Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Setelah sarapan selesai, Aisy membantu Zea membereskan piring-piring kecil di meja makan. Tawa bocah itu sesekali pecah karena tingkah polosnya sendiri.
“Papa, lihat deh! Mama Aisy bisa nyusun piring kayak menara,” ucap Zea riang sambil menunjuk tumpukan piring yang dibuat Aisy.
Kenny hanya tersenyum dari balik meja. “Heh, jangan tinggi-tinggi, nanti jatuh, lho.”
Aisy ikut tertawa. “Tenang, Pak Kenny. Ini menara yang kuat, kok. Kan dibangun sama dua perempuan hebat.”
Zea menepuk dadanya bangga. “Iya! Aku juga hebat!”
Tawa mereka pecah bersamaan, membuat suasana rumah yang semula sunyi terasa hidup lagi.
Tak lama kemudian, Aisy duduk di teras belakang. Ia memandang taman kecil di samping rumah — bunga kamboja putih berjejer rapi, dan di pojok ada ayunan kayu kecil tempat Zea biasa bermain. Kenny keluar membawa dua gelas jus jeruk, duduk di kursi sebelahnya.
“Zea terlihat bahagia jika ada kamu,” katanya pelan.
Aisy tersenyum samar. “Anak-anak memang begitu. Mereka bisa merasakan mana yang tulus, mana yang enggak. Zea anak yang manis.”
Kenny menatap taman sejenak, lalu berkata, “Rumah ini dulu sepi banget. Kadang aku sampai lupa rasanya duduk di teras sambil denger tawa anak sendiri. Tapi sekarang... entah kenapa, aku bersyukur kamu pernah datang waktu itu.”
Aisy menoleh, menatapnya sekilas. “Saya cuma kebetulan, Pak. Tuhan aja yang ngatur semuanya.” Ia mengalihkan pandangan, menatap pohon kamboja yang bergoyang lembut. “Mungkin memang begini caranya Tuhan menyembuhkan kita. Pelan, tapi pasti.”
Kenny tersenyum kecil, lalu meneguk jusnya. “Iya. Penyembuhan memang nggak pernah datang tiba-tiba.”
Beberapa menit mereka hanya diam, menikmati udara yang berembus lembut. Dari dalam rumah, suara Zea yang sedang bernyanyi terdengar samar, membuat keduanya sama-sama tersenyum tanpa sadar.
Aisy kemudian berdiri, merapikan tasnya. “Saya pamit dulu ya, Pak Kenny. Kalau lama-lama di sini, nanti Zea nggak mau saya pulang.”
Kenny berdiri juga, membukakan pintu pagar. “Hati-hati di jalan. Kalau hujan turun, kabarin aja. Biar saya jemput.”
Aisy menggeleng kecil, menahan senyum. “Bapak ini suka khawatir, ya?”
“Bukan khawatir, cuma... terbiasa memastikan orang yang saya kenal pulang dengan selamat.”
Aisy terdiam sejenak. Ucapan itu sederhana, tapi terasa hangat. Ia mengangguk, menatap Kenny dengan senyum ringan. “Baiklah, terima kasih, Pak Kenny. Sampai jumpa di rumah sakit besok.”
Kenny hanya mengangguk pelan, menatap langkah Aisy yang perlahan menjauh. dengan yang bersamaan disusul dengan langkah Merry yang baru saja tiba setelah menjenguk tetangga yang sedang sakit.
"Kalau kau memang mantap dengan Aisy, dekati dia buat dia nyaman, bukan buat dia tertekan, anakku ketahuilah, wanita itu hanya butuh tempat pulang yang aman," ujar Merry lalu kembali melangkah ke kamarnya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Sementara itu, di sisi lain kota, suasana rumah besar milik Reyhan justru dipenuhi kesunyian. Bayi kecil yang dulu begitu dinanti, kini menangis pelan di ranjang bayi yang sepi.
Arsinta, yang dulu selalu tampak rapi dan lembut, kini duduk termenung di kursi ruang tamu, wajahnya pucat, matanya kosong.
Reyhan berdiri di depan jendela besar, menatap halaman tanpa ekspresi. Suara tangis bayi itu tidak sedikit pun mengusik langkahnya.
“Mas Reyhan... tolong gendong dulu sebentar,” pinta Arsinta pelan.
Laki-laki itu menoleh sekilas, lalu berkata dingin, “Kamu yang mau dia, kamu yang urus.”
Seketika suasana menjadi beku.
Tangis bayi makin keras, tapi Reyhan tak bergerak. Tatapannya kosong seperti seseorang yang sudah kehilangan makna atas semua yang dulu diperjuangkan.
Ia melangkah menuju meja kerja, membuka berkas-berkas tanpa arah. Dalam hati kecilnya, ada suara samar. “Aku dulu begitu ingin menjadi ayah. Tapi sekarang... kenapa rasanya hampa sekali?”
Sementara itu di dalam kamarnya suara tangis Azam begitu menggema, apa karena bisa merasa jika kondisi hati kedua orang tuanya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Bahkan Sinta mulai dibuat kewalahan sendiri karena Reyhan tidak ada sedikit pun ingin membantunya ataupun sekedar memberikan kata-kata penenang.
"Cup ... Cup ... Nak, kamu minta nenen ya," ucap Sinta lalu mulai memasukkan putingnya ke dalam mulut mungil itu.
Tidak ada respon bayi Azam semakin kencang menangis hingga Bi Jum datang menghampiri kamar majikannya itu.
"Ibu ada yang bisa aku bantu," ucap Bi Jum dengan sopan.
"Gak usah Bi, aku tidak butuh bantuanmu, sana keluar," sahut Sinta ketus.
Bi Jum memundurkan langkahnya lalu meninggalkan bayi itu dalam keadaan menangis. Sementara itu Arsinta masih sibuk dengan emosinya dan tangannya mulai menggedor-gedor ruang kerja Reyhan yang ada di dekat kamarnya.
"Mas ... kamu itu dengar gak sih, anak kamu nangis kejer kaya gini, tapi kamu seolah tidak peduli!" teriak Arsinta dari luar ruangan.
Sementara Reyhan yang ada di dalam merasa dongkol dan menganggap Arsinta tidak bisa menangani bayinya sendiri dengan baik.
Pintu terbuka dengan tatapan dinginnya Reyhan mulai mengambil posisi Azam yang ada di dalam gendongan istrinya. "Aku heran ya sama kamu, urus bayi saja kau tidak becus, padahal ada baby sister dan Bi Jum, lama-lama aku setres ngadepin kamu yang masih kekanak-kanakan ini," kata Reyhan pelan namun menusuk hati.
Tatapan Arsinta sinis seolah tidak terima dengan perkataan Reyhan yang merendahkan kemampuannya. "Mas, tega ya, berbicara seperti itu, menghina seorang wanita yang sudah memberikan anak untukmu," cetus Arsinta.
Reyhan hanya diam, memalingkan wajah sambil menenangkan Azam di pelukannya. Tangis bayi itu perlahan mereda, namun suara isak kecil masih terdengar di sela-sela napasnya. Arsinta menatap pemandangan itu dengan dada bergejolak antara cemburu, sakit hati, dan rasa bersalah yang ia sendiri tak pahami.
“Lihat kan, Mas?” ucapnya lirih, tapi penuh sindiran yang getir. “Dulu kamu bilang Aisy itu terlalu dingin, terlalu tenang. Tapi ternyata... mungkin Tuhan memang adil. Dia gak bisa kasih kamu anak, dan aku yang bisa malah dikasih suami yang kehilangan hatinya.”
"Jangan pernah kau singgung masa laluku, dia memang tidak bisa memberikan keturunan, tapi dia tidak pernah menjelekkan wanita lain dihadapanku," sahut Reyhan.
Arsinta merasa panas karena suaminya itu masih memihak mantan istrinya. "Terus saja kau bela dia, memang laki-laki suka seperti itu, sudah dikasih yang sempurna malah tidak bersyukur ...."
Kata-kata itu menggantung di udara, tajam seperti belati. Reyhan menatap istrinya sesaat, tapi tak berkata apa pun. Ia hanya menunduk, menimang Azam yang kini tertidur, seolah lebih memilih diam bersama bayinya daripada menanggapi luka lama yang kembali disinggung. Dan di sudut hati kecilnya, nama Aisy kembali bergema bukan karena cinta, tapi karena rasa bersalah yang belum selesai.
'Aisy maafkan aku ya, maaf ....,' ucapnya di dalam hati.
Bersambung ....
Kasih komen ya kakak ....🤣🤣🤣🥰🥰🥰🙏🙏🙏
mungkin kebanyakan di manja, mkne gk bisa mandiri saat di buang Reyhan.
dulu kebanyakan party pling lihat saja gaul nya smp hamil, berarti dulu gk sekolah cm party party tok, di pikir hidup ttp mewah gk tau nya di buang.
kluargane juga bobrok anak salah mlh di dukung edan kok.
kn bgitu kemarin cari jln tp jln pintas njebak laki orang.
nikmati saja karma mu. 👍👍.
Selamat arsinta menikmati karma.
karma tak Semanis kurma.
mkne jng jd pelakor, coba kl gk ketahuan Azam anak laki lain pasti gk insaf dan bhgia di atas derita aisy.
Sekarang saja tobat krn di usir Reyhan dan hidup miskin. coba kl masih punya uang dan cantik pasti nglakor lagi. 🤣🤣🤣
contoh mulan jamila, nisya sabyan. pelakor pelakor kaya mereka bikin gedek bnget dng embel embel hijrah berharap dpt maaf.
kayak arsinta ini dng embel embel insaf berharap dpt maaf. iuhh coba kl gk ketahuan Azam bukan anak Reyhan gk akn insaf tu sundal.
sedang pelakor hamil dng penderitaan 😄🤣. itulah penjahat menang di awal kalah dan tersingkir di akhir.
puas bnget tu arsinta menderita hidupnya. biar gk jd pelakor lagi, kl dah jd pemulung dan kusut kn gk laku kl nglakor lagi.
rasakan Sekarang tiada Ampun buat pelakor nggarai tuman soale.