NovelToon NovelToon
Ternoda Di Malam Pengantin

Ternoda Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis
Popularitas:2.5M
Nilai: 5
Nama Author: meliani

Dara terkejut ketika mendapati dirinya bangun dalam keadaan tidak perawan. Seseorang telah menculiknya di malam pengantin dan membuat rumah tangganya yang masih berusia seumur jagung itu berada di ambang kehancuran.

Namun kebenaran pasti terungkap dan tidak ada yang lebih indah daripada itu. Sungguhpun Dara amat terkejut ketika mengetahui siapa pelakunya. Celakanya, di saat cinta perlahan sudah mulai hadir. Dan dia merasa terjebak dalam situasi ini.

“Apa maksudmu seperti ini?” sembur Dara pada sosok menawan di hadapannya.

“Tidak ada cara lebih baik yang bisa kulakukan untuk mendapatkanmu.”

“Kau benar-benar SAMPAH!?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita Selingkuhan Suamiku

Mata Dara mengembun mendapati suaminya tengah berangkulan dengan wanita lain yang ia duga adalah selingkuhannya selama ini. Mungkin karena kehangatan wanita itulah kebutuhan batin Chandra selalu terpenuhi sehingga dia tidak pernah menginginkannya lagi.

“Dasar brengsek, tukang kibul,” gerutunya amat kesal. Darah seperti teraduk-aduk dan batin terasa begitu panas perih. Namun begitu, mata tetap mengalir kelemahan. Dalam hati ia menyayangkan dirinya yang selama ini begitu setia mendampingi Chandra.

‘Ternyata aku dijatah seadanya karena gajimu dibagi dua. Ternyata ini sebabnya kamu sering telat pulang. Ternyata ini sebabnya kamu gampang emosi. Ternyata ini sebabnya kamu memanis-maniskan bibirmu di depanku belakangan ini. Oh, Ya Tuhan, betapa bodohnya aku jadi seorang perempuan. Bisa-bisanya aku tak menyadari fakta sebanyak itu?’

“Jangan menangis,” ucap Alif mengusap lembut bahunya. Dia mencoba berada di sisinya sekarang. Terlepas ini terjadi karena perbuatannya atau bukan—namun melihat Dara demikian bukan berarti dia lantas senang. Memang terdengar aneh. Tapi sepertinya dia memang tidak bisa menjadi seorang penjahat profesional.

“Aku harus bagaimana sekarang? Semua sudah terbukti. Aku bingung bagaimana cara menyikapinya,” ucap Dara disela isak.

“Perbaiki penampilanmu, cepat masuk ke lift sekarang. Mereka akan menuju ke atas.”

“Apa aku sanggup?”

“Harus,” kata Alif mendongkrak semangatnya. “Kamu pasti bisa.”

Dara mengangguk meski ia belum terlalu yakin. Dia tak bersama Alif kali ini lantaran khawatir akan menambah beban masalah untuknya. Sebab bisa saja Chandra malah menuduh balik untuk membenarkan perbuatannya sendiri.

‘Kamu harus aku permalukan, Mas,’ tekadnya sangat kuat.

Dara berdiri tak jauh dari mereka, membiarkan Chandra dan wanitanya terlebih dahulu masuk ke salah satu lift untuk mengetahui lantai nomor berapa yang mereka tuju, sebelum akhirnya dia melakukan hal yang sama, di lift sebelahnya. Kebetulan waktu itu memang sedang sepi. Seakan semesta sedang mendukung apa yang akan dilakukannya.

Di dalam lift, mulut Dara tak berhenti merapalkan doa dan mengusap-usap jantungnya yang terasa bertalu-talu seperti hampir meledak. ‘Aku harus kuat, aku harus tegar. Aku harus tenang.’

Deg.

Lift berhenti dan terbuka di lantai lima. Dara melangkahkan kaki dan menghembuskan napasnya lebih dalam agar selalu berada di dalam kewarasan. Dara gegas keluar sebelum Chandra dan wanitanya keluar lebih dulu.

Tap.

“Kena kamu, Mas!” ujar Dara mengejutkan Chandra yang baru saja keluar dari dalam lift. Terlihat pria itu sangat terkejut, begitu juga dengan perempuannya.

“Da-Dara,” ujarnya tergagap. Sementara si wanita hanya menunduk malu.

“Sudah chek in, ya?” sindir Dara dengan tangan bersedekap. “Berapa malam?” perkataan Dara memang santai namun terdengar begitu menusuk. Dia tak peduli dengan satu atau dua orang yang berlalu lalang—dan tampaknya mereka juga tak terlalu memedulikannya.

Terdengar helaan napas dari pria itu sebelum akhirnya dia menjawab pasrah, “Ya sudah, kalau kamu sudah tahu. Aku tidak bisa mengelak, karena memang inilah kenyataannya, seperti yang kamu lihat.”

Deg. Sumpah demi apa pun Dara ingin melempari wajah Chandra dengan sepatu miliknya. Bajingan!

Dara menatap sinis keduanya secara bergantian. Selang berapa lama, dia mengatakan, “Sudah menampar istrimu sampai hampir pingsan, satu bulan pergi tak pernah dicari, sekarang malah enak-enakkan dengan wanita lain. Sudah dapat yang virgin? Ha? Coba aku tanya, memangnya apa bedanya? Memangnya bahagia pernikahan itu di ukur dari ....”

“Jaga cara bicaramu!” sentak Chandra memotong pembicaraannya.

“Eh jangan nyolot, aku bicara baik-baik, loh. Santai saja, aku kalem, kok. Coba kalau istri-istri yang lain. Sudah kujambak wanitamu itu,” sambil menatap si wanita. “Dasar lacur! Perebut suami orang!” umpatnya tak terelakkan.

Dara mendekati wanita tersebut yang sedari tadi hanya terdiam membisu. Kemudian melihat dengan tatapan menyelidik. “Rasa-rasanya aku seperti pernah melihatmu, Mbak. Kamu mantannya Chandra kan? Ya, sepertinya aku tidak salah. Hmm, ya, ya. Mungkin kalian bertemu saat reuni, lalu CLBK karena masih saling suka. Tidak heran, itu sering terjadi.”

“Mas,” cicit wanita itu mengadu manja sambil mengelus perutnya seperti sedang memanasinya. “Aku mual melihat dia, Mas.”

“Cuih!” Dara sontak meludah ke samping. Otaknya begitu mendidih melihat perempuan itu mengadukan kehamilannya secara istilah. “Aku juga ingin muntah melihatmu, damnn it!”

“Kamu bisa masuk dulu, ini kartunya,” ucap Chandra lembut kepada wanitanya.

“Heh, siapa yang mengizinkanmu pergi? Kita belum selesai pelakor!”

“Jangan dengarkan, istirahatlah!” Chandra lebih membelanya membuat Dara semakin ngilu.

“Enak, ya, tidur sama suamiku? Sampai bunting pula.” Dara melirik kesal dan juga miris. Kalau boleh jujur, wanita tersebut yang tidak ada apa-apanya dengan dirinya. Tubuhnya pendek, kulitnya sawo matang, wajahnya pun biasa-biasa saja, tidak ada istimewa-istimewanya! Hanya saja memang tubuhnya lebih berisi dari padanya. Mungkin itulah yang dianggap kelebihan oleh Chandra. Hmm, diam-diam dia mempunyai fantasi seksual yang cukup nakal juga, ya, sialan!

“Seperti ini ya, bentuk ****** pemuas naf sumu? Sakit sepertinya matamu, Mas,” kata Dara ketika wanita itu sudah melintas.

“Cukup, Dara! Dia juga istriku,” sergah Chandra lagi-lagi membelanya. Namun meski sakit, Dara tetap berusaha kokoh berdiri dan berani menatapnya tajam.

“Bagus,” Dara mengangguk-anggukkan kepalanya. “Bangga kamu? Seperti inikah balasanmu kepada istri yang selalu setia menunggumu setiap malam? Memperlakukanmu dengan baik setelah apa yang dilakukannya? Lucu kamu, Mas!” Dara menjeda sesaat, “katamu, kamu butuh waktu karena kecewa, kamu bilang kamu akan datang sendiri nanti di waktu yang tepat. Karena kamu selalu sakit kalau menatapku.”

Selang beberapa lama Dara kembali melanjutkan, “Bahkan perbuatanmu itu malah jauh lebih-lebih mengecewakan, kau tahu?! Pantas selama ini kamu tenang-tenang saja tidak pernah mau menemaniku mencari bukti, ternyata bukan suatu masalah, ya? Kalau aku korban pemerko saan pun? Sebab kamu sudah menemukan gantinya.”

“Aku sudah mencoba mendatangi gedung pernikahan kita, tapi tidak ada yang mau mengaku, lantas aku harus apa?” Chandra menyahuti. Namun Dara tidak peduli, karena mulai hari ini apa pun kata yang keluar dari mulut Chandra adalah sampah?! Dusta?! Omong kosong!

“Aku tak habis pikir, belakangan ini kamu bilang, kamu sudah percaya bahwa aku tidak berselingkuh seperti yang sebelumnya kamu tuduhkan. Tapi kenapa kamu malah berpaling juga? Memang sudah ada niat?”

“Awalnya aku khilaf, Ra. Jangan menjudge aku langsung demikian seperti yang kamu sebutkan. Ini berawal dari ketidakjujuranmu juga.” Chandra berusaha membela diri.

“Khilaf? Tapi keterusan? Enak ya?” tanya Dara menertawakan pengakuan sontoloyo ini. “Kamu sendiri tidak mau dituduh, tapi kamu menuduhku tanpa bukti. Hebat. Maling teriak maling.”

“Aku tak punya pilihan. Dia hamil dan aku harus menikahinya,” kembali Chandra menjelaskan.

“Ya, teruskanlah, nikmati apa yang kamu tanam. Biar aku yang akan menggugat ceraimu nanti.”

“Jangan, Ra. Sepenuhnya aku masih menyayangimu. Nanti setelah anakku lahir, aku janji akan kembali dan kita akan bahagia.”

“Cih, jangan harap!” tegas Dara menolak sembari tangan satunya memencet tombol lift untuk turun. “Hei, dengar baik-baik. Kalau kamu saja jijik denganku, apalagi aku? Aku ternoda satu kali, tapi Mas Chandra itu hitam selamanya. Cukup duduk di tempat dan tunggu gugatanku,” ucap Dara lagi terdengar begitu mengancam.

“Dara, Dara!” seru Chandra namun ia tak bisa menghentikannya karena Dara masuk ke dalam lift yang membawanya turun.

Di dalam lift, Dara sesenggukan mengeluarkan kepedihannya memergoki seorang suami. Lihatlah, pria yang dulu ia banggakan menyakiti sebegitu hebatnya.

‘Aku dituduh selingkuh, dijauhi, dibenci, tidak dipedulikan ketika sakit, digampar sampai hampir pingsan, pergi tak pernah dicari, lalu sekarang, aku diselingkuhi sampai mereka punya anak. Keterlaluan! Dia memang iblis.’

***

To be continued.

 

 

1
Hariyani Puji
sangat rapi alur ceritanya
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
bagus
Hariyani Puji
ceritanya bagus
Aurora
kasihan nggak sesuai dengan ekspektasi alif
Aurora
kembali mesra
Aurora
nanti luluh juga si dara
Aurora
akhirnya sebentar lagi keinginan Alif terkabul
Aurora
ceraikan Candra nikah sama Alif saja
Aurora
keren tempatnya
Aurora
coba dulu nikahnya sama Alif aja
Aurora
rumah tangga di ujung tanduk
Aurora
menghubungi alif
Aurora
Luar biasa
Aurora
paling alif
Aurora
kasihan dara jadi korban
Aurora
Alif pelakunya mungkin
Aurora
kasian dara
dewitoon
langsung ngakak pas bilang mau babymoon ke monas /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!