NovelToon NovelToon
Jawara Dua Wajah

Jawara Dua Wajah

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Gangster / Idola sekolah
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aanirji R.

Bima Pratama bukan sekadar anak SMK biasa.
Di sekolah, namanya jadi legenda. Satu lawan banyak? Gaspol. Tawuran antar sekolah? Dia yang mimpin. Udah banyak sekolah di wilayahnya yang “jatuh” di tangannya. Semua orang kenal dia sebagai Jawara.

Tapi di rumah… dia bukan siapa-siapa. Buat orang tuanya, Bima cuma anak cowok yang masih suka disuruh ke warung, dan buat adiknya, Nayla, dia cuma kakak yang kadang ngeselin. Gak ada yang tahu sisi gelapnya di jalan.

Hidup Bima berjalan di dua dunia: keras dan penuh darah di luar, hangat dan penuh tawa di dalam rumah.
Sampai akhirnya, dua dunia itu mulai saling mendekat… dan rahasia yang selama ini ia simpan terancam terbongkar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aanirji R., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketegangan Pertandingan Eksekutif 1

Ketegangan yang sudah tinggi, makin membara saat sosok Ari Kobra akhirnya muncul.

Langkahnya pelan tapi penuh wibawa, tatapannya tajam menusuk seperti ular yang mengintai mangsanya. Begitu dia maju ke depan, aura dinginnya langsung bikin sebagian penonton merinding. Beberapa siswa SMK Nusantara yang tadinya teriak-teriak langsung menciut, wajah mereka pucat seketika.

“Anjir… itu Ari Kobra asli, Bro.”

“Gila auranya… gue jadi ga berani nyorakin lagi.”

Kerumunan jadi agak hening di beberapa sisi, tapi tidak dengan SMK Garuda. Doni yang berdiri di barisan depan tetap tegap, matanya justru menatap ke arah Dodi, bukan Ari Kobra.

Dia mendengus kecil. “Halah, jadi ini yang katanya ditakutin semua orang? Ga menarik. Gue lebih penasaran sama lu, Dod. Gue ga terima kalah kemarin. Gue harus benerin itu.”

Anak-anak SMK Garuda langsung nyorakin Doni, membuat suasana tambah panas.

“Woyyy Bima Sakti! Lu kira menang sekali udah hebat?! Besok-besok gue pastiin Dodi jatoh di tangan Doni!”

“Lu cuma beruntung doang kemarin, Dod! Jangan kebanyakan gaya!”

Sementara dari sisi lain, SMK Nusa Jaya makin lantang ngejek.

“Wkwkwk, lawan Kolombus aja udah pasti babak belur, apalagi kalo nanti tanding ulang lawan SMK Garuda!”

“Bima Sakti sekarang kayak macan ompong, pemimpinnya ga ada, tinggal nunggu digilas.”

Suasana bener-bener riuh, umpatan, sorakan, ejekan, semua campur aduk.

Andre dan Dimas makin keliatan tegang. Raka ngepalkan tangan, matanya mulai panas karena gerah sama omongan-omongan itu.

Tapi di tengah kekacauan itu, ada satu kelompok yang berbeda. Anak-anak SMK Cakrawala malah teriak dukungan.

“Gas Bima Sakti! Kami percaya kalian bisa!”

“Kalau bukan karena kalian, Cakrawala udah lama jadi bulan-bulanan sekolah kuat! Respect Bima Sakti!”

Sorakan dukungan itu jelas bikin Dodi dan gengnya sedikit lega, tapi tetap, jumlah ejekan jauh lebih besar.

Tiba-tiba, suasana makin ricuh. Beberapa anak SMK Rajawali maju ke depan sambil teriak-teriak, “Cepetlah mulai! Gue udah ga sabar liat Bima Sakti jatoh, anjir!”

“Dodiii! Gausah kabur ya ntar kalo lu kalah lawan Ari Kobra!”

Dodi maju setengah langkah, wajahnya tenang tapi jelas tertekan. Dia siap menahan semua ejekan itu. Namun, sebelum sempat menjawab…

Suara langkah pelan terdengar. Tok… tok… tok…

Dari arah belakang kerumunan, sosok yang sangat familiar muncul. Bima.

Dia berjalan dengan sedikit pincang, wajahnya datar tapi matanya tajam, auranya luar biasa kuat. Walau tubuhnya belum pulih sepenuhnya, aura itu seperti badai yang langsung menyapu seluruh lapangan.

Seisi lapangan mendadak terdiam.

Anak-anak SMK lain yang tadinya nyorakin, langsung bungkam. Bahkan mereka yang sebelumnya ngetawain, sekarang wajahnya berubah pucat.

Andre sampai ga sadar kalau dia berdiri kaku. Dimas membuka mulutnya tapi ga bisa ngeluarin suara. Raka mengedip pelan, shock berat. Dodi sendiri sampai membeku di tempatnya, matanya membesar.

Anak-anak SMK Garuda yang tadinya masih teriak lantang, langsung terdiam. Doni, yang biasanya ga gentar dengan siapa pun, kali ini bahkan ikut terdiam. Matanya terpaku pada Bima, bibirnya rapat tanpa kata.

Semua paham.

Bima, jawara SMK Bima Sakti, jawara tak terkalahkan, hadir.

Belum ada sejarahnya Bima kalah.

Satu-satunya orang yang pernah mampu membuatnya imbang hanyalah Bagas, pemimpin Garuda. Dan sekarang, dengan auranya yang menghantam semua arah, semua orang sadar: Bima bukan sekadar pemimpin. Dia legenda yang masih hidup.

Lapangan yang tadi riuh, mendadak jadi sunyi.

Hanya suara angin sore yang terdengar.

Bima berjalan perlahan menuju barisan gengnya. Setiap langkahnya kayak menekan lantai lapangan, bikin penonton yang berdiri di samping otomatis minggir. Begitu sampai di samping Dodi, aura mereka berdua langsung bikin pemandangan lain—seakan barisan SMK Bima Sakti punya dua pilar besar.

Dodi masih setengah ga percaya, matanya sempat melirik ke arah Bima, lalu berbisik.

“Ngapain lo dateng? Kan gue udah bilang lo istirahat dulu.”

Bima hanya nyengir tipis. “Tenang aja, gue dateng bukan buat ikut, gue cuma mau nyemangatin. Geng kita butuh lo, Dod. Tapi geng kita juga butuh gue di sini.”

Raka yang dari tadi udah tegang, langsung menghela napas lega. Kehadiran Bima kaya langsung ngasih tameng ke seluruh geng. Yang tadinya terpojok sama cemoohan, sekarang malah dapet suntikan semangat.

Penonton yang sebelumnya bersorak-sorak ngehina, pelan-pelan berubah nada. Mereka tetap ribut, tetap teriak, tapi ga ada lagi yang berani ngejelek-jelekin Bima Sakti. Atmosfer berubah total.

“Pertandingan pertama!” suara pengawas dari pihak Kolombus terdengar lantang.

Sosok Rio Baja maju duluan. Badannya gede, wajahnya penuh keyakinan, auranya brutal. Dia nyamperin tengah lapangan dengan gaya sok kuat, dada dibusung, tatapan ngeledek.

Dari barisan Bima Sakti, Raka langsung nyeletuk ke Andre yang mulai keringetan.

“Woy Ndre, jangan kaku gitu amat lah. Lo kira mau nonton konser dangdut apa? Itu depan lo bukan biduan, Bro!”

Andre cuma melotot kesal, tapi jelas makin tegang. Raka malah ngakak kecil, sengaja biar suasana ga terlalu mencekam.

“Udah lah Ndre, yang penting satu, jangan malu-maluin geng. Kalo kalah, minimal kalah ganteng.”

Andre ngedumel pelan tapi akhirnya maju juga, melangkah ke tengah lapangan. Nafasnya udah berat bahkan sebelum pertandingan dimulai. Tapi begitu berhadapan sama Rio, matanya berubah fokus.

“Mulai!”

Rio langsung tancap gas. Gaya barbar khas dia langsung kelihatan—pukulan bertubi-tubi tanpa peduli ada celah buat bertahan atau engga. Satu dua pukulannya sempat bikin Andre goyah, tapi Andre tetap nahan, otaknya muter cepat. Dia ngikutin gaya Dodi yang ngajarin, mengincar satu titik serangan.

Setiap kali dia nemu celah, Andre langsung balas dengan pukulan ke bagian yang sama di tubuh Rio. Sakit? Jelas. Tapi Rio tetep maju, ga peduli mukanya berdarah atau badannya udah mulai berat, dia tetap nyerang terus, barbar abis.

Waktu terus berjalan, setengah jam… empat puluh menit… udah lebih dari satu jam, keduanya masih berdiri. Penonton udah teriak ga karuan.

“Gila Ndre! Tahan Ndre!” teriak Raka, hampir mau ikutan lompat ke tengah.

Dimas juga mukanya pucat, tangan mengepal ga tenang.

Andre keliatan babak belur. Bibir pecah, mata hampir bengkak ketutup, tubuhnya gemetar. Sedangkan Rio? Lebih bersih, hampir ga ada luka serius. Cuma di satu titik tubuhnya, bagian yang sama yang terus diserang Andre, memar parah sampai keliatan merah kehitaman.

Detik-detik terakhir, keduanya ngeluarin sisa tenaga terakhir.

Rio ngeluarin pukulan besar ke arah muka Andre.

Andre juga balas, tapi sekali lagi ke titik yang sama yang udah dia incar dari awal.

Braakkk! Suara benturan keras terdengar.

Andre langsung jatuh ke tanah, susah payah mau bangkit tapi badannya udah ga bisa nurut. Nafasnya tersengal. Penonton sempat bersorak Rio menang. Tapi… cuma beberapa detik kemudian, Rio yang masih berdiri tiba-tiba matanya kosong, lalu badannya roboh, pingsan.

Lapangan langsung heboh.

“WOYYY! SERIUSAN?!”

“Anjir itu Rio Baja tumbang?!”

“Ga masuk akal, orang tadi dia dominan banget!”

Andre tergeletak tapi masih sadar tipis, sementara Rio udah bener-bener pingsan. Wasit ga punya pilihan lain—mengangkat tangan Andre sebagai pemenang.

1-0 untuk SMK Bima Sakti.

Penonton terkejut. Bahkan beberapa anak SMK Garuda yang tadinya ngeledek, sekarang diem dengan wajah kaku.

Dodi dan Raka langsung lari ke Andre, ngebopong dia dengan bangga.

“Good job, Ndre,” gumam Dodi pelan.

Andre cuma nyengir samar, bibirnya pecah tapi matanya jelas berbinar—dia berhasil.

Bima ngangguk kecil, wajahnya datar tapi matanya jelas bangga.

1
Amel
lnjuttt
Amel
Suka banget sama cerita aksi sekolah sekolah gini
Aanirji R.: siap kak😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!