Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29_Keberhasilan Rencana Mereka
Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir, Meli dan Hana kedua gadis itu terus menggoda Raya sehingga si pemilik rambut hitam itu merasakan hawa panas di pipinya. Merona. Pipi Raya merona bak kepiting rebus, hatinya terus memaki dan mendumel meneriaki kedua sahabatnya itu.
Bagaimana bisa Meli dan Hana memberitahu Ian dan Mike mengenai dirinya yang terus menangis karena rindu akan sosok pria yang kini sedang menatapnya - Shaka. Demi apapun Raya tidak akan memaafkan mereka.
" Udah dong jangan ketawain aku mulu. Malu tau!" Raya memalingkan wajahnya. Menarik nafas dalam-dalam berusaha menetralkan suhu tubuhnya yang kembali memanas.
" Yaelah Ray, biasa aja kali ngapain harus malu? Toh sama sama Single kenapa nggak jadian aja sih?" Raya menolehkan kepalanya kesamping melihat Mike yang menyandarkan tubuh pada motornya pria itu menaik turunkan Alis menggodanya.
" Apaan sih Mike. Jadian jadian. Jadian apaan. Orang aku cuma kangen doang kok. Gak lebih." Tegas Raya.
" Awalnya Rindu, ta--- Iya iya becanda Ray becanda. Jangan di masukin hati napa, baperan banget sih. Udah Ray udah sakit nih!" Meli dan Hana terbahak melihat Ian yang meminta perlindungan Shaka dari pukulan Raya. Gadis itu terlihat geram dengan perkataan mereka yang terus menggodanya.
" Ya Tuhan kenapa nasib hamba seperti ini? Apa salah Ian berkata seperti itu? Ian kan cuma bercanda, mereka juga menggoda Raya, tapi kenapa cuma Ian yang di timpukin?!" Doa Ian sembari mendongakkan kepalanya keatas.
" Udah Ray kasihan Ian. Udah mah kurus tar makin kurus lagi kalau terus terusan kamu pukul!" Raya terlihat mendengus saat Mike dan Hana memisahkan mereka. Matanya melirik pada Shaka yang sedari tadi terus menyaksikan pertengkaran mereka.
Apa pria itu besar kepala? Karena Aku merindukannya?! Tanya Raya dalam hatinya
Tapikan dia juga merindukanku! Bahkan dia sendiri yang mengatakannya saat menelpon ku malam itu! Lanjutnya lagi.
" Udah puas godain Rayanya?!" Akhirnya pria itu bersuara " Pulang gih, sebelum nih bogeman melayang di muka kalian!" Ian dan Mike bergidik ngeri, keduanya mendengar alarm tanda bahaya berbunyi nyaring dan mereka dengan cepat menaiki Motor masing masing.
" Jahat!"
" Aku?" Tunjuk Shaka pada dirinya sendiri. Teman temannya sudah melesat jauh meninggalkan merea berdua.
Raya mengangguk " Iya siapa lagi kalau bukan kamu. Kamu jahat banget sih, bukannya bantuin aku kek belain Aku kek lah ini? Diem aja kaya patung pancoran!"
" walaupun aku kaya patung pancoran tapi kamu tetep rindu sama aku kan?" Raya mencubit tangan Shaka saat pria itu mengerlingkan mata menggoda Raya.
" Ihh apaan sih. Genit banget tuh matanya, minta di sekolahin? Kamu juga, awas aja tar aku kasih tau mereka kalau kamu juga bilang rindu sama Aku!"
" Yah telat Ay, merekanya udah pulang!"
" Ihhh Kan aku bilang Nanti. Nanti berarti bisa besok atau lusa. Kamu tuh yah tadi aja diem kaya patung nah sekarang, udah kaya emak emak komplek. Au ah pusing Aku!" Shaka menyisir rambutnya kebelakang, sudut bibirnya tertarik ke arah berlawanan saat melihat Raya merajuk dan sekarang gadis itu memunggunginya.
" Tanpa kamu kasih tau pun mereka udah tau Ray kalau aku juga kangen sama kamu!" Raya mengedipkan matanya polos tidak mengerti dengan perkataan pria yang sedang meremas lembut kedua bahunya " Dari mataku, mereka sudah dapat melihatnya, setiap waktu, setiap menit aku merindukanmu. Disini!" Shaka menarik salah satu tangannya membawanya dan menaruhnya tepat di dada kirinya " Selalu terukir namamu dan sampai kapanpun akan seperti itu!"
Raya menarik paksa tangannya yang berada di dada Shaka. Gadis itu meremas kuat tangannya menunduk sesaat lalu menatap Shaka kembali " Inget umur kamu bukan ABG lagi, udah deh jangan ngegombal kaya gitu nggak bakal mempan sama Aku mah!"
" Siapa yang ngegombal? Ini serius Ay!" Raya mencondongkan tubuhnya kebelakang saat Shaka memajukan wajahnya pada Raya. Raya menelan salivanya kasar. Demi apa kenapa Shaka semakin mengikis jarak antara keduanya? Mau apa dia?
" Ehemmm!" Raya menoleh, karena posisi tubuhnya yang tak seimbang gadis itu kesandung kakinya sendiri saat ingin membetulkan posisinya.
" Kamu nggak apa apa?" Raya membuka matanya yang terpejam. Gadis itu cengengesan menarik diri dari pelukan Rey yang sudah menolongnya. Shaka, pria itu terlambat karena Rey lebih cepat menangkap tubuhnya.
" Ka Rey, kok bisa ada di dini?" Raya menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu melirik bergantian pada Shaka dan sang kakak.
" Semua pekerjaan udah beres mangkanya kakak kesini buat jemput kamu," Jawab Rey sambil melirik Shaka " Kenapa? Gak suka kakak jemput? Kan udah sering, kenapa mukanya kayak aneh gitu?"
" Nggak, bukan gitu!"
" Yaudah ayo pulang. Meli sama Hana juga udah pulangkan? Tadi kakak liat mereka pas mau masuk gerbang kampus kata mereka kamu ada di parkiran yaudah kakak kesini, Ayo!"
Raya menahan tangan kakaknya yang mencekal tangannya " Kak,"
Rey menoleh lalu kembali memutar tumitnya menghadap Shaka yang masih betah berdiam diri " Kamu Shaka kan? Saya Rey kakaknya Raya!"
Raya memilin ujung bajunya. Shaka-- pria itu masih betah pada ke terdiamannya. Tangan kakaknya yang terulur di abaikan oleh Shaka begitu saja. Rey melirik sekilas pada Raya gadis itu menunduk tak berani membalas tatapan kakaknya.
Dasar Shaka! Dumelnya dalam hati.
" Saya Shaka kak," Di saat Rey menarik uluran tangannya Shaka membalas Uluran tangan itu
Rey tersenyum simpul " Makasih udah mau jadi teman Raya, kami pulang duluan."
" Ka Aku pulang yah. Kamu hati hati!" Ucap Raya membuat sang kakak memalingkan wajahnya.
Shaka mengangguk " Iya. Kamu juga hati hati ya!" Raya mengangguk dan tersenyum saat tangan Shaka mengacak gemas rambutnya " Kak Rey," Rey menoleh " Kakak nggak perlu cemas Raya aman sama saja, saya akan menjaga dan melindunginya seperti yang kakak lakukan pada Raya selama ini. Saya tidak ada niat jahat sama Raya, Saya tulus ingin menjaganya. Jadi apa bisa kakak menyuruh orang suruhan kakak agar tidak mengikuti dan memata matai saya lagi?"
" Kak,"
" Itu sudah berlalu Cia. Kakak sudah menarik mereka agar berhenti memata matainya. Buktinya sekarang kakak sudah mengijinkan kamu buat berteman dengannya. Sudah bereskan? Semuanya sudah baik baik saja!" Tangan kiri Rey yang berada dalam saku mengepal kuat. Tidak percaya jika Shaka akan mengatakan itu di depan adiknya. Apa pria itu benar benar ingin merebut adiknya darinya? Apa pria itu ingin merusak hubungannya dengan Raya?
" Kak Rey nggak bohongkan?"
" Tidak apa Ray. Ka Rey sudah mengatakannya pasti dia juga akan menepati janjinya. Aku sih nggak masalah tapi percuma memata mataiku, toh aku memang nggak ada niatan buruk sama kamu!" Raya membuang muka. Tidak percaya dengan tindakan kakaknya. Bagi Raya kali ini kakaknya sangat keterlaluan kenapa meski menyuruh orang untuk memata matai Shaka?
" Yaudah Aku pulang duluan ya. Assalamualaikum!"
" Waalaikumsalam!" Selepas Shaka meninggalkan Area parkiran Raya pun segera melangkahkan kakinya meninggalkan sang kakak yang masih menatap kepergian Shaka yang sudah tak terlihat lagi.
" Dasar brengsek. Beraninya dia menjatuhkan ku di depan Cia. Lihat saja nanti!" Rey menyusul sang adik yang sudah masuk kedalam mobil. Gadis itu duduk di kursi penumpang, membiarkan sang kakak duduk seorang diri di kursi depan. Rey mengesah sudah pasti Adiknya marah dan siap-siap saja Ayahnya kembali memarahinya.
" Bagaimana seru bukan?" Pria itu menenggak minumannya sudut bibirnya tertarik mengukir senyuman yang sangat sinis
" Hem lumayan untuk permulaan!" Jawab Pria lawan bicaranya. Keduanya sedang duduk di sebuah Cafe yang tak jauh dari Kampus tempat Raya menempuh pendidikannya, kedua pria itu tersenyum senang karena sedikit demi sedikit rencananya berhasil.
" Gue udah menciptakan Api di antara mereka berdua. Dan sekarang saatnya giliran lo menyiramkan minyak agar Api itu semakin berkobar!"
" Lo tenang aja itu sudah menjadi tugas gue. Kita lihat saja nanti Lo pasti akan menyukainya!"
" Gue harap begitu, ingat gue nggak mau rencana kita gagal jika itu sampai terjadi," Pria berponi itu mendelik tajam pada Pria yang sedang menyesap kopinya " gue nggak akan ngelepasin lo begitu saja."
" Mengancam heum? Siapa Lo huh berani mengancam gue? Seperti kesepakatan awal kita lakukan tugas kita masing masing! Dan ingat jangan sampai lo menyentuhnya jika itu terjadi, kali ini gue yang nggak akan membiarkan lo hidup dengan tenang!"
" Wah sekarang lo yang mengancam gue heum? Baiklah baiklah kita lakukan seperti rencana awal. Sudah cukup main mainnya saatnya kita akhiri permainan ini, gue udah nggak sabar pengen liat dia hidup menderita!"
" Tentu. Dan sebentar lagi lo akan melihatnya. Bersabarlah kemenangan ada di tangan kita!" Kedua pria itu tersenyum puas. Menikmati moment bersama dengan keberhasilan rencana mereka.