menceritakan kisah seorang pemuda dekil yang sering di hina dan di rendahkan karena penampilannya yang tak rupawan dan sering di anggap remeh hanya karena manusia biasa.
Namun siapa sangka di balik penampilannya yang sederhana pemuda itu ternyata memiliki kekuatan tidak terkalahkan bahkan pemuda tersebut memiliki ribuan Boneka yang terbuat dari mayat tokoh tokoh kuat zaman dahulu, namun pemuda itu sendiri sama sekali tidak menyadari kelebihannya entah itu kekuatan Tidak terkalahkan miliknya maupun boneka boneka miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hukuman
Nadya tersenyum tipis, tatapannya mengabaikan Darman dan yang lainnya dia fokus menatap Angga.
"Sekarang apakah kamu sudah percaya, Bahwa aku adalah pemimpin kalian, Angga?" Tanya Nadya dengan senyuman tipis.
"Ti--tidak mungkin!" Suara Angga bergetar, tangannya mencengkeram tanah wajahnya pucat pasi, "kamu hanyalah gelandangan biasa! Mustahil kamu adalah Pemimpin organisasi Mayat Darah!" Ucap Angga yang masih ingin menyangkal.
"Tidak! Ini pasti ada kesalahan! Kamu bukanlah pemimpin organisasi Mayat Darah!" Teriak Angga..
Namun tidak ada respon dari semua orang yang ada di tempat ini. David, kelima petinggi dan semua pasukan Organisasi Mayat Darah masih diam, seolah menunjukan apa yang mereka lakukan tidak salah.
Angga tiba tiba menunjuk Irma dan Bunga, "Nadya, kalau kamu ingin menayalahkan seseorang salahkan mereka berdua! Mereka berdua yang terus menggodaku! Mereka berdualah yang memaksaku meninggalkanmu!"
Angga merangkak maju beberapa langkah kedepan, Angga menengadah, wajahnya terlihat pucat pasi bercampur dengan panik.
"Aku akan tinggalkan mereka berdua, Nadya! Ambil aku kembali! Jangan bunuh aku... aku bersedia menjadi suamimu!"
Bunga dan Irma melebarkan matanya dengan ekspresi tidak percaya, mereka sama sekali tidak percaya Suami mereka akan mengorbankan mereka demi bisa bertahan hidup.
"Tidak! Tidak! Nona Nadya! Saya tidak pernah memaksanya!" Ucap Irma.
"Saya juga tidak pernah memaksanya! Dia sendiri yang datang kepada saya, Nona!" Ucap Bunga.
Kedua wanita itu berusaha membela diri mereka masing masing agar bisa selamat.
Tangan mereka berdua terangkat seolah hendak menangkis tuduhan. Suaranya semakin parau nyaris menangis.
"Dialah yang menggoda saya bukan saya yang menggodanya!" Suara irma dan Bunga bertubrukan di udara.
Angga meratap, Bunga dan Irma meraung mereka mengungkapkan aib mereka masing masing di hadapan Nadya. sementara Nadya hanya duduk tenang, bibirnya melengkung tipis, seolah menyaksikan sandiwara murahan yang di buat buat tragis.
Sementara Darman hanya bisa menunduk, siapa sangka sosok wanita gembel yang sebelum ini ia remehkan ternyata benar pemimpin tertinggi organisasinya, yang lebih parahnya lagi Darman berani menodongkan senjata ke arahnya.
Siapa sangka pada saat ini Nadya menatap ke arah Darman, "Darman ya namamu?" Tanya Nadya.
Darman menatap Nadya, tatapannya terlihat bergetar ketika Nadya dan David menatapnya seperti ular beracun.
"Sebagai anggota organisasi Mayat Darah seharusnya kamu mengetahui apa hukuman membuka cabang tanpa izin dari pemimpin.... yaitu di pukuli sampai setengah mati.
Dan kamu juga pasti tahu apa hukuman seorang anggota yang berani menodongkan senjata ke arah pemimpinnya, yaitu menjadi makanan ikan." Ucap Nadya dingin.
Darman dan semua orang di sini terlihat mengigit bibirnya dengan ketakutan, jelas pada saat ini Nadya duduk sebagai hakim. Sebagai seseorang yang menjatuhkan vonis kepada mereka.
Nadya mengangkat telunjuknya perlahan, seperti palu hakim yang siap menghantam.
"Kalian para cecenguk yang berani menyusahkan rakyat jelata, kematian adalah hukuman yang terlalu ringan untuk kalian." Jemari Nadya menuding lurus ke arah Para petugas abal abal yang berjongkok sembari mengangkat tangannya.
"Bawa mereka ke penjara, pastikan mereka di penjara seumur hidup dan suap para napi di sana untuk menyiksa mereka!" Ucap Nadya.
Para petugas abal abal itu melebarkan matanya dengan kaget, mereka semakin ketakutan mendengar hukuman untuk mereka.
"Tidak! Ampuni kami Nona Nadya!" Teriak salah satu di antara mereka.
Namun dengan cepat para pasukan organisasi Mayat Darah menarik mereka dan di bawa ke mobil.
Irma terlihat putus asa, keringat bercucuran, tangannya meraih ujung salah satu sepatu pasukan Organisasi Mayat Darah, "Tuan ampuni saya, saya berjanji akan menjilat debu demi anda!"
Bunga yang awal kemunculannya sangat menghina Nadya kini seperti tikus terjepit, "nona Nadya, tolong maafkan kesalahan saya, saya kapok!"
Namun Nadya tidak menghiraukan rengekan mereka, Kemudian Nadya menatap Angga dan Darman.
Kedua orang itu pucat seperti ayam sayur.
"Tolong jangan Nadya, aku bersumpah akan setia kepadamu!" Ucap Angga.
"Nona, tolong ampuni saya anda adalah sosok yang berdiri di puncak mengampuni semut seperti saya bukanlah sesuatu yang sulit!" Ucap Darman.
Namun Nadya hanya menatap datar kedua orang ini, rasa cinta di hatinya yang sebelum ini membakar hati Nadya kini sudah padam, tidak ada cinta lagi di hati Nadya untuk angga.
Jemarinya terulur menuding satu persatu.
"Darman..."
Tubuh Darman langsung lemas, buncit tubuhnya gemetar, nafasnya tersenggal.
"Seret dia pastikan agar wajahnya tidak terlihat lagi di hadapanku!" Ucap Nadya.
"Tidak! Aku masih ingin hidup, ampun Nona!" Teriak Darman.
Darman berusaha meronta, namun yang menariknya adalah Mario sosok petinggi organisasi Mayat Darah yang kesaktiannya tidak perlu di ragukan lagi, membuat tubuh Darman terseret begitu saja.
"Irma, Bunga."
Tubuh Irma dan Bunga bergetar tidak terkendali, mata mereka berkaca kaca seolah air mata bisa menetes kapan saja.
"Seret mereka berdua pergi dari sini, pastikan mereka berdua hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Buat mereka tidak di terima kerja di mana mana, dan pastikan mereka berdua menjadi gembel di jalanan." Ucap Nadya.
Irma dan Bunga kaget bukan kepalang mendengar hukuman yang sangat tidak masuk akal itu.
"Tidak! Tidak! Aku tidak mau hidup melarat!" Teriak Bunga.
"Nadya tolong aku Nadya, bukankah aku adalah teman masa kecilmu setidaknya berikan aku keringanan!" Teriak Irma.
Nadya tidak menjawab dia hanya menatap mereka datar. Sebelum akhirnya mereka di seret paksa oleh Nata.
Kini terdakwa yang tersisa hanya Angga. Wajah Angga terlihat berubah lega, bahkan nyaris berbinar, senyum tipis terukir dari bibirnya seolah dia yakin bahwa dia masih di cintai Nadya.
"Aku akan menjadi suami yang baik untukmu Nadya!" Suaranya bergetar, "aku tidak akan meninggalkanmu! Aku bersumpah akan setiap kepadamu! Terimakasih... terimakasih sudah memaafkanku!"
Suasana halaman pabrik hening, para pasukan Organisasi Mayat Darah membeku hanya mata mereka yang bergerak. Menunggu jawaban dari pemimpin mereka.
Sementara Nadya tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap Angga dengan tatapan dingin. Senyum Angga perlahan memudar degup jantungnya terdengar di telinganya sendiri.
Nadya menarik nafas dalam, benar benar sudah tidak ada tatapan kagum lagi di matanya ketika menatap Angga. Perasaanya terhadap Angga sudah mati.
"Angga."
Angga terdiam, harapannya tadi sirna begitu saja mendengar namanya di sebut bagaikan vonis.
"David, seret Dia buang ke jurang di alas Roban! Jika dia masih bisa bertahan hidup biarkan saja, itu keringanan yang sangat menguntungkan untuknya." Ucap Nadya, Nadya berhenti sejenak suaranya getir namun tegas, "biarkan dia merasakan kegelapan dan kesepian."
"Baik Nona!" Jawab David yang langsung berjalan dan menarik kerah baju Angga.
"Tidak Nadya! Kamu tidak bisa melakukan ini! Kamu harus ingat keluargakulah yang menyelamatkanmu dari kerasnya hidup di jalanan!" teriak Angga.
Nadya tidak menjawab dia hanya menatap langit yang kali ini mendung, seolah ikut sedih dengan perasaan Nadya.
Secara tidak sadar Nadya kembali berkaca kaca meskipun tidak ada air mata yang jatuh.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat.
Malam di salah satu jurang di alas Roban seperti rahang hitam yang menelan segalanya. Kabut pekat merayap di antara pohon pohon yang berdiri lebat, menutup pandangan lebih dari satu langkah. Udara begitu dingin, menusuk tulang hingga membuat gigi bergemelatuk.
Angga terlihat terbaring lemas di dasar jurang, terdapat banyak luka di sekujur tubuhnya akibat di lempar David ke jurang ini, walaupun terdapat banyak luka namun dia masih setengah sadar.
"A--aku tidak boleh mati di sini... Nadya... aku harus balas dendam! Wahai siluman, jin, dedemit yang menghuni alas roban berikan aku kekuatan! Aku akan memberikan apapun untuk kalian termasuk nyawaku." Teriak Angga dalam hatinya.
Tiba tiba kabut di dasar jurang ini berkumpul, kemudian memadat membentuk siluet tubuh harimau dan menjelma menjadi harimau putih raksasa, tubuhnya terlihat gagah matanya memancarkan siluet cahaya biru yang sangat indah dan mengerikan, mulutnya menyeringai menunjukan taring taring panjang dan tajamnya.
"Jiwa kotor yang penuh dendam! Benar benar sangat cocok untuk mewarisi ilmuku!" Ucap Harimau putih Raksasa itu yang tidak lain adalah Raja Laksana Kamandaka.
jgn nanggung lg ceritanya.../Pray//Pray//Ok//Good/