Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.24 Kelebihan dan kekurangan
"Izinkan mas mengobati luka hatimu, Nggi. Dan izinkan mas membuka celah agar mas bisa masuk ke dalam hati kamu! Karena mas nggak mungkin bisa masuk kalau kamu nggak kasi izin. Mas tau, luka yang kamu alami beberapa waktu lalu belum bisa kamu lupakan dan bahkan mungkin masih terasa basah dan menganga, tapi mas akan tetap berusaha untuk menyembuhkannya. Karena itu, please izinkan mas membuka celah di hatimu agar mas bisa masuk dan mengobatinya." mohon Diwangga tulus
Sejenak Anggi terdiam . Pikirannya sibuk berlarian kesana kemari, memikirkan harus mengatakan apa sembari menimbang perasaannya sebenarnya.
Ditatapnya Diwangga yang masih setia menunggu tanggapan atas pernyataannya. Dari sorot matanya, dapat Anggi lihat ketulusan dan harapan besar. Namun ia tak mungkin serta merta memberikan lampu hijau pada Diwangga. Ia sadar diri, bahkan terlalu sadar siapalah dirinya. Rasa rendah diri lebih dominan dari pada keyakinan akan perasaannya. Lagi pula ia belum sanggup membuka hatinya untuk sosok baru. Walaupun ia tahu, Diwangga pria yang baik, tapi baik saja belum jaminan akan kebahagiaan masa depannya kelak. Adam dulu juga baik, tapi seiring waktu ia justru berubah, bukan tidak mungkin kelak Diwangga akan seperti itu juga. Apalagi ini bukan hanya melibatkan dirinya saja, tapi juga anak-anaknya. Ia takut bila gagal lagi akan meninggalkan bekas di psikis anak-anaknya. Ia tak boleh gegabah, ya tidak boleh.
"Mas Angga, sebelumnya Anggi mengucapkan terima kasih yang amat sangat akan niat baik mas Angga yang ingin mengobati luka hati Anggi. Seperti yang mas Angga bilang memang luka hatiku masih terasa sangat basah dan menganga. Bahkan tanpa ada yang tau, Anggi sering mengalami mimpi buruk hampir setiap malam. Karena itu, maaf Anggi belum bisa memberikan izin itu sebab Anggi takut memberi harapan palsu ke mas. Belum lagi, Anggi sadar diri mas, Anggi hanya seorang janda miskin anak tiga yang tak jelas asal-usulnya. Tidak sebanding dengan mas Angga yang terlahir dari keluarga berada, berpendidikan, dan masih single juga. Anggi yakin ,masih banyak perempuan yang lebih baik dari Anggi yang pantas bersanding dengan mas Angga. Anggi juga takut kedekatan mas Angga dengan Anggi akan menimbulkan gunjingan dan mempermalukan mas Angga dan keluarga kedepannya. " lirih Anggi.
Diwangga tertegun mendengar penuturan Anggi. Ia menyadari betapa besar luka yang telah ditorehkan mantan suaminya itu sehingga membuat Anggi jadi rendah diri seperti itu. Tapi ia takkan menyerah. Ia takkan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang telah semesta berikan padanya. Bukan sebentar ia menantikan kehadiran Anggi kembali. Bahkan ia rela menutup diri dari setiap perempuan yang mendekatinya hanya karena wanita yang ada di hadapannya itu. Gadis manis yang pernah ditemuinya bertahun silam. Gadis pertama yang mencuri hatinya sampai habis tak bersisa. Walaupun kini ia bukan lagi seorang gadis, tapi Diwangga tak mengapa. Mencintai artinya harus menerima setiap kelebihan maupun kekurangan dan menjadikan kekurangan sebagai kelebihan. Bukankah kekurangan Anggi merupakan kelebihan yang patut ia syukuri. Berkat kekurangan itulah akhirnya mereka dapat berjumpa lagi. Berkat kekurangan itu juga kelak ia takkan kesepian karena ia akan mendapatkan 3 anak yang super lucu, baik, manis, cantik, dan tampan. Ya, Diwangga akan terus berjuang. Walaupun ia belum diberikan izin, tapi seiring berlalunya waktu, ia yakin ia bisa memiliki hati itu sepenuhnya. Semoga takdir mengizinkan ia dan Anggi berjodoh, batin Diwangga bermonolog.
"Kamu jangan merendah seperti itu, Nggi. Aku memang terlahir dari keluarga berada, berpendidikan, dan masih single padahal usia mas udah hampir kepala 4." Diwangga terkekeh sendiri saat menyadari usianya yang sudah masuk kepala 4. " Tapi kala mas maunya cuma kamu gimana? Artinya mas juga harus siap melajang seumur hidup sebab dari bertahun-tahun yang lalu yang mas tunggu cuma kamu. " ucapnya ambigu.
Anggi masih belum mampu mencerna maksud dari ucapan Diwangga yang mengatakan ia sudah menunggunya sejak bertahun-tahun yang lalu . Ia coba abaikan dulu ucapan itu karena masih sibuk mendengarkan kata tiap kata yang dilontarkan oleh Diwangga.
"Tapi kalau memang kamu belum bersedia memberikan izin mas membuka sedikit celah di hatimu, tak apa. Mas akan tunggu. Tapi izinkan mas selalu ada di sekitar kamu dan izinkan mas membantu kamu mengobati luka hatimu itu. Mas masih boleh kan menemui kalian di sini?" ucapnya dengan sorot mata tajam ,menghujam tepat di relung hati Anggi.
Anggi mengangguk." Silahkan mas. Mas boleh menemui kami, Anggi nggak akan melarang." jawabnya dengan tersenyum manis.
Diwangga pun tersenyum lebar. 'Sabar, kesempatan itu masih ada. Semoga dimudahkan hajatnya agar Anggi kelak mau menerima kehadirannya, bukan hanya secara raga, tapi juga jiwa.' batinnya
"Makasih ya ,Nggi." ucapnya tulus
"Seharusnya Anggi yang mengucapkan terima kasih, sebab berkat mas semua terasa mudah , bukan hanya soal perceraian, tapi juga yang lainnya." ucap Anggi yang juga tulus
aku malah suka karakternya Stefani ibunya nata coco 😁
keibuan banget sabar banget 🥰
yang ada dendam merenggut jiwa dan hati diri
bukann tambah bahagia yang ada tambah menderita oleh dendam itu sendiri