Hay gaes, penasaran kan sama cerita Dave dan Vera yang tiba-tiba menikah.
Sebelum kalian membaca cerita ini, ada kalanya kalian membaca ceritaku yang judulnya "Partner Ranjang Om Duda"
Dave William Pratama, Putra tunggal dari keluarga Pratama, nasib percintaan tidak semulus seperti wajahnya.
Mencintai sahabatnya yang bernama Zena, membuat Dave harus menikahi Vera, adik tiri dari Zena.
Kecelakaan yang menimpa ibunya, telah merengut nyawa keluarga Vera, membuat Vera terpaksa menikah dengan Dave.
Verania Putriani, wanita cantik yang usianya baru menginjak 20 tahun. Sebagai mahasiswa yang terpopuler di kampusnya, banyak yang mengagumi kecantikannya, dia merupakan kekasih dari Putra Cort Wilson.
Di saat malam pertamanya dengan Dave, Vera justru pingsan dan dinyatakan keguguran.
Amarah, kebencian, sangat jelas tercetak di raut wajah Dave.
Yuk, simak ceritanya. Cerita ini khusus aku buat di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
"Mas, Aku mohon kali ini saja. Jangan meladeni wanita seperti itu. Tenagamu sudah habis untuk memarahiku!"
"Mas," pinta Vera berbisik sambil memeluk Dave dari samping.
Setelah mendapatkan pelukan dari istrinya, Dave merasa lebih tenang, tangan yang sudah mengepal erat pun perlahan mengendur dan matanya yang terlihat memerah, sudah kembali seperti sebelumnya.
"Huh!" hembusan nafas kasarnya terdengar sampai telinga Vera.
"Ayo kita pulang," titah Dave melepas pelukan istrinya.
"Sayang, selama ini ... kamu menjadi simpanan Om-Om?" tanya Putra tidak percaya.
"Sayang?" ulang Putri, "Kamu memanggilnya dengan sebutan sayang, Put?"
"Maaf, aku bukan simpanan Om-Om," ujar Vera.
"Ayo Om,"
"Tunggu! Siapa dia Ver!" cegah Putra, "Aku tidak mengizinkanmu pergi dengan pria dewasa sepertinya, bagaimana jika dia hanya memanfaatkan tubuhmu untuk pemuas nafsssu nya saja. Aku tidak mau kamu menjadi korban pria sejenisnya," ujar Putra meraih tangan Vera, "Ikut aku ya, kita pulang. Aku akan mengenalkanmu pada Kakak dan Ayah tiriku," sambungnya lagi.
"Lepas Put!" Vera menepis tangan mantan kekasihnya, "Aku tidak butuh kamu lagi. Biarkan saja, tubuhku dinikmati oleh pria dewasa sepertinya," ketus Vera.
"Vera! Aku tidak suka kamu berbicara seperti itu!" bentak Putra, "Ingat! Aku kekasihmu!" sambungnya lagi membuat Putri terkejut.
"Apa! Kalian pacaran?" tanya Putri shock, "Ini tidak benar kan! Kalian tidak saling kenal kan?"
"Kita saling kenal," jawab Putra.
"Aku baru mengenalnya," jawab Vera.
"Yang benar, yang mana? Kalian membuatku pusing!"
"Vera ke--"
"Aku tidak mempunyai hubungan apapun dengannya," timpal Vera cepat.
"Katakan, semua ucapanmu bohong, katakan Put! " teriak Putri mengguncang lengan Putra, "Katakan Put!"
"Aku tidak berbohong, dia wanita yang selama ini mengisi hatiku, dan kamu, kamu hanya tempat bersenang-senangku saja. Maka dari itu, aku tidak mau hubungan kita tercium oleh teman-teman lainnya," jawab Putra, "Aku dan Vera sudah berpacaran sewaktu di Indonesia, dan kita sedang di uji lalu dipersatukan lagi di sini."
"Semua itu memang benar, tapi selama kamu menghilang tanpa kabar, aku sudah melupakan dan tidak menganggap mu sebagai kekasihku lagi, Put. Jadi, mulai saat ini, berhenti memanggilku dengan sebutan sayang," ujar Vera, matanya sudah memanas, sesekali dia memalingkan wajahnya ke belakang untuk menyeka air matanya yang tiba-tiba lolos.
"Ikut aku, kita perlu bicara empat mata. Putri, kau pergilah dan , Om, kau boleh pergi. Aku membutuhkan waktu berdua dengan kekasih ku," titah Putra menarik tangan Vera menjauhi keduanya yang sedang mematung.
Tanpa ingin mencegah, Dave pun berjalan menuju mobil dan membiarkan mereka berdua menyelesaikan urusannya.
"Lepas! Kamu tidak boleh seenaknya menarik tanganku!" pekik Vera menepis tangan mantan kekasihnya.
"Kamu kenapa sayang, ada apa? Kenapa sikapmu berubah?" tanya Putra menjatuhkan tubuh Vera di kursi taman.
"Jika aku mempunyai salah, tolong maafkan aku. Tapi, jangan akhiri hubungan kita."
"Maaf, Put. Aku tidak bisa," jawab Vera beranjak dari tempat duduknya.
"Aku belum selesai bicara, Ver!" teriak Putra mencegah wanitanya pergi, "Duduk, aku harus mendengar semua penjelasanmu, yang tiba-tiba mengakhiri hubungan kita," sambungnya lagi.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan, Put! Semua sudah selesai. Aku dan kamu tidak berjodoh. Dan aku tidak mau mempunyai kekasih pengkhianat sepertimu."
"Maksudmu, pengkhianat itu apa sayang? Siapa yang mengkhianatimu?" tanya Putra meraih tangan wanitanya.
"Jangan sentuh aku."
"Sayang ...," panggil Putra, dia berusaha meraih kedua pundak Vera, setelah tangannya ditepis.
"Jangan sentuh aku!" teriaknya, "Aku tidak suka disentuh oleh pengkhianat."
"Aku mengkhianatimu? Aku hanya bermain-main dengannya sayang. Hanya ada namamu di dalam hatiku, tolong percaya denganku," ujar Putra.
"Bohong, aku sudah melihat semuanya. Aku melihatmu berciumaaan dengannya, dan aku melihat mu melepas pakaiannya miliknya."
"Apa! Di mana? Kamu salah paham sayang, aku hanya--"
"Hanya apa? Hanya khilaf? Sebulan lebih kamu tidak memberiku kabar Put! Sebulan! Kemana saja kamu hah!" pekik Vera keras, dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke depan, "Sebulan kamu pergi tidak ada kabar, Put hikss ... hikss ..," gumam Vera sambil menitikkan air matanya.
"Maaf, maafkan aku, sayang," jawab Putra beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri wanitanya yang sedang menangis, "Maafkan aku," sambungnya lagi.
"Semuanya sudah telat, maafmu tidak akan merubah semuanya, Put," jawab Vera menatap lurus ke depan.
"Maafkan aku, aku janji, aku akan menikahimu secepatnya. Aku akan bicarakan janjiku ini pada Ayah tiriku, tapi jangan tinggalkan aku," ucap Putra mengeluarkan ponselnya, "Catat nomermu di sini, setelah itu, aku akan menghubungi Ayah dan Kakakku, aku akan menyuruh mereka datang ke sini, untuk melamarmu," titah Putra lagi.
Tatapan Vera beralih pada Putra, dia mendorong ponsel milik Putra, "Aku tidak bisa, aku tidak bisa menikah denganmu. Aku-aku hiks ... hiks."
"Ada apa? apa kamu merasa bersalah atas kematian calon anak kita?" tanya Putra menarik tubuh Vera ke dalam pelukannya.
Hikss ...
Hiksss ....
"Kenapa semuanya menjadi seperti ini, hiks ... hikss ...," gumam Vera memukul dada kekar pria yang dicintainya, "Aku benci kamu, Put. Tapi, aku juga cinta kamu," sambungnya lagi.
"Maafkan aku, maaf ... jika kemarin aku tiba-tiba menghilang. Tapi percayalah, aku berusaha mencari dan menghubungimu, sayang. Dan masalah nomor ponselku yang tiba-tiba ganti, itu karena--"
"Karena apa? Karena wanita itu?" tanya Vera melepaskan dirinya dari pelukan Putra.
"Karena, ponselku hilang. Aku juga tidak hafal dengan nomermu, maafkan aku sayang," jawab Putra meraih tangan wanitanya, "Sekarang kamu ikut denganku ya, kita tinggal bersama-sama," titah Putra menghapus air mata Vera, "Sudah, jangan menangis lagi. Sekarang, aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Ayo kita pulang."
"Tidak bisa, aku tidak bisa ikut denganmu, Put," jawab Vera melepas genggaman tangan Putra.
"Kenapa? Kamu belum memaafkanku? Kamu sudah tidak mencintaiku lagi?"
"Bukan, aku-aku sudah memaafkanmu, tapi aku tidak bisa ikut denganmu," jawab Vera menundukkan kepalanya.
"Apa karena pria yang kau sebut Om tadi?" tanya Putra menangkup wajah cantik wanitanya, "Aku akan bicara dengannya. Kamu jangan takut, aku akan memberikan sejumlah uang untuk menebus semua kebutuhan sehari-hari mu padanya," sambungnya lagi.
"Bukan, bukan karena itu. Dia pasti tidak mengizinkanku ikut denganmu. Maafkan aku, aku tidak bisa ikut denganmu."
"Tapi kenapa, sayang?" tanya Putra.
"Dia simpanan Om-Om, dan sudah sepantasnya dia pulang kerumah Om-om itu, seharusnya kamu tahu itu, Put," timpal Putri tiba-tiba.
"Diam! Aku tahu pacarku seperti apa, jadi ... diam dan pergilah," ketus Putra.
"Put, aku sedang--"
"Diam!" teriak Putra yang sudah terbakar amarah, "Yang dibicarakan Putri, bohong kan, Ver?"
"Emm--"
Bersambung😘
ya bagus sih ceritanya. walaupun berkutat di peran utama nya aja. 👍