NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29_Tidak Ada Yang Bisa Menghentikanya

Semuanya benar-benar diluar kendali Ramon. Perkataan Kavin masih saja terngiang di telinganya membuat perdebatan hebat antara hati dan logikanya " Kenapa harus sekarang?" Jemarinya menyisir rambutnya kasar. Dilema, dia dilema akan perasaannya sendiri. Bertahan atau melepaskan? Antara memulai dan mengakhiri.

" Ramon," suara lembut itu mempu membuatnya menoleh. Zahra, wanita yang dulu sempat mencuri dan mengisi hatinya kini tengah berdiri diambang pintu dengan gadis kecil di gendongannya. Gadis itu terlelap, memejamkan matanya dan memamerkan bulu matanya yang lentik. Ramon bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Zahra.

Pandangan mereka bertemu membuat hati Ramon kembali dilema. Apakah perasaan itu masih ada? Apakah perasaan itu masih sama? Dan Ramon tidak bisa mengartikan rasa yang saat ini dia rasakan " Ada apa heum?" Ramon mengambil alih Putri dari Zahra lalu berjalan keluar dari ruangan itu menuju kamar putri.

" Kavin...," Langkah Zahra ikut berhenti saat Ramon lebih dulu berhenti " Semua keputusan ada di tanganmu Ra, dari dulu aku memberikanmu kebebasan untuk kembali padanya tapi kamu sendiri yang bertahan disini."

" Karena Kavin menolak Putri. Aku tidak bisa hidup dengan pria yang tidak mau menerima anakku," ucap Zahra membela. Ramon mengesah pelan, membaringkan Putri terlebih dulu sebelum dia kembali melanjutkan obrolannya.

" Kita salah Ra," Ujar Ramon " Bukan kamu saja yang terluka tapi Kavin, dia yang menjadi korban utama. Semuanya memang salahku, akulah akar dari hancurnya rumah tangga kalian."

" Semuanya sudah terjadi. Dan Kavin bukan lagi Kavin yang dulu, semuanya sudah berbeda begitupun dengan perasaannya."

" Ramon," Zahra memanggilnya pelan " tidak bisa kah kamu menikahi ku? Kita sudah hidup bersama selama lima tahun, apakah perasaan itu sudah hilang?" Perkataan yang terlontar dari mulut Zahra membuat sesuatu di dada Ramon terasa sakit. Bayangan akan wajah Aya melintas di benaknya.

" Dan pada akhirnya semua orang membuangku," Mata Zahra berkaca membendung cairan asin di kelopak matanya " Seharusnya sejak awal aku sadar, aku dan Putri bukan lagi menjadi Prioritasmu. Kami hanya benalu dikeluarga ini."

" Zahra," Ramon menghampirinya, menangkup wajahnya lalu menghapus air matanya " Maaf. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melukaimu. Kamu dan Putri tetap menjadi bagian dari keluarga ini. Meskipun kamu dan Kavin resmi bercerai kamu dan Putri tetap berhak tinggal di mansion ini."

" Tapi Ramon bukan itu yang aku inginkan." Lirihnya pelan.

Isakan kecil lolos begitu saja dari mulutnya. Untuk pertama kalinya seorang Raya meneteskan air matanya saat mendapati Azka masih hidup " Ini bener kak Azka kan? Raya lagi nggak mimpikan?" Tangannya menggenggam erat tangan Azka, tidak mau meleskan barang sedikitpun. Takut jika dia melepaskannya Azka akan menghilang dari hadapannya.

" Iya ini Kakak. Maaf sudah membuatmu dan Aya menderita." Raya menggelengkan kepala, tangannya segera menarik bahu Azka dan memeluknya " Meskipun aku terlahir dari rasa sakit Kanaya, tapi aku benar-benar sayang sama kak Azka. Hanya kak Azka yang bisa mengerti keadaan kami, hanya kak Azka keluarga yang kami punya dan hanya kak Azka yang bisa membalaskan dendam keluarga kita."

" Kamu masih mengingatnya?"

" Tentu. Bukankah ini tujuan kita sebelumnya? Aya mengizinkanku untuk mengambil alih tubuhnya. Dan ini saatnya aku membalaskan Rasa sakitnya bukan?"

" Tapi Aya tengah hamil. Aku tidak ingin membahayakan kalian bertiga," Raya terdiam. Matanya menatap pada perutnya yang masih datar " Aku bisa menjaganya. Anak Aya berarti anakku juga. Kami memang memiliki dua jiwa tapi raga kami sama. Kak sudah cukup kita hidup menderita, ini waktu yang tepat untuk melancarkan aksi balas dendam kita."

" Yang diucapkan Raya itu benar Azka. Sudah cukup Aya hidup menderita selama ini. Mari kita beri pelajaran pada mereka." Beberapa orang ikut bergabung bersama Raya dan Azka. Mata Raya berbinar saat melihatnya lalu menyerukan nama mereka.

" Ka Mian, Vallen, kak Darren. Kalian disini?" Tanya Raya.

Ya Damian. Pria itu ikut bergabung bersama mereka. Dia ikut andil dalam rencana balas dendam yang sudah Azka susun rapi. Begitupun dengan Vallen, Aya memang tidak tahu jika Vallen adalah suruhan kakaknya tapi berbeda dengan Raya dia tahu semua akan kebenarannya.

Sempat tidak percaya saat mendapati kabar jika kakaknya meninggal, Raya benar-benar dibuat ikut terkejut karena Vallen dan Mian tidak memberitahunya jika kakaknya itu masih hidup. Seolah olah kematian itu benar nyata, Raya dibuat tidak memiliki harapan saat Mian sendiri menunjukkan makam Azka.

" Kalian menipuku huh!" Inilah sisi lain dari Aya yang dimiliki oleh Raya. Wanita itu sangat cepat mengubah suasana hatinya. Jika tadi tengah menangis haru, maka saat ini dia tengah meluapkan amarah dan kekesalannya.

" Bukan menipu, hanya saja ingin terlihat lebih sempurna!" Pungkas Darren berbicara.

Raya memutar bola matanya jengah, kakinya menyentuh marmer yang dingin lalu menghampiri Vallen yang masih memamerkan senyum manisnya " Apa Rai mencariku?" Vallen mengurai pelukan itu lalu mengangguk pelan " Dia sangat frustasi karena kembali kehilanganmu!"

" Apa perlu aku mengirim pesan untuknya? Aku tidak ingin membuatnya frustasi," Raya memasang wajahnya melas, meminta persetujuan pada Kakaknya Azka.

" Lalu bagaimana jika Ramon mengetahuinya?"

" Aku tidak peduli dengannya, yang aku mau mengirim pesan pada Rai agar dia tidak mencemaskanku!" Raya berlari kearah kamarnya, mencari benda pipih berbentuk persegi. Senyumnya terlihat manis saat mendapati sebuah panggilan berupa video call dari orang yang dirindukannya. Rai, pria itulah yang menelponnya.

Melihat antusias Raya yang terlihat bahagia saat mendengar suara Rai, semua orang tersenyum ikut merasakannya. Tapi senyuman itu segera memudar saat Mian membuka suara " Apa kau yakin Raya bisa melakukannya?" Semua orang menoleh kearahnya. Semuanya terdiam, berkecamuk dengan pikirannya masing-masing.

" Kita tidak bisa berhenti di tengah jalan. Kita hampir sampai pada tujuan kita, mau tidak mau Raya harus melakukannya!" Semuanya kembali terdiam saat Azka bersuara. Matanya kembali menoleh kearah Raya yang kini berada tak jauh dari tempatnya berada yang masih melakukan video call bersama Rai.

" Tapi, apa dia bisa melakukannya? Diapun tengah hamil Ka, aku yakin nalurinya yang akan menjadi seorang ibu tidak mungkin bisa memisahkan antara anak dengan orang tuanya. Terutama Putri, gadis kecil itu sangat berarti bagi Ramon!" Perkataan Mian membuat Azka Mengesah pelan. Dia kembali melirik pada adiknya yang masih asik mengobrol melalui telepon. Di tatapnya lekat sang adik lalu tatapannya turun pada perut Raya yang masih rata.

" Sudah cukup kemurahan hatiku selama ini untuk membiarkan mereka hidup bahagia," Azka mengetatkan rahang lalu ekspresi matanya berubah menjadi lebih dingin dan tajam " Dan sekarang waktunya sudah tiba. Aku sudah berjanji akan menghancurkan mereka!"

" Tapi Azka," Mian menghirup udara kasar lalu menatap lawan bicaranya " Apa kau yakin ini semua benar? Dendammu kepada para pria tua itu, bukan Ramon dan Zahra."

" Cih. Kau pikir mereka berdua tidak terlibat huh? Selagi darah para pria bajingan itu mengalir di tubuh mereka, maka mereka pun menjadi musuhku Damian."

Darren dan Vallen hanya bisa duduk membatu dan menyaksikan perselisihan antara Mian dan Azka. Mereka tau permasalahan yang mereka bahas tapi mereka lebih memilih diam dan tidak ingin memperkeruh keadaan " Aku rasa rencana kita salah Azka. Tidak seharusnya kita melibatkan Raya ataupun Aya dalam rencana kita. Aku tidak bisa melihat Aya menderita karena balas dendam kita."

" Mian dengarkan aku," Azka menarik kerah baju Mian sehingga pria itu harus menengadah karena ulah Azka " Kau tidak tahu baik seperti apa penderitaan yang Aya alami, kau tidak tahu seberapa dalam luka Aya saat orang tua kami pergi untuk selamanya dan kau tidak tahu apa yang aku rasakan saat Aya melukai dirinya sendiri. Kami kehilangan orang tua kami dari kecil. Maka dari itu aku akan menunjukkan pada pria tua bajingan itu seberapa menderitanya saat kehilangan buah hati mereka. Ramon dan Zahra akan mati di tanganku dan Putri akan merasakan apa yang kami rasakan dulu!"

" Dia masih kecil Ka, dia tidak tahu apa-apa!"

" Lalu bagaimna dengan Aya Mian? Apa kau pikir Aya baik-baik saja saat itu? Tidak! Raga dan jiwanya hancur karena kepergian orang tua kami. Dan kali ini aku akan membalaskan semua dendam akan penderitaan adikku. Dan akan ku pastikan para pria bajingan itu hancur karena melihat nasib buruk cucunya yang kehilangan orang tuanya."

" Demi apapun aku akan membalaskan kematian orang tuaku Mian. Jika kau berubah pikiran dan berusaha menghalangiku, maka ku anggap kau berpihak pada Ramon!" Azka melepaskan cengkraman itu dengan sedikit menggunakan tenaga, membuat Mian membentur sandaran sofa. Azka tetap pada pendiriannya. Balas dendamnya menjadi nomor satu untuk saat ini. Dan semua ini dia lakukan untuk membalaskan rasa sakit yang dialami oleh adiknya Kanaya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!