Pesona Selir Yang Disia-siakan

*Arena panahan*

"Kasim!" panggil Lin-rang.

Kasim Wol-yun seperti tidak menghiraukan Lin-rang Dia berjalan terlebih dahulu hingga berjalan lebih jauh. Lin-rang yang mengetahui itu dia nampak mencibirkan bibirnya, mengumpat dan membicarakan sang Kasim dengan beberapa kalimat ejekan.

"Dasar pria tidak punya senjata, enak banget dia memperlakukan aku seperti ini." gerutu Lin-rang yang berjalan sedikit cepat untuk mengejar Kasim.

Di salah satu tempat Lin-rang menatap begitu banyak pria yang sudah berjajar, di sana sudah ada ibu suri dan yang lain. Lin-rang terlihat kecapean karena dari tadi dia cuma berputar-putar di sekitar istana.

"Kakak, dari mana saja?" tanya Ming-na.

Lin-rang mengibas wajahnya dengan tangan, nafasnya sedikit lelah dengan wajah yang penuh keringat. "Tadi aku kesasar di istana, nggak tahu sampai di mana terus muter-muter sampai kepalaku pusing." jawab Lin-rang yang terlihat malah duduk sembari menekuk tubuhnya.

"Lalu, bagaimana bisa sampai di sini? siapa yang mengantarmu?" tanya ibu suri.

"Itu manusia tanpa senjata api." jawab Lin-rang.

"Manusia tanpa senjata api? maksudmu siapa?" tanya ibu sur.

Lin-rang tidak menjawab, Dia mengatur nafasnya sembari mengusap keringat yang mulai bercucuran. Sedangkan Pelayan Mei menatap pengawal Man.

"Manusia tanpa senjata api itu apa?" tanya pelayan Mei.

Pengawal Man mengangkat kedua tangannya. "Nona Lin kalau bicara itu aneh-aneh, dia menggunakan perumpamaan yang tidak bisa kita mengerti." jawab pengawal Man.

Dari kejauhan Kasim terlihat menatap Lin-rang yang terlihat begitu kelelahan dia menyandarkan tubuhnya di kursi sembari terus mengipas wajahnya. "apa yang terjadi denganku kenapa seperti ini?" ucap Kasim yang terlihat berusaha untuk menenangkan dirinya.

Lomba panahan dimulai, Dengan semangatnya Lin-rang melihat satu persatu peserta lomba tersebut. "Wow.. tubuhnya sexy...begitu tampan, lihatlah dia begitu luar biasa." ucap Lin-rang.

Ibu suri langsung menatap Lin-rang ketika dia membuka mulutnya. Ada ekspresi yang terkejut juga tidak percaya. "Apakah kamu baik-baik saja Lin-rang?" tanya ibu suri.

Lin-rang menganggukkan kepalanya tanpa menatap ibu suri. "Ibu suri, apa ibu suri tahu siapa pria berotot yang mengangkat besi itu?" tanya Lin-rang tanpa malu.

Seorang pria tanpa pakaian yang hanya memakai celana, dia mengangkat besi yang begitu besar. Raut wajah Lin-rang yang terlihat begitu berbinar saat melihat pria berotot tanpa pakaian itu, sedangkan ibu suri nampak berkedip berulang kali, meyakinkan dirinya kalau saat ini dia sedang tidak bermimpi.

"Ihh... Sexy banget." ucap Lin-rang penuh semangat.

ibu suri dan yang lain nampak melongo, mereka tidak percaya, ternyata Lin-rang yang baru pulang dari kematian itu sifatnya begitu genit dan sedikit tidak tahu malu.

"Ya Tuhan... Kenapa pria itu seksi banget, lihatlah aku pingin banget nyentuh otot-ototnya itu." ucap Lin-rang dengan ekspresi yang begitu genit. Namun sesaat kemudian tiba-tiba pandangan matanya tertutup oleh tubuh seseorang. "Hai tuan, minggir. Kamu menghalangi pandanganku." Lin-rang berusaha untuk menyingkirkan seseorang yang tiba-tiba menghalangi dirinya.

"Hei nona Lin, Apa kamu mau melihat tubuh seksi juga?" tanya pangeran Chun-san yang sudah ada di depan Lin-rang.

Seketika Lin-rang mendongakkan kepalanya, menatap pangeran Chun-san yang sudah ada di depannya. "Pangeran ini kenapa sih, cepat minggir! aku mau lihat yang seger-seger." jawab Lin-rang yang berusaha untuk menyingkirkan tubuh pangeran Chun-san.

"Apa kamu mau melihat otot seperti itu?" tanya pangeran Chun-san.

ibu suri dan yang lain yang mendengar perdebatan dua makhluk yang ada di depan mereka, nampak membuat ibu suri dan yang lain malu sendiri. "Kenapa kalian bermesra-mesraan di sini, kalian ini tidak punya sopan santun ya, di depan orang tua kok begitu." tegur ibu suri.

"Ya keponakan ibu suri ini yang tidak tahu malu, dia menghalangiku untuk melihat pemandangan indah." jawab Lin-rang.

ibu suri sedikit mendengus, "Ini gadis Kenapa dia tidak tahu banget, pangeran Chun-san ini sedang cemburu." gumam ibu suri dalam hati.

Ming-na hanya tersenyum melihat kelakuan aneh dari Lin-rang.

Satu persatu peserta lomba panah dipanggil, beberapa pangeran dari kerajaan Rong juga kerajaan tamu sudah mulai melangkah ke tempat mereka, "Pangeran, apa kamu tidak mau ikut juga? sana pergi." Lin-rang terus mengusir.

"Tenang saja, lomba kayak gitu sama angkat besi seperti itu aku juga bisa melakukannya." ucap pangeran Chun-san.

"Apa iya? apa kamu bisa mengalahkan pria berotot itu?" tanya Lin-rang seolah mengejek.

Tiba-tiba pangeran Chun-san mendekatkan wajahnya ke wajah Lin-rang. "Bagaimana jika aku memenangkan lomba panahan ini juga lomba angkat besi itu?" tanya pangeran Chun-san.

ibu suri, Ming-na, pelayan Mei dan yang lain yang menatap kelakuan pangeran Chun-san, mereka seolah malu sendiri.

Lin-rang tersenyum ketika ditanyai oleh pangeran Chun-san seperti itu. "Jika kamu bisa mengalahkan pria berotot itu juga bisa memenangkan lomba panahan itu, aku akan menciummu." jawab Lin-rang.

Ibu suri terkejut begitu pula dengan yang lain, pangeran Chun-san yang mendengar jawaban Lin-rang seketika wajahnya bersemu merah. senyumnya tertarik begitu luar biasa.

"Apakah kamu yakin?" tanya pangeran Chun-san.

"Jika kamu bisa memenangkan 2 lomba itu, aku akan menciummu." jawab Lin-rang kembali.

pengawal Man yang sebagai sesama laki-laki wajahnya juga bertemu merah, dia seolah membayangkan kalau dirinya berada di posisi pangeran Chun-san.

Dengan penuh semangat pangeran Chun-san kemudian maju untuk mengambil busur dan anak panah, dia dan beberapa pangeran sudah bersiap. ketika sang pangeran mengangkat anak panahnya dan bersiap untuk memanah, dia menoleh menatap ke arah Lin-rang.

Sedangkan Lin-rang sendiri memberikan isyarat kedipan mata yang begitu menggoda. Kaisar Hei jin dan beberapa pria yang melihat itu mereka bukan hanya terpesona, seolah Mereka melihat sosok yang begitu berbeda. kaisar Hei jin nampak menelan air liurnya ketika melihat ekspresi wajah Lin-rang yang menggoda.

"Dia benar-benar sangat berbeda dari wanita bodoh yang dulu menjadi istriku." gumam kaisar Hei jin.

Begitu pula dengan kasim Wol-yun, jantungnya semakin berdebar, tubuhnya terasa panas dingin ketika melihat wajah Lin-rang.

Pangeran Chun-san langsung menarik busur hingga membuat anak panah itu melesat dengan begitu cepat, bahkan dua anak panah langsung dia lepaskan hingga membuat beberapa anak panah yang sudah menancap itu terbelah di tengahnya.

"Wow... pangeran Chun-san benar-benar sangat hebat." puji beberapa putri kerajaan rong.

"Pemenang panahan ini adalah pangeran Chun-san!" seru penasehat.

Pangeran Chun-san nampak tersenyum, Dia kemudian menatap Lin-rang dan Lin-rang membalasnya dengan memberikan kecupan dari jauh.

"Haduh.. aku sebagai wanita saja sudah panas dingin dengan kelakuanmu, Lin-rang, kamu dengan begitu vulgarnya seolah menggoda orang-orang yang ada di sini." ibu suri yang menegur Lin-rang.

*Bersambung*