Nayla Kei seorang gadis cantik dan manis memiliki sifat periang terpaksa dia menerima perjodohan dengan salah satu sahabatnya yang merupakan anak dari teman dekat ibunya.
Atas dasar balas budi Nayla menerima pernikahannya dengan terpaksa. Namun siapa sangka dalam perjalanan pernikahan itu Nayla mulai merasa hal lain pada suaminya.
Akankah suami Nayla menerimanya sebagai seorang istri?
Akankah Nayla mendapat perlakuan semestinya sebagai seorang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Tanpa aba-aba Rayden mengecup bibir Nayla yang sedang tersenyum, hanya satu detik saja secepat kilat. Kemudian menangkup kedua pipi Nayla dan kembali ia memagut bibir tipis milik wanita di hadapannya, dengan lembut Rayden melakukannya. Nayla tak menolak, jujur saja ia terbuai dengan kelembutan Rayden. Satu tangan mulai melepas pipi Nayla, berusaha meraih tengkuk istrinya.
“Aaarrrgh”, pekik Rayden, seketika kegiatan keduanya berhenti. Nayla terkejut, mengapa suaminya berteriak sangat keras.
"Ada apa Rayden?", Nayla yang bingung langsung bertanya.
Rayden menunjukan jari-jari tangannya yang luka terkena duri mawar merah milik mamanya, sontak saja Nayla tertawa terbahak-bahak. Bukan mendapat perhatian dari sang istri malah ditertawakan.
Segera pria itu membungkam mulut Nayla dengan tangannya. "Aargh", pekik Rayden mengibas-ngibas tangannya karena digigit Nayla.
Mendapat pelototan dari sang suami, ia langsung berlari meninggalkan Rayden seorang diri. "Nayla tunggu, mau kemana?", Teriak Rayden seraya mengejar istrinya.
"Apa lagi ini?", Geram Rayden.
"Maaf bro, ngga sengaja gue cari lo dari tadi", ucap Angga.
"Lo muncul di waktu yang salah lo", hardik Rayden.
"Gue kesini mau kembalikan mobil bro, sekalian nginep besok gue pamit mau balik", jelas Angga, tak terima dengan kata-kata Rayden, mengapa ia disalahkan.
"Hem" jawab Rayden singkat.
"Lo sebelas dua belas sama Adam, rese bener. Adam juga ada tuh di rumah gue denger dia dapet hukuman dari om hendrik karena berbuat sesuatu", ucap Angga lagi.
"Maksud lo?", Tanya Rayden spontan.
"Gue denger dari para asisten rumah tangga, katanya Adam mau bawa kabur istri orang, gila kan?", Sahut Angga.
Rayden mengerutkan kening, berpikir dan menganalisis semua kejadian dengan penjelasan Nayla. Tapi apa motif Adam?.
.
.
.
Tiga hari sudah Rayden berada di Banjarmasin. Hari ini ia akan kembali ke Jakarta, kembali menjalankan rutinitasnya sebagai pebisnis muda.
"Indra kosongkan jadwal ku bulan depan, aku ingin mengajak Nayla berlibur", perintah Rayden.
"Siap bos", jawab Indra, selalu mendampingi pimpinannya ketika ada perjalanan bisnis.
"Permisi Pak, sudah sampai di rumah", ucap supir.
"Baik, terima kasih, istirahatlah", titah Rayden pada supir dan juga indra .
Pria jangkung nan tampan itu berjalan masuk ke dalam rumah disambut oleh senyum manis sang istri. Tentu saja selama tiga hari ini hubungan mereka semakin dekat. Meskipun hanya melalui perantara, yaitu WhatsApp saja.
Nayla mencium punggung tangan milik suaminya. Kecupan kasih sayang Rayden berikan pada kening Nayla. Tidak lupa mengacak rambut milik istrinya.
"Bagaimana kabarnya bunda? Maaf aku belum sempat berkunjung", tanya Rayden sembari membuka kancing kemejanya satu per satu.
"Oh bunda baik, semakin sibuk di toko roti, ya bunda tanya kapan kita menginap di sana", sahut Nayla.
"Bagaimana kabar ka Nayra? Apa sudah ada tanda melahirkan?".
"Ah dia hanya mengeluh sering pegal saja badannya dan semakin gemuk tentunya. Kalau engga salah awal bulan depan HPL-nya".
"Oh. Pasti kamu pun tampak gendut ketika mengandung anakku" ucap Rayden tersenyum.
"Oh senang aku menggendut?", Ketus Nayla mencubit pinggang suaminya yang tak tertutup sehelai benang itu.
"Aww, sakit", usap Rayden pada pinggangnya.
"Kamu nyebelin TAHU?", Sungut Nayla.
"Hey apa yang salah? Memang benar kan wanita hamil pasti akan membesar tubuhnya?", Ungkap Rayden
Taak
Pria itu menyentil dahi putih mulus istrinya.
"Aaah RAYDEN", Pekik Nayla, ia pun mendelik namun sang pelaku sudah masuk ke dalam kamar mandi. "Apa-apaan sih dia, anak? Anak apanya? Dikasih enak-enak juga belom,huh", kesal Nayla.
Tiga puluh menit sudah putra seorang Dave Bradley membersihkan diri. Ia pun keluar hanya dengan celana pendek berwarna hitam, sedangkan bagian atasnya tak tertutup apa pun.
Melihat sang istri yang sedang cemberut menatap cermin, ia mendekat dan mendekap tubuh mungil itu dengan erat "Sudah ngambeknya? Nanti kalau ngambek terus cepet tua, tahu?", Goda Rayden.
Nayla hanya mendengus kesal saja, benar-benar sikap jahilnya kalau sudah muncul bikin kesal.
Cup
Lagi dan lagi Rayden mengecup puncak kepala Nayla.
Cup
Mengecup pipi kanan Nayla
Cup
Mengecup pipi kiri Nayla
Jangan ditanya bagaimana perasaan keduanya? tentu saja sangat canggung, walau sudah berkali kali seperti itu (maksudnya cuma cium-cium sayang aja yah).
Nayla menoleh keduanya pun saling tatap, hanya sebuah senyum menghiasi wajah mereka.
Setelah berpakaian lengkap, Rayden dan Nayla segera menuju meja makan. Saling bergandengan tangan dan senyum terpancar pada keduanya, Mama Anggi dan Papa Dave yang melihat pun sangat senang, berpikir bahwa rumah tangga mereka baik-baik saja. Walaupun tahu persis belum ada sebuah rasa cinta diantara keduanya, tak apalah yang terpenting sudah saling menerima dan berusaha membuka hati.
Cup
Rayden mengecup kening sang Mama, "Ma , Pa maaf tadi aku langsung istirahat".
"Santai aja sayang, ayo makan, ini Nayla yang masak", ujar Mama Anggi.
"Heeeeem, menantu papa ini memang paling the best, makasih ya sayang masakan kamu lezat semua, papa suka", ungkap Papa Dave yang begitu lahap menyantap makanannya.
"Papa bisa aja, selalu puji Nayla, makasih Pah", Nayla beruntung memiliki mertua yang sangat menyayanginya. Ia pun segera mengisi piring Rayden dengan nasi dan lauknya.
Makan malam usai, pasangan pengantin baru kembali ke kamar mereka, terutama Rayden ingin segera merebahkan tubuhnya. Entahlah sejak menikah ia rindu sekali dengan kasur di kamarnya karena menjadi sangat nyaman.
Keduanya duduk di atas ranjang, bersandar pada headboard, telapak tangan saling bertautan, saling senda gurau mengingat bagaimana tingkah para sahabatnya. Banyak topik yang dibahas membuat keduanya semakin dekat.
**
Sementara di tempat lain. Seorang pria tampan tampak sedikit kusut penampilannya sedang menghubungi seseorang, "Bagaimana? Sudah ketemu?, APA? kalian ini untuk apa aku membayar mahal, hah?".
Tuut
Tuut
Tuut
Sambungan telepon terputus. Marah, ya itulah yang dirasakannya karena anak buah yang sudah dibayar mahal untuk melakukan suatu tugas belum juga berhasil bahkan tanda-tanda keberhasilan pun belum nampak.
"**** kalian semua", umpatnya membanting ponselnya hingga pecah layar dan terbelah menjadi dua benda pipih sejuta umat itu.
"Gue harus bisa menemukan wanita ****** engga tahu diri itu", pekiknya melayangkan tinju di udara.
Napas memburu dan tatapan tajam penuh kebencian ia pancarkan. "********, dengan ikatan saudara, gue harus bisa ngambil Nayla dari tangan Lo, lihat aja Rayden, gue pastikan Nayla jadi milik gue selamanya", desis Adam.
Sangat terobsesi pada sahabatnya itu, sejak dulu ia sudah mencintai Nayla namun tak ada keberanian dalam dirinya terlebih dulu penampilannya sangat tidak menarik bahkan terkesan culun tidak seperti sepupunya Rayden, selalu menjadi idola di Sekolah dan Kampus.
