"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 Rusaknya Tempat Rosok
"jadi yang mana vin?" tanya Alex usai
melihat lihat sepeda motor bekas yang
masih terlihat bagus lainnya.
"Mahal mahal Lex, gak berani milih
aku" jawalb Alvin jujur.
"Halah, pilih aja dulu yang sekiranya
sesuai uangmu, nanti kita tawar" ujar Alex
seraya terus mengamati sepeda yang
sekiranya cocok dengan kebutuhan
Alvin.
"Kalau yang itu gimana Lex, tapi
harganya 4 juta pas, duh lak habis uangku"
ucap Alvin seraya menunjuk sebuah
sepeda motor Supri X keluaran yang sudah
sekitar 15 tahun yang lalu.
"Heh, gak ketuaan itu? Apa gak terlalu jadul?" tegur Alex.
"Setahuku sepeda motor jenis itu
cukup awet kan Lex, melihat uang yang ku
punya gak mungkin aku milih motor yang
didepan mu itu" jawab Alvin menyindir,
seraya melirik motor Ninin yang sejak tadi
di lihat oleh Alex.
"Hehe Ya udah coba kita tanyain yang
itu dulu aja vin" ucap Alex kemudian.
Penjual yang sudah kenal dengan Alex
itu pun menyambut kedatangan Alex
dengan baik, biasanya jika Alex yang
datang akan membeli sepeda motor
dengan model paling bagus dengan harga
yang bagus pula, sebab biasanya Alex
membawa temannya yang kaya raya.
Berbeda dengan Alvin kali ini,
mulai dari motor yang ditunjuk serta
penawaran harga yang dilakukan oleh Alex, cukup membuat penjual motor
tersebut heran.
Meski begitu, penjual tersebut tetap
melayani Alex dengan baik, setelah tawar
menawar yang terjadi, penjual pun
bersedia melepas sepeda tersebut di harga
3,5 juta.
Setelah berunding dengan Alvin
sebentar, terbelilah motor tersebut untuk
Alvin.
"Kamu udah bisa naik motor vin?"
tanya Alex, sebab kemarin seingat Alex
Alvin sempat berkata bahwa dirinya tak
tahu cara naik motor.
"Hehe bisa dikit Lex, sebenarnya dulu
pernah belajar pakai sepeda bapak sih"
jawab Alvin.
"Yawes nih, kamu pakai. Pelan-pelan
aja, tak ikutin dari belakang" ucap Alex
yang langsung di turuti oleh Alvin.
Dengan perlahan dan sedikit kaku,
Alvin mulai memakai sepeda barunya,
ada rasa haru dan bahagia saat memakai
sepeda tersebut. Masih sedikit tak
menyangka jika dalam waktu setengah
tahun banyak hal yang berubah dalam
hidupnya, semenjak berurusan dengan
rosok.
Menjadi pemulung dan pengepul
rosok membuat Alvin semakin paham,
bagaimana mengelola usaha, terutama
untuk urusan sanmpah dan barang bekas
atau rosok.
Hampir semua yang masuk ke dalam
tong sampah, sebenarnya bisa
dimanfaatkan, hanya orang orang seperti
dirinya lah yang tahu, orang orang dengan
nasib ekonomi seperti Alvin, orang
orang dengan tekad kuat dan tahan malu
seperti Alvin dan pemulung lain lah
yang tahu.
Bisnis ini mempunyai perputaran
uang yang besar, hanya saja orang lain tak
menyadarinya, entah benar karena tak
sadar atau sebenarnya menyadari, namun
kalah dengan rasa malu yang tumbuh
dalam diri.
Bagaimana tidak malu, sampah itu
kan identik dengan hal kotor, menjijikan
dan tentu saja pekerjaan rendahan.
Padahal jika mereka tahu seberapa banyak
uang yang bisa Alvin hasilkan selama
ini.
Baru menjadi pemulung saja, ia sudah
bisa mengontrak sebuah rumah, sungguh
pencapaian yang luar biasa bukan, belum
lagi bisa membeli ponsel. Kemudian saat
tak lama menjadi pengepul rosok, atau
kalau para pemulung memanggilnya juragan rosok anyaran alias baru, Alvin
sudah bisa membeli sepeda motor, ya
meskipun bekas.
Meski uang itu dikumpulkannya juga
dari gajinya dalam menarik sampah juga,
namun tak bisa dipungkiri jika hal itu juga
berasal dari sampah. Dari sampahlah kini
Alvin bertahan. Banyak angan dan cita-
cita mulai tumbuh dibenaknya, setelah
beberapa hal bisa ia wujudkan.
Setelah memiliki sepeda motor, kini
hari-hari Alvin lalui dengan lebih
semangat, olimpiade mata pelajaran yang
harus ia ikuti pun tak mengikis
semangatnya sedikitpun, hingga usaha
menjadi juragan rosok anyaran mulai
membuat beberapa juragan rosok dekat
rumahnya merasa tersaingi.
"Astaghfirullah!!" pekik Alvin saat
melihat kondisi tempat rosok yang ia bangun, kini tampak porak poranda.
Beruntung rosok yang sudah
terkumpul, baru saja ia kumpulkan ke
juragan rosok yang lebih besar.
"Siapa yang berlaku seperti ini?"
gumam Alvin yang menyadari jika
timbangan yang sudah ia rantai dengan
tiang besi di rumah itu, telah raib. Hilang
entah kemana.
Tak ingin larut dalam kesedihan,
Alvin pun mulai membereskan puing
puing seng yang runtuh dibawah, banyak
yang telah berkarat karena memang dulu
Alvin membelinya dalam kondisi bekas.
Hal yang aneh lainnya adalah seng
yang masih panjang dan besar telah raib.
Membuat Alvin hanya bisa geleng-
geleng kepala.
Bingung entah harus berbuat apa,
Alvin berinisiatif untuk bertandang ke
rumah pak Rusdi, sekedar bercerita dan
meminta saran.
"Woy vin!! Disamperin malah mau
pergi" teriak Mingyu mengejar Alvin.
"Eh Ming, kenapa?" tanya Alvin.
"Kamu tuh mau kemana? Itu kenapa
rumahmu kayak gitu?" tanya Mingyu
penasaran.
"Mau ke rumah pak Rusdi, ya mau
tanya soal rumah itu" jawab Alvin.
"Yawes, ayo tak temenin" ucap
Mingyu.
Keduanya pun beriringan ke rumah
pak Rusdi yang tak jauh dari rumah yang
ditempati Alvin.
"Maaf pak, pak Rusdinya ada?" tanya
Alvin pada satpam di rumah pak Rusdi.
"Waduh pak Rusdi ke rumah anaknya
mas, sudah dari kemarin. Ada apa ya?"
jawab satpam tersebut.
"Walah ya sudah kalau gitu pak, biar
tak telpon saja kalau gitu" jawab Alvin
kemudian berpamitan berlalu.
Kembali ke rumah, bersama Mingyu
yang masih menemaninya.
Baru sampai rumah, terdengar
raungan motor sport yang akhir-akhir ini
mulai sering mampir di kediaman
Alvin.
"Waduh, gudangmu kok rosok gini
Vin. Mau direnovasi?" tanya Alex setelah
mematikan mesin motornya.
"Nah, sekarang jelasin vin, kenapa
rumahmu seperti ini?" tanya Mingyu ikut
meminta penjelasan.
"Aku gak tahu rekk, tadi pas tak
tinggal masih seperti sebelumnya, hari ini
kan emang jadwalnya aku kirim rosok ke
juragan Andre, malahan tadi ada tanda
segitiga milik pemilik pickup itu
ketinggalan di gantungan situ, nah pas
pulang pulang udah kayak gini.
Timbangan dan gantungan segitu itu
hilang, ini atap seng yang masih besar juga
raib" jawab Alvin menjelaskan
masalahnya pada 2 orang yang kini
menjadi teman baiknya itu.
"Waduh, gak bisa didiemin ini tang!
Harus kita laporin ke polisi!" saran Alex
diikuti anggukan kelapa oleh Mingyu.
"Haduh nanti malah ribet kalau ke
kantor polis Lex, tau sendiri kalau orang
yang gak punya power kayak aku gak bakal
di ladenin" ujar Alvin.
"Tenang vin, ada aku. Biar dibantu
mama nanti pas bikin laporan, mama gak
mungkin nolak kalau diminta bantuin
kamu" sanggah Alex.
"Enggak ah Lex, mending sekarang
kalian bantu buat renov ini tempat aja deh"
tolak Alvin, ia tahu benar temannya itu
ingin menolong, makanya Alvin lebih
meminta tolong untuk membenarkan
tempat rosoknya saja daripada membuat
laporan ke kantor polisi.
"Saranku mending di tembok aja sih
tang" ucap Alex membuat Alvin
mengangguk.
"Iya, tapi kamu minta ijin dulu ke pak
Rusdi vin, ini kan kamu ngontrak juga
tinggal setengah tahun, takutnya nanti gak
boleh diperpanjang sama palk Rusdi kan
sayang" sanggah Mingyu memberi saran.
Membuat Alvin segera melakukan
panggilan ke nomor pak Rusdi, sang
pemilik rumah yang ia tempati.