Melvin Prabu Wijaya terpaksa menikahi Hana Agista guna menggantikan Arya Kakaknya menikah dan itu terjadi atasan permintaan terakhir Arya Prabu Wijaya.
Seharusnya Arya lah yang menikahi Hana Agista hari itu tapi kecelakaan malah menimpa Arya hingga merenggut nyawanya.
Membangun bahtera rumah tangga tanpa ikatan cinta, membuat Melvin dan Hana cukup sulit menyesuaikan diri.
Mungkinkah Cinta akan hadir diantara keduanya meski ada orang ketiga di dalam pernikahan mereka?
Yuk Simak kisahnya hanya di
MENIKAHI ISTRI AMANAH KAKAK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part_30 Dafa Sibuk Sendiri
Selama dirumah sakit Melvin menjelma menjadi Beby sister untuk Hana. Ia menyediakan segala kebutuhan Hana dengan sangat cekatan. Walaupun tidak menghilangkan wajahnya yang terkesan cuek dan kaku.
Tidak masalah bagi Hana, siapa lagi yang mengurus dirinya selain Melvin sendiri di tempat itu.
Semalam dirawat disana, Hana cepat membaik. Kesehatannya mulai pulih dan tidak di haruskan lagi memakai penyanggah leher.
Hari beranjak siang, Melvin sudah mengemas barang-barang mereka karena mereka akan pulang dan melemparkan tas itu kepelukan Dafa yang siap siaga menjalankan tugas.
"Daf, apa kau sudah menelfon Pak Dikha kalau aku tidak jadi pergi ke pesta itu hari ini?" tanya Melvin.
"Sudah, Bos. Tapi Pak Dikha bilang kamu harus datang. Pak Dikha sudah menyerahkan tanggung jawab ini pada Bos. Dia juga baru tahu kalau pesta nya akan diselenggarakan malam ini," jawab Dafa.
Melvin tampak berpikir.
"Malam ini?"
"Iya, Pak Dikha salah info," lugas Dafa.
Melvin tetap bingung, Ia belum yakin kalau Hana benar-benar telah membaik.
"Kenapa, Bos?" Dafa sedikit kepo.
"Apa aku perlu ikut?" sahut Hana yang sudah selesai dari kamar mandi.
Dafa berbalik.
"Wah, iya Nona. Justru kehadiran Nona sangatlah penting," jawab Dafa.
"Kenapa begitu?" tanya Hana.
"Karena_?" Dafa melirik Melvin.
Hana mengulas senyum setelah melihat raut wajah Melvin yang amatlah dingin, mana mungkin Melvin mau meminta sendiri pada dirinya. Kesombongannya terlalu besar.
"Oke, aku akan ikut," tukas Hana.
"Tidak usah, kalau belum sehat," ucap Melvin tampa mau menoleh.
"Jangan khawatir kan aku, aku sudah sehat kok." Hana meyakinkan.
Tiba di tempat penginapan, Dafa langsung berpamitan guna meninjau proyek, sedangkan Melvin disibukkan lagi oleh alat canggih berupa laptop miliknya untuk mengerjakan pekerjaan yang telah menumpuk.
Hana memilih masak mie kuah. Sangat lama rasanya Ia tidak menikmati makanan itu.
Selesai masak Hana membawa dua buah mangkok itu ke sofa dimana Melvin tengah duduk. Ia juga sudah menyiapkan dua gelas minuman.
"Mie?" tawar Hana.
Melvin melirik, Ia tertarik dengan mie buatan Hana, ada sepotong telur, daun bawang dan potongan daging diatasnya.
Hana sudah menyeruput lebih dulu mie di mangkoknya dengan nikmat.
Melvin meraih Mie itu dan ikut merasakannya tampa suara. Hanya dentingan sendok menabrak mangkok jago merah yang ber denting nyaring hingga makanan itu tandas.
Hari mulai berubah menjadi gelap, lampu-lampu berpijar dalam jarak sejauh mata memandang. Melvin sudah siap dengan pakaian terbaik miliknya dan menunggu Hana yang masih bersolek di kamar sedang Dafa belum juga muncul. Entah apa yang dilakukan si jomblo ngenes tersebut didalam bilik nya.
Ponsel Melvin bergetar, sudah pasti datangnya dari Clara kekasihnya. Tak ingin Hana dengar, Melvin memilih keluar.
"Halo, Sayang." masih sama seperti sebelum-sebelumnya Clara sok manja di daun telinga Melvin.
"Ada apa, Cla?" tanyanya sedikit enggan menjawab.
"Kok gak pulang-pulang sih, aku kangen," ucap Clara.
"Tiga hari lagi," jawab Melvin singkat.
"Cepetan ya, aku tunggu ."
"Iya," jawab Melvin lagi singkat.
Usai menelpon Melvin. Clara melepas ponselnya keranjang sambil tersenyum riang. Cukup lah tiga hari ini Ia menikmati liburan bersama Leo di negara singapure tersebut.
"Masih lama dia?" seloroh Leo.
"Iya, tetap seperti dulu. Satu minggu katanya," jawab Clara.
"Good, Kita happy-happy yuk!" Leo menggandeng Clara.
"Oke, kemana?" Clara tampak menikmati status itu.
"Kemana kamu mau," jawab Leo. Leo memang pandai menyenangkan hati Clara dengan keromantisannya. Tidak seperti Melvin yang sangat kaku jika tidak Clara dulu yang merayu.
Dafa datang dengan tergopoh-gopoh.
"Abis telponan ma ular kadut, ehk salah, pacar kamu, Bos?" tanya Dafa. Ia melihat Melvin masih menggenggam ponsel miliknya.
Melvin melototi Dafa.
"Bukan urusanmu," ketus Melvin.
Dafa mendongak kearah kamar Melvin dari pintu tempat mereka berdiri.
"Hai, Dafa. Nunggu lama ya?" Tiba-tiba Hana muncul diiringi senyum yang membuat lesung pipinya tenggelam. Hingga cantik gadis itu makin makin pesona berbalut gaun tampa lengan berwarna merah muda cerah berbintang-bintang bila tersorot sinar lampu yang memiliki tali mini bersilang di belakang punggungnya.
H-hill dengan nada yang sama juga dompet mini dalam genggaman tanganya yang semakin menunjang sangat indah.Rambutnya ikal menggantung diujung yang diikat berkelabang sedikit ditambah ada jepitan lucu di atasnya.
Dafa menggeleng-gelengkan kepalanya takjub melihat penampilan Hana dari atas sampai bawah.
"Ck, ck, ck.. Aku belum pernah melihat wanita secantik dirimu Nona," puji Dafa dengan mata yang tidak berkedip.
Melvin cuek dan hanya mengangkat alisnya mendengar bualan yang di ucapkan asistennya itu tampa penasaran sedikit Pun apa lagi berpikir untuk menoleh.
"Ayo, kita berangkat!" ajak Melvin melangkah lebih dulu.
Dafa memanyunkan bibir melihat perilaku Bos songongnya itu tidak perduli sama sekali.
Hana tersenyum getir, Sudah biasa Melvin begitu. Melihat saja tidak mau apa lagi memuji dirinya, tentu itu adalah hal yang sangat mustahil.
"Ayo Nona." Dafa menghaturkan.
Hana mengikuti Dafa keluar dan masuk kedalam mobil dengan pintu yang Dafa buka.
Ada rasa penasaran saat Melvin mengingat ucapan Dafa tadi, mungkinkah Hana bisa lebih cantik dari dandanan biasanya.
Melvin mencuri pandang lewat kaca spion. Tapi nyatanya Hana tidak terlihat, Ia memilih duduk di tepi jendela menikmati daerah itu saat malam hari.
Hening, semua membisu dalam diam. Tak ada yang mengeluarkan suara dan pokus pada kesibukan masing-masing.
Lagi, Melvin mengintip spion. Masih tetap sama hanya sedikit gaun Hana yang terlihat.
Dafa tak sengaja menoleh kearah Melvin yang duduk disampingnya tengah mengamati spion diatas kaca tembus pandang. Dafa menebak, Melvin pasti ingin melihat Hana.
"Hahaha... penasaran juga tu Bos songong. Tapi angkuh banget jadi orang."
Tak terasa mereka tiba ditempat tujuan. Ramai terlihat orang berdatangan. Hana keluar berbarengan dengan Melvin. Keduanya saling menoleh tampa sadar.
Sejenak Melvin terpaku mengamati setiap inci wajah itu. Teduh, cantik, tidak, bukan hanya cantik tapi sangat cantik.
Pria-pria yang melihat keduanya saling senggol. Entahlah, apa yang mereka pikirkan tentang Melvin dan Hana. Mungkin malah menertawakan Melvin bisa juga ikut kagum dengan pesona Hana Agista.
"Kapan masuknya, Bos?" sindir Dafa.
Melvin membuang muka lalu kembali melangkah mendahului, pura-pura biasa saja.
"Bos, nanti nyesel lo di gaet orang."
"Sabar, Nona. Dia itu hanya angkuh tapi saya yakin dia sangat baik Nona," kata Dafa seraya mengiringi langkah Hana.
"Santai saja, Dafa. Aku tidak ambil hati kok. Kamu malah yang pusing kayaknya." Kini Hana yang menyindir.
Dafa yang merasa jadi nyengir dan menggaruk-garuk tengkuknya.
"Hehehe.. iya Nona."
smga mba hana cpt puli dede bayi shat sll🥰🥰