NovelToon NovelToon
Tetangga Ko' Gitu?!

Tetangga Ko' Gitu?!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya / Keluarga / Romansa
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arambano

Jika waktu bisa diputar kembali, sepertinya seorang Nara akan dengan senang hati supaya tidak bertetangga dengan seorang laki-laki yang bernama Dikta yang mulutnya sepedas samyang, sikapnya selalu membuat Nara naik darah ditambah anaknya yang mempunyai tingkat percaya diri yang tinggi juga selalu membuat dirinya pusing bukan kepalang.

Tetapi karena suatu insiden, seorang Nara malah dibuat luluh hanya dengan satu perbuatan baik dari Dikta yang menolong Nara saat dirinya sedang berada dalam masalah dan dia seolah melupakan semua perbuatan Dikta yang selalu membuatnya naik pitam.

°°°°

Kalo gue punya stok kesabaran seluas lautan saat menghadapi Mas Dikta, kayaknya gue bakal dengan senang hati menolongnya tanpa pamrih juga. Tapi masalahnya, gue engga punya itu semua.
- Nashira Cahaya Baru -

#

Saya senang kalo udah ngeliat seorang Nashira lagi kesel sama saya. Seperti memiliki kepuasan tersendiri.
- Bagaskara Pradikta -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arambano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

List misi

Senin. Kembali ke rutinitas seperti biasa. Tapi gue merasa ada yang berbeda dengan hari senin kali ini. Yang biasanya gue suka males sama yang namanya hari senin, tapi untuk sekarang gue malah merasa punya semangat yang tinggi. Kayaknya efek setelah liburan juga deh, jadi beban fikiran tentang kerjaan maupun tentang perasaan gue ke Mas Dikta juga berasa plong. Otak gue berasa fresh.

Gue berangkat kerja lebih pagi dari biasanya, karena hari ini gue sengaja mencoba untuk jangan ketemu dulu sama Mas Dikta, soalnya belum kepikiran mau caper kayak gimana ke dianya. Tapi untuk sekarang, kayaknya gue udah punya caranya deh.

Disela-sela kerja, gue kepikiran untuk mulai menyiapkan beberapa to the list yang harus gue lakukan untuk bisa mengetahui apakah Mas Dikta punya perasaan yang sama dengan yang gue rasakan atau engga nya. Gue mulai menulis beberapa poin penting yang akan gue jadikan acuan untuk bagaimana gue harus bersikap ketika bertemu dengan Mas Dikta juga. Setelah gue memikirkan secara matang, gue menarik kesimpulan bahwa ada 5 poin yang harus dilakukan.

Misi untuk meruntuhkan daerah kekuasaan hati Raja Dikta dan Nona Asya dalam 2 bulan :

Awali dengan hal mudah dulu, selalu masakin Mas Dikta sama Asya, kalo bisa harus diri sendiri yang masak ya. Soalnya ada yang bilang cinta berawal dari sebuah masakan. Eaaa.

Rajin bertamu ke rumah nya, kalau perlu pas pulang kerja langsung ke rumahnya dan temenin Asya sampai Mas Dikta pulang kerja, ya meskipun pasti cape sih, tapi engga papa. Supaya Mas Dikta dan Asya bisa cepat luluh sama gue. Tapi kok gue berasa istrinya yang lagi nunggu suaminya pulang kerja aja ya? Haha.

Kalo hari weekend sekali-kali ajak Mas Dikta sama Asya untuk pergi keluar, supaya bisa semakin dekat. Eh jadi inget kata-kata si Mamah berasa lagi family time. Yhaa.

Rajin komunikasi dengan Mas Dikta, recokin dengan beberapa pesan WA. Supaya Mas Dikta selalu ingat dengan yang namanya Nashira. Eh bukan, panggilan sayang dari Mas Dikta kan Nanas, bukan Nashira. Aseek.

Terakhir, menyerah. Poor me.

Gue tersenyum lebar kala melihat list yang udah gue tulis diatas. Dan untuk poin terakhir gue sengaja menulisnya supaya gue bisa ingat kalau dalam jangka waktu 2 bulan keempat poin nya engga terlaksana dengan baik ya terpaksa poin kelima harus dilakukan.

"Woy! Bukannya kerja malah senyam-senyum engga jelas. Kesambet lo ya?" Ngagetin banget deh Salwa. Lagi enak-enak menghayal bareng Mas Dikta malah jadi ambyar kan.

Gue mendelik tanpa berniat untuk menjawab perkataannya.

Salwa melirik ke arah note yang udah gue tulis. Dan gue yakin sih dalam hati dia membaca semua nya.

"Widih pantesan aja dari tadi senyum engga jelas gitu. Lagi bikin to the list untuk menaklukan hati tetangga lo toh." Ucapnya dengan tersenyum seolah menggoda gue.

"Menurut lo gimana Wa dengan apa yang gue tulis ini? Berlebihan engga sih? Takutnya ini terlalu murahan untuk gue berjuang." Gue meminta pendapat Salwa supaya gue bisa yakin apa yang gue lakukan ini benar.

"Bentar gue baca lagi coba."

Gue mempersilahkan Salwa untuk membaca kembali semua poin itu. Berharap sih apa yang Salwa fikirkan sama dengan gue. Saat Salwa lagi membaca semua poin nya lagi, gue mencari keberadaan A Galih. Tapi ternyata dianya lagi engga ada. Kayaknya lagi konsul sama Bu Desi deh. Padahal gue mau minta pendapat dia juga terkait 5 poin ini.

"Menurut gue sih oke-oke aja Nar. Engga terlalu berlebihan sama semua yang lo tulis ini. Cuman gue mau tanya, itu untuk yang no 4 maksudnya gimana? Takutnya yang gue fahami beda sama yang lo maksud."

"Jadi maksud dari no 4 itu gue jadi sering WA Mas Dikta. Misalnya nanyain udah makan siang atau belum nya, terus pulang jam berapa, mau dimasakin apa. Semacam gitulah. Emangnya yang lo fahami dari no 4 itu apa?" Tanya gue.

"Oh oke i see. Kalo gitu sih engga papa. Gue tadi mikirnya lo ngerecokin tetangga lo dengan ucapan 'selamat pagi, lagi apa, sama siapa' kayak gitu."

Tapi bagus juga sih apa yang Salwa bilang barusan. Bisa dicoba deh. Eh tapi bentar-bentar. Gue berfikir lagi.

Kayaknya jangan deh. Soalnya berasa ABG puber aja gue kalau gitu mah. Nanti Mas Dikta nya malah ilfeel lagi. Lagian kan Mas Dikta udah bukan ABG lagi, udah bapak-bapak malahan. Lho tapi kok gue malah jadi penasaran ya sama umurnya Mas Dikta. Kira-kira berapa ya umurnya? Nanti deh gue coba tanya sama si Mamah, kali aja dia tahu.

"Ya enggalah Wa. Kayak ABG aja kalo gue tanya kayak gitu." Jelas gue.

"Nah iya. Mangkanya gue nanya ke lo. Takutnya lo mau ngerecokin nya dengan cara kayak gitu, jadi mau gue larang. Karena kalau menurut gue ya, cowo kalo direcoki kayak gitu bukannya cinta malah jadi apa sih gitu lho sama si cewe nya. Untungnya lo engga."

Tuh kan pemikiran Salwa juga sama dengan apa yang gue fikirkan.

"Oke deh. Thanks ya Wa udah bantuin gue ini itu. Jadi tambah sayang deh sama lo." Ucap gue sambil merentangkan tangan untuk peluk Salwa. Tapi dianya malah kayak yang risih. Parah emang Salwa.

"Najis! Lagian lo udah kayak sama siapa aja Nar!" Kebiasaan banget lagi mulut barbar nya Salwa kalau ngomong suka engga kira-kira.

"Tapi inget ya Nar. Cuman 2 bulan lo bersikap kayak gitu sama tetangga lo. Kalo dalam waktu 2 bulan tetangga lo engga menunjukkan ketertarikan sama lo, lupain. Ingat jangan sampe lo ngemis cinta sama dia. Lo juga punya harga diri yang harus lo jaga." Lanjut Salwa.

Kalau udah gini gue suka jadi terharu sendiri. Bersyukur banget punya temen berkualitas kayak Salwa. Selalu mengingatkan gue tentang kebaikan. Oh iya jangan lupakan A Galih juga.

Meskipun saat ini gue cuman punya 2 teman baik kayak Salwa sama A Galih, tapi gue engga merasa kurang. Karena ada yang bilang lebih baik punya sedikit teman tapi berkualitas daripada punya banyak teman tapi bermuka 2.

"Iya Wa. Makasih juga udah ingetin gue soal ini. Gue pengen peluk lo dong Wa." Ucap gue masih dengan merentangkan tangan.

"Nih nih gue kasih deh." Sambil merentangkan tangannya juga. Berasa teletubis lagi berpelukan. Haha.

"Udah lah gue mau setor desain dulu sama Bu Desi. Balik kerja lo Nar. Jangan mikirin tetangga lo terus." Perintah Salwa sambil kembali ke tempatnya dan mengambil beberapa desain untuk disetorkan ke Bu Desi.

\*\*\*\*

Jam kerja sudah berakhir. Dan demi terlaksananya keempat misi gue, sepulang kerja ini gue mampir dulu ke supermarket untuk membeli beberapa bahan masakan yang nantinya akan gue masak dan dikasih ke Mas Dikta sama Asya. Untuk sekarang gue memilih sayur-sayuran dan perdagingan dulu, karena gue berfikir Asya juga sedang dalam masa pertumbuhan jadi mau gue biasakan untuk memberinya sayur-sayuran supaya terbiasa dan nantinya bisa suka.

Lho pede banget gue berfikir kayak gitu, emangnya mereka akan nerima gue jadi bagian dari kehidupannya apa. Gue gelengkan kepala.

Setelah selesai berbelanja, gue langsung pulang ke rumah. Baru juga sampai turun dari motor, si Mamah langsung keheranan karena melihat gue membawa beberapa belanjaan bahan masakan.

"Engga angin engga ada hujan, tumben-tumbenan kamu belanja bahan masakan gini. Biasanya juga kalo disuruh sama Mamah banyak banget alesannya."

Iya sih gue tahu. Berasa durhaka disuruh sama orangtua sendiri engga mau, tapi giliran untuk orang lain malah dengan sukarela gue mau melakukannya.

Oke jangan ditiru ya apa yang gue lakukan ini!

"Komentarnya nanti aja Mah. Ini tolong bantuin aku dulu bawa barang belanjaannya. Berat ini." Ucap gue dengan sedikit kesusahan mengambil beberapa kresek dari gantungan di motor.

"Lagian kamu belanja banyak banget ini. Padahal mamah juga baru weekend kemarin belanja bahan masakan. Kita cuman bertiga Ra, takutnya malah kebuang tahu. Mubazir." Protes si Mamah sambil mengambil beberapa kresek dan membawanya ke dalam rumah.

"Yey siapa bilang ini buat kita Mamah." Kata gue dan ikut berlalu ke dalam rumah.

Gue menyimpan beberapa bahan masakan ke dalam kulkas. Dan mulai menatanya. Sedangkan si Mamah di meja makan tengah memperhatikan apa yang sedang gue lakukan.

"Terus buat siapa kalo gitu?"

Gue bingung, apa gue juga jujur aja ya sama si Mamah. Gue menimang sebentar. Hmm kayaknya alangkah baiknya gue jujur juga sama si Mamah deh. Kali aja kalau si Mamah juga tahu tentang ini, dia bakal mendo'akan gue supaya berhasil. Do'a orang tua kan mustajab.

"Buat Mas Dikta sama Asya." Ucap gue dengan pelan.

"Maksudnya?" Tanya si Mamah sambil menuangkan air kedalam gelas dan meminumnya.

"Iya buat Mas Dikta sama Asya. Aku mau coba masak buat mereka. Dan membuat mereka luluh sama apa yang aku lakukan Mah."

BYURRR!!!

Si mamah nyembur tepat di depan gue.

"HAH, NGOMONG APA KAMU?!" Tanyanya dengan kencang.

°°°

1
Ida Panggabean
bagus
Blue ocean
makasih ka,semoga enjoy ya ka
ariz
ceritanya bagus, jarang typo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!