Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.
Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.
Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.
Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?
Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Teman dekat?!
“Tentu saja Nawra ini penting. Dia kan cinta pertamamu?!” Ucap Bu Damira dengan gamblang.
“Bu!” tegur Owen.
“Ya!” Jawab Bu Damira.
”Kamu ini kenapa sih?!” Bu Damira mulai merasa kesal saat putranya menegurnya. Dia tak ingin Nawra beranggapan jika Owen lebih membela istrinya dibandingkan dirinya, yang Notabane-nya adalah ibu kandung.
“Tolong hentikan, Bu! Tidak perlu membahas hal yang tak penting.” Tatapan Owen menyiratkan jika saat ini dia tak ingin ucapannya dibantah.
Bu Damira pun tahu hal itu, dia hanya menelan salivanya saat mendapat tatapan tajam dari putranya. Lalu Owen beralih menatap tajam pada Nawra. Wanita itu masih bisa tersenyum membalas tatapan menusuk Owen.
“Dan kau Nawra … jika ingin mengobrol, bukan di sini tempatnya. Kau sudah cukup dewasa untuk tahu aturan yang berlaku di rumah sakit, bukan?!” Ucap Owen dengan ketus.
“Terima kasih karena sudah datang menjenguk putriku. Tapi, jika pada akhirnya kau hanya akan menimbulkan keributan, kumohon jangan datang lagi.”
“Lagipula aku seorang dokter di sini. Aku bisa saja memintamu untuk meninggalkan rumah sakit,” ancam Owen.
“Owen!” Bentak Bu Damira. “Sejak kapan kau berubah jadi tak sopan seperti ini, huh?!”
“Ibu tak pernah mengajarkanmu begini, Nak! Harusnya kau menghargai tamu, apalagi Nawra kemari dengan maksud yang baik,” ucap Bu Damira membela Nawra.
“Bu!” Kali ini suara Owen lebih tinggi.
Setelah itu tak ada lagi seorang pun yang berani membuka mulut. Semuanya diam, termasuk Tessa. Wanita itu sibuk berdiri dan menimang-nimang Aya, bentakan Owen mengejutkan balita itu hingga akhirnya ia terbangun.
Setelah Aya tenang dan kembali tertidur, Owen duduk di depan Tessa. “Makan dulu, Bun,” suruhnya. Ia sudah bersiap untuk menyuapi lagi istrinya seperti saat tadi pagi mereka sarapan.
“Aku akan makan nanti,” tolak Tessa. Ia bahkan memalingkan wajahnya.
Hatinya seperti tercubit saat Ibu mertuanya, dengan sangat santai mengungkap fakta mengenai cinta pertama suaminya. Padahal Tessa sudah susah payah berpura-pura bersikap seolah tak tahu apa pun.
Dengan lembut Owen memegang dagu istrinya, menolehkan wajah istrinya agar kembali menatapnya. “Aku tahu kamu kesal padaku. Aku tahu kamu marah padaku. Tapi, jangan sampai nggak makan,” ucap Owen lirih.
“Ngambek, marah, juga butuh tenaga, Bun. Ayo sini aku suapi lagi,” bujuknya.
“Aku suka menyuapimu,” rayunya.
Awalnya Tessa masih hendak menolak, meski ia kesulitan untuk menahan senyumnya karena lelucon Owen. Tetapi saat melihat wajah tak suka Bu Damira dan Nawra, Tessa jadi memiliki ide bagus.
Tessa mengangguk lalu, menatap suaminya lekat. Satu matanya berkedip-kedip, memberi kode agar Owen mengikuti drama yang akan ia perankan.
“Baiklah, jika suamiku ini memaksa,” ucap Tessa dengan manja.
Kemudian ia mulai membuka mulutnya, “Aaa ….”
Owen yang mengerti alasan perubahan mood Tessa, pada akhirnya juga ikut berperan. Ia mulai tugasnya untuk menyuapi istrinya. Suapan pertama untuk istrinya, lalu suapan berikutnya untuk dirinya.
Melihat apa yang dilakukan Owen dan Tessa, Bu Damira semakin kesal pada menantunya itu. Baginya, pikiran putranya sudah berhasil dipengaruhi oleh Tessa.
Kasihan sekali putranya itu, setelah berjuang menuntut pendidikan dengan susah payah, ujung-ujungnya ia tetap saja bisa dibodohi oleh wanita semacam menantunya. Begitulah pikir Bu Damira.
Tak jauh berbeda, Nawra pun sama. Dalam hati ia terus menggeram. Hatinya terbakar api cemburu melihat kemesraan pasangan suami istri di hadapannya.
Dahulu, perhatian Owen padaku lebih dari itu! Geramnya dalam hati. Tangannya tampak mencengkeram erat tas mewah yang berada di pangkuannya.
“Cih!” tanpa sadar Nawra berdecih saat dadanya terasa sangat panas melihat keromantisan Tessa dan Owen. Ngapain juga anak itu pakai acara sakit segala! Nyusahin aja. Rencanaku makin terhambat nih!Lanjutnya menggerutu dalam hati.
Helaan napas berat juga raut wajah tak bersahabat Nawra, rupanya telah diperhatikan oleh Bu Damira. Ia semakin yakin jika Nawra adalah sosok yang bisa membantunya untuk menjauhkan Tessa dari hidup putranya.
Sebelum kuajak bersekutu, aku harus memastikan dulu jika semua ucapan Nawra benar. Jangan sampai aku salah memilih sekutu, batin Bu Damira yang mulai memikirkan rencana.
...…...
Beberapa jam telah berlalu, kini perasaan Owen mulai tak tenang. Ingin rasanya Owen meminta Nawra untuk meninggalkan ruang perawatan putrinya. Pasalnya lima menit lagi ia harus kembali bekerja. Ada pasien yang telah menantinya. Sementara ia juga ragu untuk meninggalkan Tessa bersama Ibunya juga Nawra.
Kondisi kesehatan Aya jauh lebih baik sekarang. Kekhawatiran Owen pun, akhirnya bisa sedikit berkurang.
Tetapi ia tak akan bisa tenang selama Nawra masih berada di dekat Tessa. Sejauh ini, Owen hanya bisa menerka-nerka niat Nawra. Bukannya merasa sangat percaya diri, tapi sikap Nawra jelas sekali menggambarkan niatnya. Wanita itu ingin kembali ke kehidupannya, pikir Owen.
“Bun, aku kembali bekerja dulu. Ada beberapa pasien yang telah mengatur jadwal untuk janji temu hari ini,” pamit Owen pada istrinya.
“Ya, semoga kerjaan kamu lancar ya, Bang,” balas Tessa.
“Aya … Ayah kerja dulu, Aya jangan rewel lagi, ya. Biar cepat sehat, bisa pulang ke rumah. Boneka-boneka Aya pasti sudah pada nyariin, mereka pasti kangen sama Aya,” ujar Owen pada putrinya yang sedang berbaring di hospital bed.
Aya mengangguk lemah setelah mendengar nasihat Ayahnya. Biasanya, tiap kali ayahnya mengajaknya mengobrol, Aya akan meyahuti ucapan ayahnya dengan bersemangat.
Sebelum pergi, Owen membelai puncak kepala putrinya. Surai putrinya yang lembut, Owen belai dengan penuh kasih sayang. Owen tahu hal itu adalah yang paling disukai putrinya.
Benar saja, balita itu tertawa lepas hingga Owen akhirnya mengecup keningnya. Kemudian Owen lanjut mengecup kening istrinya.
“Bu, aku kembali bekerja dulu,” pamit Owen.
“Hem!” Jawab Bu Damira singkat. Ia masih kesal dengan sikap putranya yang terang-terangan membela Tessa.
“Nawra,” panggil Owen.
Dalam hati, Nawra sudah berharap jika Owen juga akan pamit padanya. Sayangnya, wanita itu harus membuang jauh-jauh angannya itu.
“Ya,” jawabnya lembut dengan gaya manja yang dipaksakan.
“Maaf ya, bukannya ingin bersikap tak sopan. Aku berterima kasih atas perhatianmu yang telah datang menjenguk putriku,” ucap Owen.
“Tapi, bukankah kau juga perlu istirahat? Bukankah kau sedang sibuk dengan acara pembukaan tokomu?” lanjutnya.
“Putriku sebenarnya juga begitu, dia butuh banyak istirahat,” ungkap Owen.
Dalam benaknya, Nawra tahu jika kini Owen secara halus telah mengusirnya. Tapi, Nawra belum ada niatan untuk beranjak barang sedikit pun. Dia masih ingin mengorek banyak informasi mengenai Owen dari Ibu Damira.
“Ya aku mengerti. Sebentar lagi aku akan pergi,” jawab Nawra dengan raut wajah yang sengaja ia buat bersedih.
Selepas kepergian Owen, Tessa menyibukkan diri bermain dengan Aya. Dirinya tak ingin, dan memang tak berniat untuk ikut serta dalam obrolan Nawra dan Ibu Mertuanya.
Sesekali ia bisa mendengar cekikikan Nawra. Juga ucapan Bu Damira yang terus-menerus membangga-banggakan putra semata wayangnya.
Hingga suara pintu yang diketuk kembali terdengar, di susul sosok kedua orang tua Tessa yang muncul dari balik pintu.
“Papi! Mami!” Seru Tessa karena merasa sangat bahagia.
Tak hanya Tessa, Aya pun begitu riang saat melihat Oma dan Opanya yang berjalan mendekat padanya.
“O-ma! O-pa!” Serunya riang.
Mami Fhanie yang begitu khawatir, segera menghampiri cucunya. Tak ia pedulikan apa yang ada di sekelilingnya, termasuk kehadiran besannya yang kini tak berkedip menatapnya.
Bu Damira terkesiap saat melihat tampilan Orang Tua Tessa yang tampak berkelas. Maminya Tessa mengenakan setelan blazer, beliau tampak sangat elegan dan berwibawa.
“Aya … kesayangan Oma. Kamu kenapa, Nak? Kok bisa sampai sakit gini,” ucap Mami Fhanie.
Mami Fhanie memeluk cucunya cukup lama. Beberapa kali ia mengecup kening Aya.
Setelah melepas kerinduan dan kekhawatirannya pada Aya, barulah pasangan paruh baya itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
“Mbak … maafin saya dan suami yang datang-datang bukannya salam dan menyapa, malah bikin heboh,” ucap Mami Fhanie dengan ramah.
Ia turut duduk di sofa, bergabung dengan besannya dan Nawra. “Saat tahu jika Aya dirawat di rumah sakit, kami sangat panik,” ungkap Mami Fhanie.
“Tadi sudah nggak sempat mikir apa-apa lagi. Langsung pesan tiket pesawat untuk ke sini,” ujar Mami Fhanie diiringi senyumnya.
“Oh … pantes aja Mbak nggak bawa sesuatu. Tapi, mau bagaimana lagi, Mbak,” balas Bu Damira.
“Untung saja hari ini Nawra juga datang menjenguk Aya. Dia juga yang bawain banyak buah tangan.”
Mendengar ucapan Bu Damira, senyum ramah di wajah Mami Fhanie sontak menghilang. Apakah kini besannya sedang menghinanya karena datang dengann tangan kosong, pikirnya.
“Nawra?” Mami Fhanie menoleh pada wanita cantik yang duduk di sisi Bu Damira.
“Iya Tan, kenalin aku Nawra,” ucap Nawra ramah.
“Nawra ini, temannya Tessa atau Owen?” Tanya Mami Fhanie.
Belum sempat Nawra menjawab, Bu Damira lebih dulh menyela.
“Nawra ini teman dekatnya Owen!”
Bu Damira sengaja menekankan kata teman dekat, hingga membuat kening Mami Fhanie mengernyit.
Mami Fhanie menatap pada suaminya, lalu beralih pada putrinya. Terakhir ia kembali menatap Bu Damira, besannya.
“Teman dekat?!” Ulangnya juga menekankan kata ‘teman dekat’.
“Teman dekat yang bagaimana ya, maksudnya?!” tanya Mami Fhanie.
...-------------...
nawra wanita licik, ben..
wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.
kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...