3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak boleh bertemu
"Aku hanya pergi jalan-jalan karna merasa bosan terlalu lama menunggumu." balas Yusuf dengan nada datarnya.
Tak ada raut penyesalan atau rasa bersalah sedikitpun karna telah meninggalkan sang istri sendirian.
"Yusuf! Aku sudah menunggumu selama lima tahun dan aku tidak pernah merasa bosan. Kenapa menunggu aku selama lima menit saja kau tidak bisa melakukannya?" pekik Syifa dengan suara bergetar, netranya sudah berkabut karna air mata.
Syifa hanya pamit pada Yusuf untuk naik satu wahana permaian saja yang ada di taman bermain tersebut, tapi begitu selesai Yusuf sudah tidak ada di tempatnya. Tentu saja hal itu membuat Syifa murka.
"Jangan mulai Syifa! Bukankah kau sudah tahu apa tujuan kita datang ke negara ini. Salahmu sendiri kenapa memaksa aku menemanimu ke taman hiburan!" nada bicara Yusuf berubah jadi lebih tinggi dari sebelumnya.
Syifa tertegun karna bukannya meminta maaf, Yusuf malah berubah jadi lebih galak darinya.
"Iya aku tahu, jangan marah. Bukankah jadwal konsultasi dengan dokter Alden diundur jadi 2 hari lagi. Jadi selagi ada waktu aku hanya ingin kita menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Apa aku salah?" lirih Syifa dengan nada sendunya. Namun tak membuat Yusuf luluh sedikitpun.
"Sudahlah, jangan diperpanjang lagi! Katakan kau ada dimana sekarang? Aku akan menyusul ke tempatmu." balas Yusuf.
"Aku masih ada di tempat terakhir kali kau meninggalkan aku." beritahu Syifa.
Setelah itu panggilan telepon terputus.
"Dasar pria brengsek! Tidak punya perasaan! Kalau bukan demi hidup mewah dan menjadi istri seorang presdir! Mana mau aku bertahan dengan pria dingin, kaku dan tidak berguna sepertimu!" umpat Syifa setelah panggilan telepon terputus.
Setelah Yusuf dan Hazel berpisah, Syifa memang berhasil menikah dengan Yusuf. Namun bukannya menjadi wanita paling bahagia setelah menikah dengan pria yang dicintainya, Syifa malah menjadi wanita paling kesepian di dunia ini karna Yusuf memperlakukan Syifa lebih buruk daripada ketika Yusuf memperlakukan Hazel.
Bahkan setelah bertahun-tahun mereka menikah, tak pernah sekalipun Syifa mendapatkan nafkah batinnya sebagai seorang istri.
"Jangan-jangan benar kata rumor yang bereder kalau Yusuf itu pria impoten, karna itulah Hazel meninggalkan Yusuf! Argh sungguh sial nasibku ini!" Syifa menghentak-hentakan kakinya di atas tanah karna merasa kesal.
***
***
"Sudah jam berapa ini? Kenapa mereka belum pulang juga?"
Hazel berjalan mondar-mandir di teras depan rumah dengan wajah gusarnya.
Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 21.00 malam, tapi putri kecilnya itu tak kunjung pulang ke rumah.
"Mommy..." suara teriakan Tiffany membuat senyum di wajah cantik Hazel kembali merekah. Wanita cantik itu membungkukan badannya untuk menyambut pelukan sang putri.
"Sayang, kenapa pulangnya larut sekali. Mommykan sudah berpesan untuk pulang sebelum gelap." ucap Hazel seraya mengelus rambut panjang Tiffany dengan penuh kasih sayang.
"Maaf kak, tadi itu seru sekali jadi kami lupa waktu." Nino menjawab mewakili Tiffany yang terlihat menyesal karna telah membuat sang mommy khawatir.
"Bukannya sudah aku bilang kalau Tiffany sedang kurang enak badan, kenapa kau tetap membawanya pergi?!" tanya Hazel dengan sorot matanya yang tidak bersahabat.
Melihat ekspresi di wajah Hazel, Aska dan Bima yang sedang berjalan ke arah mereka jadi mengurungkan niatnya mendekat. Mereka memutuskan untuk langsung pulang saja ke rumah masing-masing dan membiarkan Nino menjadi sasaran kemarahan Hazel.
"Maaf kak, aku tidak tega menolak keinginan Tiffany, karna dia sudah seperti putriku sendiri." balas Nino tanpa berani menatap ke arah Hazel lagi.
"Ya sudah kali ini aku maafkan, tapi tidak dengan lain kali!" balas Hazel dengan nada bicara yang masih terdengar ketus.
"Sekarang sudah larut, sana pulanglah bukannya besok kau harus bekerja." nada bicara Hazel berubah jadi sedikit lembut.
"Baiklah kak, terima kasih kak." Nino tersenyum lega karna kemarahan Hazel kali ini berlangsung cukup singkat, tidak seperti biasanya.
Nino membungkukan badannya agar bisa memeluk Tiffany sebelum berpamitan.
"Tiffany, Ingat jangan lupa membujuk mommy agar mau menikah dengan papa." pesan Nino tepat di telinga Tiffany. Suara Nino sangat pelan jadi hanya mereka berdua saja yang bisa mendengarnya.
"Ok." Tiffany menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Bahkan Tiffany membuat gerakan tos bersama papa Nino, membuat Hazel hanya bisa mengerutkan dahinya saja.
"Papa pulang dulu ya, by Tiffany." Nino melambaikan tangannya ke arah gadis kecil itu.
"By papa Nino." Tiffany melambaikan tangannya ke arah Nino yang berjalan semakin menjauh, hingga menghilang di balik pintu gerbang rumah mereka.
"Sayang, ayo cepat masuk. Kita harus segera bersiap karna besok pagi kita akan pergi dari negara ini." ucapan Hazel mengalihkan atensi Tiffany dari papa Ninonya.
"Kita mau pergi kemana mom?" tanya Tiffany dengan dahi yang mengkerut.
"Kita akan pergi liburan ke tempat kakek." balas Hazel yang di sambut sorak gembira oleh Tiffany.
"Aku harus segera membawa Tiffany pergi dari kota ini, pokoknya mas Yusuf dan Tiffany tidak boleh bertemu!" gumam Hazel dalam hatinya.
Saat dalam perjalanan pulang tadi, Hazel tidak sengaja melihat Yusuf ada di negara ini juga. Hazel merasa tidak tenang membiarkan Tiffany berada di kota yang sama dengan Yusuf. Takut pria itu tiba-tiba merebut hak asuh Tiffany darinya.
Apalagi setelah Hazel tahu pernikahan Yusuf dan Syifa belum juga dikarunia momongan setelah bertahun-tahun pria itu menikah dengan Syifa.
Bersambung.