Azira membenci Ayahnya karena tega meninggalkan Ibu, dan dia bahkan lebih membenci istri kedua Ayahnya sebab jika bukan karena wanita itu, Ibu tidak akan pernah menginjak dunia malam. Tidak, sejujurnya Azira membenci Ayah dan keluarga Ayahnya yang bahagia serta harmonis. Pernah memandang rendah Azira dan Ibunya yang miskin, mereka bahkan tanpa ragu membunuh Ibunya.
Azira sangat membenci mereka semua!
Karena kebencian inilah dia terpaksa memasuki keluarga Ayah, menghancurkan kehidupan bahagia putri terkasih Ayah dan merebut calon suaminya, Azira melakukan semua itu.
Dia pikir balas dendamnya telah selesai setelah melihat keluarga Ayahnya hancur, dan dia pun siap dihancurkan oleh suami paksaan nya. Namun, siapa sangka bila suami paksaan nya tidak hanya tidak menghancurkannya namun juga menyediakan rumah untuknya kembali?
Apa ini?
Apakah ini hanya penyamaran sang suami untuk membalas dendam kepadanya karena telah merebut posisi wanita yang dicintai?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Hernawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4.3
Kenzie memiringkan kepalanya menatap wajah polos Aish yang tengah terpesona menatapnya. Tersenyum dingin, ia melambaikan tangannya yang masih basah di depan Azira sehingga air kembali memercik ke wajahnya. Azira merasakan sapuan dingin di wajahnya dan langsung tersadar.
Kaget, ia spontan memegang mukanya yang terpercik air dingin dan tanpa sengaja melemparkan Kenzie delikan tak puas.
"Marah?" Tanya Kenzie datar.
Azira mengepalkan tangannya menahan takut sekaligus gugup. Di rumah ini Kenzie dapat melakukan apapun kepadanya, terlebih lagi hubungan mereka adalah suami-istri. Azira tidak akan bisa membuat perlawanan dengan kondisi dan situasi ini.
"Tidak, aku tidak marah. Tapi aku merasa aneh dengan mu, mas. Daripada sholat subuh, mas malah mengajak ku sholat sunnah. Apa Allah enggak marah mas Kenzie lebih mendahulukan yang sunnah daripada yang wajib?" Tanya Azira heran sekaligus mengeluh.
Sebelum tidur semalam mereka harus sholat sunnah dan setelah bangun tidur pun mereka harus melakukan sholat sunnah.
Apa-apa serba sholat sunnah hingga Kenzie lupa Islam juga punya ibadah yang wajib dilaksanakan.
"Lihat jam di nakas, sekarang jam berapa?" Bukannya menjawab Kenzie malah memintanya melihat ke jam weker yang ada di atas nakas.
Azira tidak habis pikir dengan kelakuan suami paksaan nya ini.
"Lho," Tapi setelah melihat jam di atas nakas, Azira langsung shock antara kaget dan marah.
Ini jam setengah empat!
Bagaimana mungkin mereka bangun sepagi ini?!
"Ini jam setengah empat." Kata Azira sambil menatap Kenzie aneh.
Aneh saja mereka bangun sepagi ini hanya untuk sholat sunnah. Hell, bangun sholat subuh saja di rumah Ayah sudah sangat berat untuk Azira apalagi bangun jam segini untuk melakukan sholat sunnah?
Azira pasti akan tersiksa!
"Nah, kamu sekarang sudah tahu. Sekarang pergi mandi dan ambil air wudhu biar kita bisa sholat sunnah tahajud. Satu lagi, jangan lupa cuci rambut di kamar mandi. Untuk sementara pakai shampoo aku dulu karena aku enggak sempat beli shampoo baru kemarin." Setelah memberikan perintah Kenzie lalu berbalik ke meja kerjanya dan duduk dengan tenang di sana.
Meninggalkan Azira yang berdiri diam di tempat dengan ekspresi melongo di wajahnya. Untuk pertama kalinya dalam hidup ini ia mempertanyakan kinerja otaknya untuk mencerna informasi dan untuk pertama kalinya dalam hidup ini ia meragukan pendengarannya yang selalu bekerja baik.
"Apa...?" Azira shock.
Kenzie sudah mulai membaca dokumen pasiennya lagi. Tanpa mengangkat kepalanya ia menjawab datar pertanyaan Azira.
"Aku tidak perlu mengulanginya lagi." Ini adalah penolakan yang amat sangat datar.
Azira mengepalkan kedua tangannya marah.
"Apa mas, gila? Ini baru jam setengah empat dan mas minta aku untuk cuci rambut?!" Tanya Azira tidak mengerti.
Jam-jam segini suhu lagi rendah-rendah nya. Air di kamar mandi pasti dingin banget dan berkemungkinan besar membekukan saraf-saraf Azira.
Azira tentu tidak ingin menyiksa dirinya sendiri dengan mandi air dingin di jam sepagi ini. Ia tidak gila ngomong-ngomong.
"Aku tidak mau tahu." Kata Kenzie masih dengan nada suara yang menyebalkan.
Azira menggigit bibirnya masih menolak. Tapi ia ragu-ragu setelah melihat sikap acuh Kenzie.
Mungkinkah ini salah satu cara Kenzie balas dendam kepadanya?
"Mas Kenzie..."
"Lakukan saja." Potong Kenzie bernada rendah.
Azira menghirup udara dingin. Kedua tangannya masih betah mengepal erat tanpa ada tanda-tanda melonggar.
Menghela nafas,"Baiklah.."
Azira langsung pergi ke kamar mandi dengan langkah berat dan tanpa sengaja melampiaskan amarahnya lewat pintu kamar mandi. Saat menutup pintu kamar mandi ia tidak sengaja menggunakan banyak tenaga hingga menimbulkan suara nyaring di kamar.
Kenzie mengangkat kepalanya menatap ke arah pintu kamar. Tersenyum tipis, ia menggelengkan kepalanya ringan sebelum kembali memperhatikan dokumen pasien di atas meja.
Entah apa yang dipikirkan Kenzie saat memerintahkan Azira mandi di jam segini. Bahkan Azira sendiri tidak bisa menebaknya dengan baik dan menganggap bila ini adalah salah satu bentuk pembalasan Kenzie kepadanya.
Entahlah.
...****...
Azira mengikuti semua yang Kenzie lakukan mulai dari sholat sunnah hingga sholat subuh, ia mengikutinya dengan patuh meskipun ekspresi wajahnya sangat buruk karena masih marah disuruh keramas pagi-pagi buta. Airnya sangat dingin!
Setelah keluar dari kamar mandi Azira menghangatkan tubuhnya dengan kain mukena dan alas karpet kamar. Sementara Kenzie sendiri berpura-pura buta melihat betapa kedinginan nya Azira.
"Pakai ini dulu." Kenzie menyerahkan sebuah kemeja putih dan celana hitam kepada Azira.
Pakaian ini baru saja Kenzie ambil dari dalam lemari dan masih terlipat rapi.
"Apakah ada baju yang lain?" Aneh saja melihat Kenzie memberikannya kemeja.
Padahal kan di dalam lemari Kenzie enggak cuma ada kemeja dan pasti banyak baju-baju rumahan yang masih menganggur. Kenzie bisa saja meminjamkan nya baju rumahan daripada kemeja ini.
Kenzie meliriknya santai,"Gunakan ini saja."
Selalu seperti ini.
Azira tahu tidak ada gunanya berdebat dengan Kenzie jadi ia dengan enggan mengambil pakaian itu dan pergi ke kamar mandi untuk berganti baju.
Setelah keluar dari kamar mandi, Azira merasa canggung tiba-tiba ditatap lama oleh Kenzie. Ia bahkan tidak tahu harus menggerakkan kaki atau tangan nya dibawah pengawasan Kenzie.
Aneh, apakah penampilannya sangat jelek?
"Pakai jilbab mu dan ikut aku ke bawah."
"Iya." Azira buru-buru menggunakan jilbab yang ia pakai datang ke rumah ini dan bergegas menyusul Kenzie yang sudah keluar dari kamar.
Azira berlari menyusul Kenzie di tangga.
Kenzie melirik dari sudut matanya,"Hati-hati."
Azira tidak mengatakan apa-apa dan hanya menganggukkan kepalanya canggung. Ia terlalu gugup tadi. Di rumah ini ia hanya mengenal Kenzie. Dan mungkin selain Kenzie, semua orang di rumah ini pasti tidak menyukainya.
Yah Azira akui sikap Kenzie pun tidak terlalu baik, tapi dibandingkan yang lain, Kenzie adalah yang terbaik... mungkin?
Saat turun ke bawah mereka berpapasan dengan beberapa orang namun tak satupun dari orang-orang tersebut yang menyapa mereka. Orang-orang itu hanya menatap Azira dengan berbagai macam emosi yang tergambar di mata mereka, jelas ada marah dan kekecewaan di sana.
"Assalamualaikum, Umi?"
Mereka masuk ke dalam dapur. Di dapur ada seorang wanita paruh baya yang Kenzie panggil sebagai Umi. Selain Umi, Kenzie juga menyapa sepupu dan bibinya yang sedang membantu di dapur. Sepupu dan bibi Kenzie hanya mengangguk ringan sebagai balasan tanpa niat menatap Azira.
Mereka bersikap seolah-olah tidak melihat Azira.
"Umi, istriku bilang ingin membantu Umi membuat sarapan." Kata Kenzie dengan polosnya.
Azira menatap kaget ke arah Kenzie. Sungguh, tak pernah keluar sepatah katapun dari mulutnya apa yang Kenzie katakan. Ia bukan orang sebaik itu, apalagi berusaha bersikap sok ramah kepada mertua yang jelas-jelas tidak menyukainya. Jadi bagaimana mungkin Kenzie berbohong kepada Uminya?
Mendorongnya masuk ke dalam sarang harimau, apakah Kenzie sadar dengan apa yang ia lakukan?!