Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 29# Wisuda 2
"Terimakasih Mas," ucap Alea seraya meraih buket bunga yanh disodorkan oleh Ravka. Meski Ravka tampak terpaksa memberikan buket bunga tersebut, dengan senang hati Alea menerimanya seraya melemparkan senyum tulus kepada suaminya.
"Oia Al, kamu habis ini mau kemana?" tanya Dilla.
"Hmm.... sepertinya cuma mau makan bareng Kania aja, Ma. Al udah janji mau traktir Kania. Apa boleh Al minta izin sama Mama dan Mas Ravka untuk pergi bareng Kania?" tanya Alea ragu.
"Tentu saja boleh. Iya kan Rav?" Dilla melirik Ravka yang masih memasang wajah datar acuh tak acuh.
"Terserah," jawab Ravka sekenanya.
"Yasudah kalau begitu Mama sama Ravka pamit dulu ya. Kamu nikmati aja waktu bersama Kania. Tante berangkat dulu yah Kania," ucap Dilla seraya melemparkan senyum hangat kepada Kania yang diangguki oleh gadis itu.
"Kak, Ibu mertuamu sekarang baik sama kamu? Perasaan sewaktu habis nikahan kamu, dia keliatannya ga suka sama Kak Al," ujar Kania setelah punggung Dilla dan Ravka menghilang di balik pintu besar Ballroom.
"Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa sikap Mama tiba-tiba jadi baik sama aku. Tapi aku ga butuh alasan. Mama bisa baik sama aku, udah buat aku seneng banget. Semoga Mas Ravka juga bisa berubah kaya Mama,"
"Aamiin. Mudah-mudahan suami kamu bisa lihat ketulusan kamu, Kak," ucap Kania seraya menggandeng Alea, menyeretnya keluar dari Ballrom. "Aku ada kejutan buat Kak Al,"
"Kejutan apa?" tanya Alea yang kepayahan mengimbangi jalannya Kania menggunakan kebaya dengan kain tenun yang melilit di tubuhnya.
"Kalo aku kasih tau, bukan kejutan namanya," ucap Kania dengan seringai lebar menghiasi wajahnya.
Dengan rasa penasaran yang menggayut di hatinya, Alea mencoba menerka apa yang akan diberikan oleh Kania sebagai kejutan. Namun, karena ia jarang sekali mendapat kejutan, membuat gadis itu tidak mau memikirkan terlalu jauh apa yang akan ia dapatkan dari Kania. Ia hanya berusaha mensejajari langkah Kania yang terlihat begitu bersemangat.
Seorang pemuda jangkung dengan kulit kecoklatan tampak tersenyum dari kejauhan. Matanya tak lepas menyaksikan Alea yang diseret oleh Kania berjalan ke arahnya. Sedari tadi, dengan sabar ia menunggu dua gadis itu keluar ruangan untuk menyambanginya. Akhirnya penantiannya dapat segera terwujud.
"Kak Farash?!" spontan Alea berjalan cepat setengah berlari menghampiri pemuda yang tak meluruhkan senyumnya. Seandainya memungkinkan, ia pasti sudah berlari menerjang Farash. Ia begitu merindukan sosok pemuda yang lima tahun terakhir menetap di jogja.
Pemuda itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan merengkuh Alea ke dalam pelukannya.
"Selamat yah kamu udah jadi sarjana sekarang," ucap Farash ketika Alea masih dalam pelukannya.
"Kak Farash kapan dateng dari jogja?"
"Kemaren sore Kakak sampe. Tapi malah ga nemuin kamu di rumah. Kata Kania kamu sekarang ngekos?"
"Hmmm... ?" Alea bingung menjawab pertanyaan Farash yang sepertinya belum mengetahui perihal pernikahannya.
"Aku dari semalem pengen ke kosan kamu, tapi di halangin mulu sama Kania. Kata dia biar jadi kejutan buat kamu hari ini," Farash berucap dengan tersenyum menampakkan deretan gigi yang putih dan rapi. "Ga sia-sia aku nunggu lama disini, kalo bisa lihat muka kamu seseneng ini ketemu aku," lanjut Farash.
"Aku kangen Kak Farash. Lama banget kita ga ketemu," Alea berucap dengam manja. Ia memang senang bermanja-manja dengan Kakak sepupunya ini. Kepergian Farash untuk menetap di jogja membuat Alea kehilangan sosok pemuda yang selalu melindunginya. Ia begitu merindukan kehadiran Farash selama ini.
"Simpan dulu kangennya yah. Aku harus buru-buru berangkat ke bandara. Takut ketinggalan pesawat,"
"Loh, Kak Farash udah mau balik lagi ke jogja sekarang?" tanya Alea seraya melepaskan pelukannya terhadap Farahs.
"Mulai minggu depan aku dipindahkan ke kantor pusat. Kemarin aku ke jakarta buat mengurus administrasinya saja, dan harus segera kembali ke jogja"
"Yah.... tapi akukan masih kangen sama Kak Farash,"
"Simpen dulu kangennya sampai minggu depan. Sekarang Aku harus balik dulu. Aku sengaja nungguin kamu cuma buat ngasih selamat aja. Oia hadiahnya juga menyusul minggu depan yah," ucap Farash sembari mengusak kepala Alea dengan sayang.
"Aku ga perlu hadiah kok. Ada Kak Farash aja aku udah seneng banget," Alea berucap dengan mata sendu menatap Farash.
"Udah sana, tar ketinggalan pesawat loh. Masih ada minggu depan ini buat kangen-kangenan," Kania memecah kedekatan yang terjalin antara Farash dan Alea.
"Yaudah, aku jalan dulu. By," Farash kembali memeluk Alea sekali lagi sebelum meninggalkan gadis itu. Tak lupa ia mendaratkan ciuman di pipi Kania adik tersayangnya.
Tak jauh dari sana, Ravka berjalan cepat dengan rahang yang mengeras menahan amarah melihat Alea berpelukan dengan seorang pria. Belum sempat ia menyambangi mereka, pemuda itu telah berlalu tanpa ia bisa melihat sosoknya.
"Apa kau tidak punya malu berpelukan di tempat umum dengan seorang pria?" Hardik Ravka saat sudah berada di dekat Alea.
"I-itu tadi Kakak ku, Mas," ucap Alea terbata.
"Sejak kapan kamu punya kakak laki-laki?" Ravka menatap tajam Alea. Sedari awal ia sudah diberi tahu kalau Alea adalah anak yatim piatu yang tinggal dengan paman dan bibi. Gadis itu juga tidak memiliki saudara. Jadi bagaimana mungkin tiba-tiba Alea bisa mempunyai seorang kakak laki-laki.
"Dia kakak kandungku," sambar Kania mencoba membela Alea.
"Ingat!! selama kamu menyandang nama Dinata, sebaiknya jaga sikapmu. Jangan sampai kamu mencoreng nama baik keluarga dengan skandal yang menjijikkan,"
"Tidak akan pernah ada skandal, kalau kamu bisa memperlakukan Kak Al dengan baik. Tapi kalau kamu memperlakukannya dengan kejam, sebaiknya jangan pernah menghalangi Kakakku untuk meraih kebahagiaanya sendiri," Entah dari mana datangnya keberanian yang Kania miliki sehingga membuatnya berani menantang Ravka.
"Saya sama sekali tidak membutuhkan pendapat kamu," Ravka menatap Kania tajam.
Ditatap dengan sorot mata seolah hendak mencabik-cabik dirinya, sempat membuat nyali Kania menciut. Namun, ia dengan berani membalas tatapan mata Ravka seolah hendak menabuh genderang perang.
"Kania cukup, jangan memulai pertengkaran disini," Alea melempar tatapan memohon kepada Kania untuk melunakkan hatinya. "Dan untuk kamu Mas. Kamj tidak perlu khawatir. Sejelek apapun aku dimata kamu, aku tetap akan menjadi wanita yang memegang prinsip dalam pernikahan. Selama kita masih terikat dalam pernikahan yang sah, selama itu pula aku akan menjaga kehormatan pernikahan kita. Kecuali jika kamu sudah memutuskan akan menceraikanku,"
Ravka mengalihkan tatapannya kepada Alea dengan sorot mata yang tak dapat dibaca oleh gadis itu. Pemuda itu kemudian menarik nafas panjang, tak mau memperpanjang urusannya dengan dua gadis kecil yang berani melawannya.
"Saya kesini diminta Mama untuk memberikan ini kepadamu," ucap Ravka seraya menyerahkan sebuah kartu kredit berwarna hitam. Kartu kredit yang tidak memiliki limit untuk dibelanjakan sesuka hati si pemegang kartu. "Kau bisa menggunakannya sesukamu," lanjut Ravka kemudian meninggalkan Alea begitu saja dengan kedua alis yang saling bertautan.
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler