"Ren kamu kirim gadis itu jauh dari negara ini," ucap Devano dengan wajah tanpa ekspresi itu saat bicara.
"Gadis yang mana tuan dan apa kesalahannya?" bertanya dengan penuh tanda tanya, karena belum paham atas ucapan tuannya.
"Gadis yang ada di sebelah mobil ini, karena dia membawa penyakit yang menular," melirik sekilas lalu merasakan kembali penyakit itu lagi.
"Penyakit menular apa tuan?" belum paham maksud perkataan tuannya ini.
"Saat aku melihat kearah dia, jantung ku bekerja dua kali lipat dari biasanya. Bahaya sekali penyakit itu, cepat kamu kirim dia jauh dari negara ini,"
Dalam hati Ren " itu bukan penyakit tuan muda tapi anda jatuh cinta namanya, selamat datang di dunia baru menurut anda tuan muda dan selamat menikmati. jika saya menuruti ucapan anda lalu saya sendiri yang akan susah saat anda tau apa arti debaran jantung itu".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss el, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa Tidak Lengkap?.
Pagi hari setelah selesai Rindu bersiap-siap, gadis itu keluar dari kamarnya berjalan menuju ruangan makan untuk sarapan bersama keluarganya.
Selesai sarapan dia berpamitan duluan kepada kedua orang tuanya dan juga Kenzo abangnya.
Seperti biasa Rindu lebih betah pergi kemana-mana menggunakan motor kesayangannya daripada mobil yang mungkin saja sudah menangis di garasi karena sangat jarang sekali Rindu gunakan.
"Akhirnya sampai juga,"
Rindu memarkirkan motornya di tempat biasa lalu berjalan masuk melewati lobi di mana sudah banyak para perawan yang datang.
Tapi banyak juga yang mengumpul di sana sambil mengobrol karena ini belum memasuki jam kerja jadi mereka semua masih bisa bersantai sambil bergosip.
"Si bos ngga ada niat mau melepas masa jomblonya atau gimana?"
"Tampan jangan di tanya, kaya sudah jelas, kalau gue di jadikan simpanan juga ayo-ayo aja,"
"Iya gue juga sama,"
"Jadi asisten rumah tangganya juga boleh asal bisa melihat bos tiap hari,"
"Jadi tukang bawa tas kerjanya juga nggak apa,"
Masih banyak kata-kata yang dilontarkan mereka semua yang masih bisa Rindu dengarkan.
Tapi gadis itu tetap abai dan melanjutkan langkahnya menuju lift.
Kayak nggak pernah lihat orang tampan aja, fikir Rindu dalam hati.
Sampai di atas.
"Selamat pagi kak, udah sampai aja,"
Rindu meletakkan tas yang dibawa di atas meja lalu langsung duduk di sebelah Kaisar yang sudah sibuk dengan laptopnya.
"Iya, ini ada sedikit kerjaan yang harus tuan muda tanda tangan nih pagi ini,"
Entah kenapa kemarin dia bisa lupa hingga sekarang dia harus datang pagi untuk menyelesaikan pekerjaan itu sebelum dia marahi Devano.
Karena Devano tidak pernah memberi toleransi siapapun yang lalai dalam bekerja apalagi kerjaan itu bukanlah diberikan dengan waktu yang mepet.
Jadi jika diselesaikan tidak tepat waktu maka sudah bisa dipastikan apa konsekuensinya.
"Butuh bantuan ngga?"
Rindu melihat saja dan menawarkan bantuan siapa tahu Kaisar membutuhkan bantuan dia. Walaupun tidak bisa membantu banyak namun setidaknya bisa meringankan kerjaan Kaisar.
"Nggak usah dek, ini tinggal dikit lagi aja,"
Tolak Kaisar karena memang kerjanya tinggal sedikit lagi dan dia merasa masih bisa menyelesaikan sendiri.
Rindu mengangguk paham lalu diam di tempatnya sambil memperhatikan kaisar yang fokus bekerja.
Hingga tiba-tiba.
"Kak aku ke toilet dulu ya,"
Tanpa sengaja Rindu melihat ke arah lift lalu buru-buru berpamitan kepada Kaisar dengan alasan ingin ke toilet tetapi alasan sebenarnya adalah dia ingin menghindari Devano yang baru saja keluar dari dalam lift dan berjalan ke arah mereka duduk.
"Semoga pak Devano nggak lihat,"
Kejadian kemarin saat berada dalam ruangan Devano masih terngiang-ngiang di pikiran Rindu ditambah dengan detak jantungnya yang terus berdebar jika mengingat kejadian itu.
Tapi dugaan Rindu salah ternyata Devano sudah melihat keberadaan garis itu dan pergi dari tempat duduknya.
"Mau menghindar hm,"
Bukannya berjalan ke arah ruangannya justru Devano berjalan ke arah toilet untuk menyusul Rindu karena dia tahu sudah pasti gadis itu akan menghindari dirinya.
"Semakin kamu menghindar maka saya akan semakin mengejar mu,"
Devano memilih bersandar di dinding berhadapan langsung dengan pintu keluar toilet jadi saat Rindu keluar maka sudah bisa dipastikan bahwa gadis itu bisa melihat keberadaan Devano.
Lima menit berlalu akhirnya pintu toilet itu terbuka dan membuat Rindu terlonjak kaget melihat keberadaan Devano di sana.
Tapi Rindu berusaha menetralkan raut wajahnya, lalu.
"Silahkan jika bapak mau ke toilet,"
Setelah mengucapkan kalimat itu lalu Rindu bergegas pergi dari sana padahal dia tahu keberadaan Devano di sana bukanlah ingin pergi ke toilet tapi untuk menyusul dirinya.
"Kamu mau menghindari saya?"
Rindu menghentikan langkah kakinya lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Devano dengan dada yang terus berdebar hal yang sama juga dirasakan oleh Devano.
"Menghindar untuk apa?"
Rindu menjawab dengan polos dan pura-pura tidak mengerti atas pertanyaan dari Devano padahal sebenarnya dia tahu tapi dia berusaha acuh sebab masih belum percaya apa yang dia alami kemarin.
"Kenapa bisa jadi begini sih?" Gumam Rindu yang tidak bisa didengar oleh Devano.
Bukan seperti ini yang dia harapkan tetapi beginilah kehidupan sebab apa yang kita inginkan belum tentu kita dapatkan justru apa yang kita hindarkan yang akan terjadi kedepannya.
"Menghindar atas pertanyaan cinta saya, bukannya itu yang ingin kamu harapkan kemarin-kemarin dan setelah saya nyatakan kenapa kamu malah menghindar?"
Rindu melotot mendengar ucapan dari Devano.
Dia tidak pernah mengharapkan pernyataan cinta dari Devano tetapi kenapa malah laki-laki ini menyalah artikan atas ucapannya.
Padahal dia cuma pernah mengatakan bahwa debaran jantung yang dirasakan bukanlah suatu penyakit tetapi Devano yang jatuh cinta kepadanya.
Dia tidak pernah mengharapkan Devano menyatakan cinta kepadanya.
Kenapa laki-laki ini selalu menyalah artikan apa yang dirasakan serta apa yang didengarkan.
"Sudahlah saya lagi malas berdebat pak,"
Tanpa menghiraukan Devano Rindu segera pergi dari sana.
Dia pusing menghadapi sifat Devano yang kadang aneh serta cepat sekali berubah.
"Setelah kamu membuat gue jatuh cinta jangan harap akan gue lepaskan sampai kapan pun,"
Devano melihat tubuh mungil itu menjauh dari pandangannya lalu dia segera pergi meninggalkan toilet karena dia merasa sudah tidak ada urusan lagi di sana.
Di dalam ruangan Devano.
"Ren bawa data-data tentang Rindu,"
Devano ingin mengetahui biodata lengkap tentang Rindu karena saat Rindu mulai magang di sana hingga sekarang Devano tidak pernah penasaran tentang Rindu.
Tapi hari ini dia semakin penasaran dengan gadis yang sudah bisa membuat dia jatuh cinta dan mengejar-ngejar gadis itu seperti orang yang tidak laku.
"Ini yang loe inginkan,"
Ren memasuki ruangan Devano sama membawa biodata lengkap tentang Rindu.
Dengan tidak sabaran Devano membaca satu persatu informasi tentang Rindu tetapi dia merasa ada yang janggal.
"Kenapa di sini cuma dituliskan nama dia beserta universitas tempat dia kuliah? Kenapa nggak ada alamat atau nama orang tuanya yang tertera di sini? Kenapa perusahaan mau menerima data yang nggak lengkap?"
Padahal bukan karena data Rindu yang tidak lengkap atau menolak siapa yang magang di sana memiliki biodata seperti yang dimiliki oleh Rindu.
Tetapi dia ingin mengetahui informasi lengkap tentang rindu agar dia semakin mudah untuk mendekati gadis itu tapi jika seperti ini bagaimana bisa dia mendekati Rindu tanpa tahu siapa keluarganya ataupun di mana alamatnya.
"Kalau lo mau gue bisa mencarikan informasi tentang dia, eh tunggu dulu. Buat apa sama lo biodata dia?"
Heran Ren, karena tidak mungkin Devano hanya ingin sekedar tahu siapa Rindu jika tidak memiliki tujuan tertentu.
Karena ini bukan sifat Devano yang kurang kerjaan ingin tahu biodata tentang karyawannya apalagi ini hanya karyawan magang yang cuma bekerja beberapa bulan di perusahaannya.
"Apakah semua yang gue rasakan atau yang ingin gue ketahui harus gue kasih tahu sama lo?"
Devano menyadarkan punggungnya pada kursi kebesarannya dari menatap Ren dengan tatapan yang membuat brand semakin penasaran.
Tapi bukan Ren jika tidak bisa menebak dengan cepat.
"Apakah lo sudah menyadari bahwa sejak awal kalau lo memang sudah menyukai gadis itu dan sekarang baru menyadari lalu ingin tahu biodatanya untuk berjaga-jaga siapa tahu saja lo kepepet ingin melamar dia jadi langsung datangi rumah orang tuanya,"
Tebak Ren yang tidak salah sasaran tetapi untuk melamar Devano masih belum memikirkan hingga sekarang sebab hubungan mereka saja belum ada kemajuan jadi memikirkan lamaran belum untuk saat ini.
Devano melempar pulpen yang dia pegang ke arah sahabatnya itu karena dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari laki-laki satu ini.
Sulit sekali menyembunyikan rahasia dari laki-laki tampan yang sialnya lagi selalu naik pangkat saat berada di sekeliling hidup.
Yang awalnya cuma bersahabat lalu naik menjadi orang kepercayaan dan terakhir naik menjadi adik iparnya.
Memang Ren sudah menikah dengan salah satu adik Devano yang sedang berkuliah di luar negeri makanya jika ada waktu senggang maka Ren akan menyusul istrinya ke luar negeri sambil melepaskan Rindu.
"Adik ipar sialan memang, lu cari data lengkap selengkap-lengkapnya tentang dia dan gue tunggu satu jam dari sekarang,"
Perintah Devano karena dia semakin penasaran siapa Rindu sebenarnya.
Di pertemuan awal saja Rindu tidak tertarik kepadanya padahal di luar sana banyak para perempuan yang berlomba-lomba ingin mendekati Devano tetapi Rindu tidak.
"Gue dapat apa jika berhasil menemukan biodata tentang dia?"
Ren harus bisa memanfaatkan kesempatan yang ada dan siapa tahu dia bisa menyusul istrinya ke luar negeri.
Rindu yang dirasakan kepada sang istri sudah menumpuk bahkan mungkin sudah setinggi gunung dan harus segera mendapatkan penawarnya.
"Sesuai keinginan lo,"
Tanpa diberitahu pun Devano sudah bisa menebak apa keinginan sahabatnya itu jadi dia tidak perlu bersusah payah bertanya apa yang sahabatnya inginkan.
"Yang seperti ini gue suka,"
Tanpa basa-basi lagi Ren yang segera bangkit dari duduknya untuk menjalankan tugas yang Devano berikan.
Semakin cepat dia menemukan biodata Rindu maka semakin cepat pula dia menyusul sang istri dan ternyata mendapatkan libur dengan mudah.
"Kalau orang sedang jatuh cinta pasti melakukan apapun dan ini merupakan keberuntungan bagi gue,"
Dengan semangat Ren mencari data-data Rindu karena jika pekerjaan ini setelah selesai maka dia akan segera terbang menuju tempat istrinya berada dan tidak perlu memikirkan pekerjaan yang mungkin saja akan diselesaikan oleh Devano.
"Tunggu aku istri ku,"
Jika sudah begini Ren tidak peduli pekerjaan yang menumpuk dia tinggalkan untuk Devano asalkan bisa bertemu dengan istrinya.
Sebab melepaskan setumpuk kerinduan kepada istrinya jauh lebih baik daripada menyelesaikan setumpuk pekerjaan.
Biarkan saja itu menjadi urusan Devano.
\=\=\=\=\=
Bersambung.