putri semata wayang nya itu tidak mungkin menyembunyikan hal sepenting itu padanya. Apalagi beberapa hari yang lalu Bosnya itu sempat menemuinya. Jika mereka memiliki hubungan serius anaknya pasti langsung memberitahunya.
"Jika Ibu tidak percaya. Saya akan menghubungi Arfan dan menyuruh mereka berdua kemari sekarang juga."
Mama Tari berusaha meyakinkan kedua orang tuanya nya Zahra.
Mama Tari pun langsung menghubungi Arfan. Untungnya panggilan langsung tersambung dan langsung diangkat oleh Arfan.
"Halo Ma, ada apa?" tanya Arfan di dalam panggilan telepon.
"Fan, kamu sama Zahra. Tolong ke rumah sakit sekarang! Mama ada di rumah sakit di tempat orang tuanya Zahra di rawat."
"Degh"
Detak jantung Arfan seketika berhenti. Dirinya sangat terkejut mendengar perkataan sang Mama.pemikirannya buntu Pria itu tak bisa memikirkan cara lagi.
"Apa? Mama bilang sedang dimana?" tanya Arfan memastikan pendengarannya.
"Mama …sedang bersama orang tuanya ya Zahra. Jadi kamu sama Zahra cepatlah kemari!" perintah wanita paruh baya itu.
LOgiKA