Aisyah Nur Az-Zahra biasa dipanggil Aisyah atau Zahra, anak kedua dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ali Syafi'i dan Humairah Putri Az-Zahra. Mempunyai seorang kakak yang bernama Muhammad Ilham Syafi'i.
"Abi, Umi apakah nanti Zahra akan bahagia? Apakah nanti suami Zahra akan baik sama Zahra? Bagaimana kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga Zahra? Apakah dia akan bertanggung jawab atas segalanya? Apakah dia memang imam yang baik untuk Zahra?". Pertanyaan beruntun Zahra membuat kedua orangtuanya pusing.
Muhammad Adam Dirgantara biasa dipanggil Adam adalah anak pertama dari kedua saudara yang bernama Adinda Putri Dirgantara. Anak dari pasangan suami istri yang bernama Muhammad Ramli Dirgantara dan Halwa Putri Sukma.
"Abang tuh jangan terlalu dingin dan cuek jadi orang, nanti ga akan dapet jodoh baru tau rasa". Ujar Adinda pada Adam kakaknya.
"Semua Allah yang mengatur Adinda". Ujar Adam acuh pada adiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Tak terasa satu bulan kemudian, semuanya kembali seperti yang lalu, Ayah Ramli sudah bangun dari koma nya saat mendengar suara bayi, ya Maryam melahirkan di ruangan Ayah Ramli namun di sekat oleh gordeng, itulah yang membuat Ayah Ramli bangun.
Aisyah dan Adinda serta para suami sedang bermain dengan bayi kembar, bayi perempuan diajak bicara oleh Adinda dan Aisyah sedangkan bayi laki laki diajak bermain oleh Adam dan Davin. Betapa lucunya seorang bayi, membuat mereka gemas sendiri.
"Huaa gemasnyaa ponakan Aunty Dinda". Ujar Adinda
"Tampan dan cantik yaa kan kak?". Tanya Adinda pada Aisyah.
"Iyaa benar, tampan dan cantik seperti orangtuanya". Jawab Aisyah membuat Maryam tersenyum malu.
"Bisa aja kamu Syah". Ujar Maryam pada adik iparnya.
"Ya memang benar kok, abang aku tampan dan kakak ipar ku atau sahabat ku ini cantik". Ujar Aisyah menatap abang serta kakak iparnya.
Ilham yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis pada adiknya, Adam mengusap perut istrinya yang sangat besar di usia kandungannya yang ke 8bulan, sepertinya kembar juga tapi tidak ada gen kembar dikeluarga nya pikirnya.
"Kenapa mas?". Tanya Aisyah ketika suaminya terus saja mengusap sambil alisnya terangkat.
"Ahh ngga papa kok syaang". jawab Adam pada istrinya.
"Beneran Mas? ngga bohongkan?". Tanya Aisyah pada suaminya.
"Beneran sayang, buat apa mas bohong". Jawab Adam sambil tersenyum pada istrinya.
Aisyah menganggukkan kepalanya sambil mengusap perut nya, lalu ia menoleh pada bayi kembar di depannya, saat Aisyah tersenyum keduanya pun ikut tersenyum membuat Aisyah tak sabar menanti buah hati nya.
"Sehat sehat yaa sayangnya bunda". Ujar Aisyah mengelus perutnya yang besar.
"Bunda menantikan kehadiran anak bunda ini". Ujarnya lagi sambil tersenyum.
"Anak ayah pasti pinter kan? jangan buat bunda kesakitan ya sayang, ayah menunggumu di dunia begitupun juga dengan yang lain". Ujar Adam mengecup perut istrinya yang besar.
Semua orangtua merasa senang melihat keharmonisan keluarga kecil anaknya, Adinda yang manja pada Davin, Aisyah yang begitu disayangi oleh Adam serta Maryam dan Ilham yang menatap senang ke arah bayi kembar mereka.
"Anak ayah sangat menggemaskan sekalii, ingin sekali ayah menciummu tapi kulitmu sensitif nak". Ujar Ilham menatap Baby Adnan.
"Sama bunda pun ingin mencium kalian tapi umur kalian baru beberapa hari, jadi nunggu umur kalian 1tahun saja". Ujar Maryam menatap kedua anaknya.
"Mas, tiba tiba aku pengen mangga muda deh". Celetuk Adinda pada Davin.
"Yaudah aku beliin ya syang". Ujar Davin segera bangkit dari duduknya.
"Gamau mas, aku maunya kamu mengambilnya dari pohon langsung". Ujar Adinda membuat Davin terkejut.
"Sayang, tapi mas kan harus ke kantor sebentar lagi". Ujar Davin pada istrinya.
"Aku gamau tau mas, aku mau mangga muda yang dari pohonnya mas". Ujar Adinda pada Davin.
Davin melirik Adam yang merupakan bos nya itu, Adam menganggukkan kepalanya karena dulu ia pun selalu menyuruh Davin saat dia mengidam yang aneh aneh, Davin yang melihat itu pun langsung pergi mencari buah mangga muda dari pohonnya langsung.
Sementara Aisyah, mengidam ingin makan nasi padang dan Adam pun menganggukkan kepalanya, sebelum pergi Adam bertanya ingin makan di rumah apa di tempat, setelah tau jawaban istrinya Adam pun pergi sendiri untuk membeli nasi padang.
Kini Adam sedang mengantri karena ramai yang membeli nya, tiba tiba Adam melirik ke samping kananya dan ternyata Azam sahabatnya yang sama sedang mengantri seperti dirinya.
"Assalamu'alaikum Zam". Salam Adam membuat Azam menoleh.
"Ehh waalaikumussalam Dam, beli juga?". Tanya Azam pada Adam.
"Iyaa nih, Aisyah ngidam ingin makan nasi Padang Zam". Jawab Adam pada Azam.
"Owalah pantas saja kau rela mengantri, ternyata demi sang buah hati". Ujar Azam pada Adam.
"Iyalah aku harus jadi ayah yang siaga". Ujar Adam terkekeh pada Azam.
"Eh ngomong ngomong, sama siapa kesini Zam?". Tanya Adam padanya.
"Sama Sarah dan Baby Nizzam, mereka menunggu di mobil Dam". Jawab Azam padanya.
"Ohh baiklah, aku duluan ya Zam takutnya Aisyah kelamaan menunggu". Ujar Adam padanya.
"Baiklah hatihati bawa mobilnya Dam". Ujarnya pada Adam.
Adam mengangguk serta mengucapkan salam sebelum pergi, selama dalam perjalanan Adam selalu tersenyum membayangkan anaknya lahir kedunia, lengkap sudah keluarga kecilnya bersama Aisyah istrinya.
Beberapa jam kemudian, Adam pun tiba di rumah kediaman keluarga Dirgantara, disana Aisyah menunggu kedatangan suaminya dengan gembira, saat melihat suaminya segera Aisyah menghampiri nya, Aisyah menyalimi tangan suaminya sebelum mengambil nasi Padang tersebut.
"Ais Ais, lucu sekali sih kamu". Gumam Adam sambil tersenyum tipis.
"Ahh rasanya tidak sabar begini menunggu kelahiran anakku". Ujar Adam tersenyum senang.
"Bang, belom ke kantor?". Tanya Adinda pada abangnya.
"Baru mau dek". Jawab Adam pada adiknya.
Adam menghampiri istrinya untuk berpamitan, Aisyah menjeda terlebih dahulu memakan nasi Padang, lalu menoleh pada suaminya dan mencium tangan suaminya serta mengucapkan hatihati saat membawa mobilnya.
Aisyah mengantar suaminya sampai depan, setelah melihat mobil suaminya pergi ia pun kembali masuk untuk memakan nasi Padang, sebelumnya Adam membelikan tidak hanya untuk Aisyah tapi untuk semuanya.
"Kak, nasi padang ini memang top deh". Ujar Adinda setelah selesai menghabiskan nasi Padang.
"Iya Syah, bener apa yang dibilang oleh Adinda". Ujar Maryam pada Aisyah.
"Alhamdulillah habis, iya kak memang enakk bangett". Ujar Aisyah pada Maryam.
Terdengar suara bayi menangis membuat mereka menghampiri Baby Adnan dan Baby Ainun, Aisyah menggendong Baby Ainun sementara Maryam menyusui Baby Adnan. Adinda menatap Baby Ainun dengan gemas, Aisyah memberikan Baby Ainun pada Adinda karena dia ingin ke kamar mandi.
"Aisyah kamu mau kemana?". Tanya Bunda Halwa padanya.
"Mau ke kamar mandi bunda, mules". Jawab Aisyah pada Bunda Halwa.
"Loh sayang kamu kan baru masuk 8bulan masa udah mau lahiran". Ujar Bunda Halwa panik.
"Ihh Bunda bukan mules karena mau lahiran, tapi karena pengen pup bun". ujar Aisyah membuat Bunda Halwa lega.
"Kirain bunda kamu mau lahiran". Ujar Bunda Halwa pada menantunya.
"Ihh Bunda kalau mau lahiran ke rumah sakit lah ngapain ke kamar mandi". ujar Aisyah terkekeh pada bundanya.
Bunda Halwa tersadar kemudian dia tertawa atas apa yang dia ucapkan, Aisyah yang tidak kuat pun segera pergi bukannya tidak sopan tapi ia memang tidak kuat lagi untuk menahannya.
Bunda Halwa yang melihat itu tersenyum kecil karena dia mengajak bicara membuat menantunya seperti itu, dia pun pergi ke ruang keluarga menghampiri yang lainnya.
Dug
Belum sempat dia sampai terdengar suara orang jatuh membuat jantung Bunda Halwa terasa berhenti sebentar mendengar suara orang terjatuh, ia segera berlari menuju kamar mandi karena khawatir Aisyah kenapa napa.
"Astagfirullah ya allah, sayang kamu kenapa nak?". tanya Bunda Halwa pada Aisyah yang terduduk lemas.
"Ada ular bunda hiks, untung aja ngga gigit aku". Jawab Aisyah memeluk bundanya.
"Mana ularnya sayang? kenapa bisa ada ular? apa ada yang jahil?". Berbagai pertanyaan diberikan pada Aisyah.
Aisyah menggelengkan kepalanya lalu menunjuk pada ular yang tadi dia timpuk dengan sendal, dia sudah meminta maaf pada Allah karena membuat ular itu mati habisnya Aisyah sangat ketakutan.
Bunda Halwa yang melihat itu pun segera membawa Aisyah ke ruang keluarga, dengan lemas Aisyah memeluk Bunda Halwa, Aisyah memang sangat tidak suka dengan hewan reptil kecuali kucing.