NovelToon NovelToon
INGRID: Crisantemo Blu

INGRID: Crisantemo Blu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: I. D. R. Wardan

INGRID: Crisantemo Blu💙

Di balik nama Constanzo, Ingrid menyimpan luka dan rahasia yang bahkan dirinya tak sepenuhnya pahami. Dikhianati, dibenci, dan hampir dilenyapkan, ia datang ke jantung kegelapan-bukan untuk bertahan, tapi untuk menghancurkan. Namun, di dunia yang penuh bayangan, siapa yang benar-benar kawan, dan siapa yang hanya menunggu saat yang tepat untuk menusuk dari bayang-bayang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I. D. R. Wardan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Lo So, Blu

"Jangan mendekat! Menjauhlah dariku!" Ingrid berteriak pada kedua pria di depannya.

Ingrid menendang-nendangkan kakinya, berusaha membuat mereka menjauh. Tapi, mereka justru hanya terkekeh geli.

"Aku semakin menyukainya sat dia takut," kata salah seorang pria yang botak.

"Tidak usah buat waktu." Pria lainnya mendekat, menjambak rambut Ingrid, memaksanya untuk duduk.

Ingrid meringis merasakan perih dan sakit pada kulit kepalanya. "Dia memang sangat cantik, kita beruntung." Dia terbahak.

"Tolong, jangan lakukan ini padaku, kasihanilah aku," mohon Ingrid, air mata tak henti membanjiri wajahnya.

"Maaf, Sayangku. kami hanya menjalankan tugas," ujarnya sambil memperlihatkan wajah sedih yang dibuat-buat. Dia menarik rambut Ingrid semakin kuat.

"akhh... "

Pria botak melepaskan ikatan di kaki Ingrid. Ingrid menggunakan kesempatan itu. Dia menendang wajah pria itu sekuat tenaga, sampai pria itu terjungkal ke belakang. Lalu, kembali menendang tepat di kemaluan pria itu, pria itu mengaduh kesakitan sambil mengumpat keras.

Setelahnya, Ingrid menendang asal ke arah tulang kering pria yang menjambak rambutnya. Saat cengkraman pada rambutnya melemah sesaat, Ingrid bergegas berdiri dan berlari, dia mengambil pistol di saku pria botak, meskipun sedikit kesulitan akhirnya dia berhasil membawa pistol itu ke tangannya. Ingrid menodongkan pistol ke arah mereka, seraya terus mundur menuju pintu.

"Kau!" Pria yang tadi menjambak rambut Ingrid juga mengeluarkan pistolnya. Kedua orang itu pun saling menodongkan pistol ke satu sama lain.

"Heh, berlagak seakan dapat menggunakan benda itu?" Pria itu meremehkan.

"Kau menantangku?" Ingrid mencoba mengulur waktu.

Pria botak bangkit dengan wajah penuh amarah. Dia berjalan cepat menuju Ingrid. Ingrid mengarahkan moncong pistol ke arahnya.

"Mundur atau aku akan menembakmu!" ancam Ingrid.

Pria itu menuli, karena merasa ancaman yang besar, Ingrid akhirnya menarik pelatuk, suara nyaring tembakan terdengar memekakkan gendang telinga. Pria botak itu jatuh terkapar setelah peluru yang dilepaskan Ingrid tepat mengenai kepala pria itu.

Menyaksikan rekannya tumbang, pria yang satunya bersiap memuntahkan timah panas. Tetapi terhenti, karena menghindari peluru yang berkali-kali ditembakan Ingrid kesembarang arah.

Melihat peluang Ingrid meraih gagang pintu, beruntungnya dia karena pintu kayu tersebut tidak dikunci. Ingrid menekan gagang pintu, lalu menariknya–pintu terbuka. Ingrid keluar, tidak ada yang berjaga. Dia segera berlari ke ke kanan lorong, mengikuti intuisinya, semoga jalan yang dia ambil benar.

Ingrid terus berlari di atas lantai yang kotor dan berlumut, lorong yang dia lewati ternyata sangat panjang, sangat lama baginya untuk menemukan jalan keluar. Dia berhenti saat akhirnya mendapati tangga menuju ke atas. Yang menjadi masalah, Ada dua orang yang berjaga di ujung tangga.

Napas Ingrid tersengal, dia terjebak.

...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...

Di sisi lain, Frenzzio berhasil menerobos masuk. Suara gaduh dari adu peluru tadi menarik Lanzo untuk keluar. Dia datang bersama beberapa anak buahnya.

"Di mana dia?" tanya Frenzzio dengan gigi Bergemeletuk.

"Kau di sini untuk menyelamatkan dirinya? Putri dari orang yang menghancurkan keluarga kita?! Dia hanya gadis lemah yang tidak berguna! Kau bisa mendapatkan gadis lain yang kau mau, kecuali dia," cecar Lanzo.

"Kau telah membuat kesalahan besar, Paman." Frenzzio menekan kata paman. Matanya tak lepas, barang sedikitpun dari pria paruh baya itu.

"Kenapa? Kau ingin membunuhku? Satu-satunya keluargamu? Hanya karena jalang itu!"

Frenzzio terkekeh dengan suara rendah. "Kau pikir aku tidak tahu tentang segala perbuatan busukmu di belakangku?"

Raut wajah Lanzo mendadak kaku.

"Mengapa kau membisu, Paman? Kau pikir aku bodoh?" Frenzzio mengangkat pistolnya ke Lanzo. Para anak buah Lanzo serentak mengarahkan senjata mereka pada Frenzzio. Hen, dan lainnnya yang berada di pihak Frenzzio juga tidak tinggal diam saat tuan mereka dalam ancaman. Mereka turut mengangkat senjata mereka pada musuh.

Frenzzio perlahan mendekati Lanzo. "Aku membebaskan dirimu dari penjara bukan untuk menjadi pengkhianat. Kau menggelapkan uangku, mencoba melenyapkanku, dan banyak hal lagi yang dapat menjadi alasanku kenapa aku harus menyingkirkanmu."

Lanzo mengeluarkan pistolnya dan akan menembak keponakannya. Tapi sebelum itu, Frenzzio lebih dulu memelintir tangan Lanzo, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke lantai yang kotor, pistol di tangan Lanzo terlepas.

"Di mana dia?!" Frenzzio menekan kepala pamannya itu ke lantai. Lanzo tak mampu bergerak.

Lanzo tertawa. "Dahulu, Constanzo menghancurkan Lafonzo tepat di tempat ini, kini sebaliknya. Dan kau, keponakanku, akan ikut hancur bersamanya. Kau dan keluargamu memang pantas mati! Akulah yang seharusnya menjadi pemimpin keluarga Lafon—" Frenzzio menghadiahi timah panas tepat di kepala Lanzo. Seketika Lanzo terkapar tak bernyawa di tangan keponakannya sendiri. Darahnya menggenang membanjiri permukaan lantai.

Frenzzio menjauh dari mayat Lanzo.Dia berbalik, menatap para bawahan Lanzo, raut wajahnya begitu gelap. "Di mana dia?"

...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...

Ingrid bingung, nasibnya kini berada di tangannya sendiri. Dia dirasuki rasa, takut, panik, sedih, bingung, waspada, amarah, semuanya bercampur menjadi satu.

Suara pistol ditembakkan terdengar oleh Ingrid. Kepanikan semakin menguasainya. Kedua penjaga di ujung tangga tampak berlari ke sumber suara. Senyum kelegaan mengembang di bibir kering Ingrid. Baru saja dia ingin melangkahkan kakinya, pria tadi datang dan mencengkram tangan Ingrid. Dia memberikan tamparan, Ingrid jatuh terjerembab jatuh dengan keras, pistol terhempas jauh dari tangannya. Ingrid terbatuk-batuk karenanya, rahangnya mendapat nyeri yang luar biasa, panas menjalar di pipinya.

"Ke mana kau akan lari, hah?"

Ingrid berusaha bangkit dengan tangan yang bergetar hebat. Pria itu kembali menarik kasar rambut Ingrid, menyeretnya dengan paksa.

"Lepaskan aku, kumohon, tuan tolong biarkan aku pergi." Ingrid memohon dengan sangat.

"Kau ingin pergi? Baik." Pria itu berhenti menyeret Ingrid. "Tapi sebelum itu.... " Pria itu menghempaskan tubuh Ingrid ke dinding. Dia menggapai kerah kemeja putih Ingrid. Ingrid sontak menahannya dengan tangannya yang terikat sekuat tenaga, berusaha mempertahankan pakaiannya.

"Tidak, kumohon, jangan." Suara jeritan memohon dan tangisan Ingrid memenuhi lorong.

Pria itu tak peduli, dia tidak berhenti berusaha melucuti pakaian gadis malang itu.

'Frenzzio, di mana kau...?

Dua buah peluru melesat menembus kepala pria di depan Ingrid. Pria itu langsung jatuh tak bernyawa dengan mata terbelalak dan mulut menganga.

Tubuh Ingrid seketika melemas, tangannya yang bergetar hebat, jatuh. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya.

Frenzzio, Hen, serta beberapa orang, berlari cepat menghampiri Ingrid. Hen dan para pengawal menyingkirkan tubuh pria bejat itu. Frenzzio merendahkan diri, sejajar dengan Ingrid yang bertatapan kosong.

Frenzzio membuka tali yang melilit tangan Ingrid. Tak lama setelahnya, Ingrid mendapatkan kesadarannya kembali, Hal pertama yang menjadi fokus utamanya adalah mata Frenzzio. Ingrid bergeming tanpa meninggalkan kedua netra Frenzzio.

Frenzzio menatap sedih keadaan yang begitu kontras saat terakhir dia meninggalkannya.

"Ma—"

Ingrid memeluk erat tubuh Frenzzio, sangat erat, sampai dia hampir kehilangan keseimbangan. Ingrid menenggelamkan wajahnya di antara bahu dan leher Frenzzio.

Hen memberikan jasnya kepada Frenzzio untuk membalut tubuh Ingrid. Frenzzio menerimanya, menyelimuti Ingrid dengan lembut.

"Aku takut," lirih Ingrid.

"Aku tahu, Blu. Aku tahu," jawab Frenzzio dengan suara serak.

Frenzzio menyelipkan satu tangannya di pinggang Ingrid, dan satu lainnya di kedua kakinya, membawa Ingrid pergi dari sana.

...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...

1
pikacuw
Karya pertama? udah bagus dan rapih bgt loh buat cerita perdana, gaya bahasa mudah dimengerti juga, enak bacanya. Smangatss thorr/Determined/
I. D. R. Wardan: Terima kasih🥰💙
total 1 replies
Riska
thorrr aku sangat menantikan bab selanjutnya /Smile//Smile//Smile/
lopyu thorr
I. D. R. Wardan: Love you toooooo💙💙
total 1 replies
Emi Widyawati
ceritanya bagus, beda sama kebanyakan novel. good jobs thor.
I. D. R. Wardan: makasih ya🥹jadi makin semangat nulisnya🔥Love
total 1 replies
minato
Terhibur banget!
I. D. R. Wardan: makasih udah mampir, semoga gak bosan ya🥹💙
total 1 replies
Yuno
Keren banget thor, aku jadi ngerasa jadi bagian dari ceritanya.
I. D. R. Wardan: Makasih ya🥹
total 1 replies
Yoh Asakura
Menggugah perasaan
I. D. R. Wardan: Makasih ya🥹 author jadi makin semangat nulisnya 💙
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!