Sebuah keluarga sederhana yang penuh tawa dan kebahagiaan… hingga suatu hari, semuanya berubah.
Sebuah gigitan dari anjing liar seharusnya bukan hal besar, tapi tanpa mereka sadari, gigitan itu adalah awal dari mimpi buruk yang tak terbayangkan.
Selama enam bulan, semuanya tampak biasa saja sampai sifat sang anak mulai berubah dan menjadi sangat agresif
Apa yang sebenarnya terjadi pada sang anak? Dan penyebab sebenarnya dari perubahan sang anak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn Aru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Mahen berlari dengan kencang dan meraih sebuah besi yang ia lihat. Saat ia memasuki rumah sakit, terlihat Putri yang hanya dapat bersembunyi di balik pintu kaca yang akan pecah, dengan banyaknya zombie yang mengerumuninya.
"Woy!!" Teriakan Mahen membuat para zombie membalikkan badannya dan melihat kearahnya, segerombolan zombie itu pun segera berlari kearah Mahen yang sudah berlari. Mahen yang berniat melemparkan daging busuk lagi, saat merogoh tasnya sudah tak ada satupun daging di dalam sana.
Ia akhirnya berlari dengan kencang hingga membuatnya semakin lelah. "Sialan." Gumam Mahen saat melihat jalan yang ia pilih ternyata buntu, ia mulai terpojok dengan para zombie yang berada di hadapannya.
Mahen yang tak tau harus melarikan diri kemana akhirnya dengan segera mengangkat besi yang ad di genggamannya. Dia baru tersadar bahwa besi itu terdapat batu pada ujungnya, melihat hal itu Mahen segera mengayunkan besi tersebut hingga membuat beberapa kepala zombie hancur.
Mahen dengan tertatih-tatih berjalan kearah rumah sakit kembali, ia menemui Putri yang masih bersembunyi di dalam ruangan tadi. "Ayo naik ke atap." Ucap Mahen dari luar, Putri yang mendengar suara Mahen pun perlahan membuka pintu ruangan tersebut, ia terkejut melihat Mahen yang terluka di beberapa bagian tubuhnya.
Putri dengan panik mendekat kearah Mahen dan melihat keadaannya yang terluka parah. "Aku obatin kamu dulu ya." Ucap Putri dengan suara bergetar. Saat Putri akan mengambil beberapa obat dari ruangan tempatnya bersembunyi, tangannya di tahan oleh Mahen.
"Gak. Bentar lagi helikopter nya dateng." Ucap Mahen, Putri pun menolak dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Mahen, ia berulang-ulang mengatakan akan memberikan obat pada Mahen. "Put kita gak bisa berlama-lama di sini, lo tau kan!" Teriak Mahen yang membuat Putri terdiam.
Putri yang mendengar hal tersebut tertunduk dan mulai tenang, tak memberontak lagi. "Sama aja kan? Di atas pasti banyak zombie." Gumam Putri.
"Gue jagain lo." Ucap Mahen yang menarik Putri untuk segera berjalan kearah atap rumah sakit.
Saat mereka berhasil mendekati atap rumah sakit, tiba-tiba saja zombie yang berhasil mereka lewati tadi berhasil mengejar. "Lo naik ke atas sekarang." Ucap Mahen melepaskan tangan Putri.
"Nggak, kamu harus ikut keatas juga." Ucap Putri yang menggenggam erat tangan Mahen, ia berusaha menarik Mahen untuk ikut dengannya ke atap rumah sakit.
"Bawa dia." Ucap Mahen melepaskan tangannya, saat itu pula terlihat dua pria dengan pakaian hitam menarik Putri agar segera ke atas atap.
Mau mereka menembak ribuan kali pun zombie-zombie ini tak akan ada habisnya, seakan mereka dulunya bukan manusia tetapi sebuah robot. Tubuh Mahen mulai terinfeksi sepenuhnya karena vaksin yang ia bawa telah hancur karena melawan para zombie.
Di salah satu unit kamar rumah sakit, terlihat seorang pria yang sedang koma dengan banyaknya alat medis di tubuhnya. Terdengar suara dengungan yang menandakan bahwa pria itu telah tiada, tetapi sesaat kemudian.
Mata pria itu terbuka dan ia pun terbangun dengan tersentak. "Akh.. kepala gue." Ucapnya dengan memegang kepalanya yang sakit. "Rumah sakit?" Gumamnya, ia melihat sekelilingnya yang terlihat begitu sepi, ia pun perlahan melepaskan infus yang terlihat telah habis.
Dia sudah beberapa menit berjalan-jalan di sana dan tak menemukan apapun. "Sepi banget." Gumamnya yang berjalan kearah tangga darurat. Di saat ia tengah berjalan, terdengar suara erangan dari arah tangga yang yang berada di depannya.
Ia dengan perlahan berjalan dan kearah suara, saat ia berada di depan tangga, terlihat raut terkejut di wajah.
Bersambung....