Suamiku Anak Mami

Seminggu kemudian.

Plakkkkkkk!

Farhan melempar sebuah dokumen pada mata-mata suruhanya. Pria itu menatap orang suruhanya kejam dengan tatapan mata membunuh. "Laporan apa ini?" Mulai naik darah.

"Itu laporan asal-usul Nona Jennie, Tuan. Nona adalah anak tunggal dari pasangan Hermawan dan Lynda. Ayah dari Nona Jennie adalah pebisnis kecil yang perusahaanya bahkan tidak akan terlihat oleh anda," tuturnya melebih-lebihkan.

"Apa yang kamu lakukan selama satu minggu ini, hah? Untuk apa membuat laporan yang saya sudah tahu isinya. Cari tahu sesuatu yang berbeda, misal rahasia atau sesuatu yang mereka tutupi dari publik." Menendang meja kerjanya emosi.

"Saya ada sebuah informasi, namun sumber ini tidak jelas. Saya mendapatkanya dari seseorang yang mengaku mengenal keluarga mereka, bisa dibilang ia merupakan sahabat dari ibu kandung Nona Jennie," tutur mata-mata itu sedikit takut, takut jika informasi yang ia berikan tidak berguna nantinya.

"Cepat katakan, bodoh!" Jika ada pisau di atas meja kerja Farhan, mungkin ia akan menusuk manusia yang ada di depanya kini. Terlalu bertele-tetel.

"Saya tidak tahu pasti tentang hal ini, menurut informasi yang saya dengar, kedua orang Tua Jennie pernah memiliki sorang anak di usia remaja, dan katanya mereka membuang anaknya untuk menutupi aib. Maaf jika kurang berkenan, ini adalah gosip. Maka dari itu saya tidak menambahkanya dalam daftar dokumen." Sudah gemetar setengah mati.

"Pergi!" bentak Farhan.

"Ya." Pria suruhan Farhan itu mendadak bingung.

"Pergi atau kau ingin mati sekarang juga?" Mengepalkan bogem mentah ke arahnya. "Cari orang yang memberi tahu informasi itu, aku ingin bertemu denganya."

"Ba-ba-ik, Tuan. Saya permisi sekarang juga." Pria itu segera berbalik badan, lalu keluar dan menghilang di balik bingkai pintu ruang kerja Farhan.

"Arghhhhh!" Farhan mengggeram frustasi, melemparkan barang-barang ke segela arah. Persis seperti Jennie apa bila sedang marah. Kedua Kaka beradik itu hampir memiliki hoby mengamuk yang sama.

Kenapa kamu tega sekali membuangku, Ibu? Apa aku tidak layak untuk hidup di sampingmu. Benar, aku adalah anak haram yang akan membuat kalian malu, maka dari itu kalian memilih untuk membuangku.

Ayah, Ibu, akan ku pastikan bahwa kau lah yang tidak layak bersanding denganku, lihatlah putrimu yang berharga, dia ada di sekitarku, aku akan membalas semua kejahatanmu kepadanya.

Umpat Farhan dalam hatinya.

***

Farhan masuk keruang kerja pak Haris, kebetulan hari ini pak Haris sudah pulang terlebih dahulu dari perjalanan bisnisnya di Amerika, sementara William masih di sana untuk mengurus beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan.

"Permisi, Tuan." Farhan berjalan sambil menundukan kepalanya. Dari apa yang ia lihat, Tuan-nya itu pasti sedang memiliki banyak pikiran. Mungkin memikirkan kedua putranya yang berebut wanita, juga memikirkan istrinya yang tidak suka dengan mantu barunya.

"Sampai kapan kau akan memanggilku dengan sebutan Tuan? Apa kau tidak sudi memanggilku ayah? Padahal aku telah menganggap kau seperti anak kandungku sendiri." Tuan Haris memandangi Farhan yang sedang duduk kaku di hadapanya, aura segan masih terlihat di wajah Farhan setiap kali mereka bertemu.

"Maaf Tuan, saya merasa tidak pantas memanggil anda dengan sebutan Ayah," ucapnya dengan bahasa lugas dan sopan.

"Kamu adalah pengaruh terbaik untuk Revikal grup, tanpa kerja kerasmu, Revikal tidak akan semaju ini. Bagian mana yang merasa kamu tidak pantas memangilku ayah, apa karena aku hanya orang tua angkatmu?" Kesal.

"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud. Biarkan saya mengabdi pada anda seperti anak kandung anda. Namun masalah panggilan, saya tidak berani, saya takut anak kandung anda merasa tidak nyaman jika saya memanggil Anda dengan sebutan Ayah." Farhan menunduk sopan.

"Baiklah, kalau itu maumu, aku akan terima keputusanmu." Mengangguk dengan senyum kecewa.

Tuan Haris memang sangat membanggakan Farhan selama ini, Revikal grup berkembang sangat pesat berkat kemampuan Farhan. Dia di adopsi pada umur delapan belas tahun, dan di umur yang ke dua puluh tahu Farhan mulai bergabung dengan Revikal grup. Perusahaan yang bergerak di bidang property, retail dan industri perekonomian rakyat. Sejak saat itu Revikal grup mulai berjaya, bahkan Farhan sudah memiliki beberapa cabang anak perusahaan atas namanya sendiri.

"Tuan, bolehkah saya memberi sebuah pendapat." Menatap Tuan Haris dengan pandangan serius."Ini mengenai Tuan muda Reyno dan istrinya."

"Apa itu Farhan, katakanlah," ucap Tuan Haris antusias.

"Bagaimanapun juga, Tuan muda Reyno adalah calon pewaris kedua Revikal grup, namun saya belum melihat jiwa pemimpin di dalam dirinya. Sebelum semuanya terlambat, mungkin kita bisa mengatasi semuanya. Melatih Tuan Muda agar lebih mandiri," ucap Farhan memprovokasi. Namun sepertinya berhasil, karena Tuan Haris terlihat percaya dengan penjelasan masuk akal dari Farhan.

"Benar apa yang kamu katakan, istri saya memang telah salah mendidik anak itu. Reyno cenderung diperlakukan seperti perempuan olehnya. Itu sebabnya anak itu tumbuh menjadi pribadi yang sangat manja." Pak haris meraih segelas kopi di sudut mejanya, meminumnya sedikit lalu mulai serius kembali pada topik pembicaraanya dengan Farhan.

"Tujuan saya juga ingin membicarakan hal itu, Tuan." Farhan menyunggingkan senyum tipis pada Tuan Haris.

"Katakanlah rencana baikmu itu," ucap Tuan Haris penasaran. Menautkan kedua tanganya di atas meja sembari memajukan setengah badanya ke arah Farhan.

"Maaf Tuan, Tapi ini adalah pemikiran pribadi saya sendiri, saya takut jika Tuan dan Nyonya tidak akan setuju dengan pendapat saya." Farhan menarik ulur pembicaraanya agar Tuan Haris semakin penasaran.

"Katakanlah Farhan, selama itu baik untuk masa depan Reyno, saya pasti akan setuju dengan pendapatmu. Memang orang tua seperti saya harus banyak-banyak mendapatkan bimbingan dari pemuda berbakat sepertimu." Kelakarnya sedikit tergelak untuk mencairkan keseganan Farhan.

Farhan bangun dari posisi duduknya, ia menghampiri Tuan Haris dan membisikan rencananya, ada sekitar tiga menit sampai akhirnya Tuan Haris mengangguk bahagia. Dia setuju dengan rencana Farhan untuk Reyno dan istrinya.

"Hebat ... hebat, bagaimana bisa kamu memiliki pemikiran seperti itu? Otak kamu sepertinya bawaan dari surga. Hahaha ...." Tertawa senang sekali.

Terima kasih jika Tuan setuju dengen pendapat saya." Farhan kembali duduk di kursinya.

Maafkan saya Tuan Muda, saya tidak bermaksud menyusahkan hidup anda. Namun anda sendiri yang masuk dalam kehidupan daftar manusia yang sangat saya benci saat ini.

"Saya yakin istri saya tidak akan setuju mengenai hal ini, namun saya harus mengambil tindakan tegas untuk kebaikan Reyno. Dalam minggu-minggu ini, saya akan menjalankan rencana bagusmu itu, Farhan. Terima kasih." Bahagia. Senang tiada tara. Mengagumi sosok Farhan yang sangat pintar.

"Saya senang dapat membantu keluarga anda, terima kasih juga karena anda telah menganggap saya sebagai bagian dari keluarga anda, Tuan." Farhan ikut tersenyum melihat kebahagiaan Tuan-nya itu.

***