Kairos Lim, aktor papan atas yang terpaksa menghadapi badai terbesar dalam hidupnya ketika kabar kehamilan mantan kekasihnya bocor ke media sosial. Reputasinya runtuh dalam semalam. Kontrak iklan dibatalkan, dan publik menjatuhkan tanpa ampun. Terjebak antara membela diri atau menerima tanggung jawab yang belum tentu miliknya. Ia harus memilih menyelamatkan karirnya atau memperbaiki hidup seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari yang manis
Hanna melambaikan tangannya kepada manajer yang mengantarnya ke Grand Hannam, tempat tinggal Kairos Lim. Gadis itu tersenyum lebar seolah lelah tidak pernah menghampirinya jika menyangkut dengan Kairos Lim. Padahal Shin Hanna hanya tidur beberapa menit di dalam mobil saat perjalanan pulang dari lokasi syuting.
Seharusnya ia tidak datang malam ini mengingat pembicaraannya beberapa hari lalu bersama sang kekasih. Kairos meminta untuk tidak menghubungi satu sama lain, akan tetapi ia sangat bebal sebab ingin memberitahukan hal penting.
Shin Hanna memencet bel apartemen Kairos beberapa kali tetapi tidak kunjung dibukan oleh pemiliknya. Alhasil ia menerobos masuk dan menemukan ruangan itu sangat gelap seolah tidak berpenghuni. Lampu dekat pintu apartemen baru menyala ketika ia lewat. Pandangannya terus mengedar sampai menemukan cahaya di kegelapan.
Ia pun menghampiri cahaya itu, mendorong pintu pelan dan menemukan Kairos Lim tidur dalam posisi duduk dan kepalanya bertumpu pada tangan di atas meja. Ia mengurungkan niatnya untuk mendekat, beralih mengambil selimut di kamar sang kekasih demi menghangatkan tubuh kekar itu agar tidak kedinginan.
"Pasti capek banget, bukan hanya fisik tapi juga pikiran," gumamnya sambil menyelimutinya.
Ia ikut duduk di samping Kairos, menumpu kepalanya pada meja dan terus memandangi wajah tampan yang sedang terlelap itu. Lama kelamaan kelopak matanya ikut tertutup dan melupakan tujuannya datang menemui sang kekasih.
Detik jam berlalu, langit pun mulai terang. Pemilik apartemen terbangun dari tidurnya dan tidak kunjung merubah posisi mendapati sang kekasih tertidur menghadapnya.
"Sejak kapan Hanna datang?" batinnya.
Kairos melirik ponsel Hanna yang terus berdering.
"Hanna masih tidur," ucap Kairos Lim satelah menjawab panggilan dari manajer Hanna.
"Kai tolong bangunkan Hanna, dia ada jadwal syuting di laut timur Sokcho, kami rencananya berangkat jam 6 pagi dan sekarang sudah hampir jam 7."
"Apa jadwalnya tidak bisa di undur manajer? Aku tahu ini tidak profesional tapi sepertinya Hanna sangat lelah."
"Tunggu sebentar."
Panggilan berakhir begitu saja dan masuk beberapa menit kemudian.
"Jika jam 10 Hanna belum bangun, tolong bangunkan dia. Kami harus berangkat ke laut timur Sokcho jam 11 siang."
"Terimakasih manajernim, aku yang akan mengantar Hanna ke sana."
"Baiklah Kai."
Kairos membungkus tubuh Hanna dengan selimut dan memilih untuk membuat sarapan sembari menunggu Hanna bangun. Semalam ia ketiduran saat mengerjakan hal penting di luar pekerjaannya, yaitu membuat bagan tersangka orang-orang yang ingin menjatuhkan dirinya. Meski nama sudah bersih, dia harus mencarinya lebih dulu sebelum kembali bergerak seperti yang papanya katakan.
"Kenapa Oppa tidak membangunkan aku, mampuslah pasti unnie manajer akan mengomeliku habis-habisan," ujar Hanna yang berlari dari ruang kerja Kairos Lim.
Penampilan gadis itu acak-acakan, merapikan penampilannya secara buru-buru malah semakin membuatnya berantakan. Semua benda di dalam tasnya terhambur.
"Jagiya jangan buru-buru, duduklah dan sarapan dulu bersama oppa."
"Tidak Oppa, aku ada syuting di laut timur pagi ini." Mengambil seluruh barangnya di lantai.
"Ck oppa bilang jangan buru-buru." Kairos menghampiri dan membantu Hanna merapikan isi tas. "Manajermu tadi menelpon katanya mereka berangkat jam 11 nanti, oppa akan mengantarmu."
"Hah? Kenapa tidak bilang dari tadi oppa? Jantungku hampir copot." Shin Hanna meresotkan tubuhnya kelantai, merasa lemas akibat nyawa belum terkumpul sepenuhnya tetapi lari-larian.
"Sarapan dulu jagiya." Kairos mengecup kening Hanna sebelum beranjak dan kembali ke dapur.
Shin Hanna mengikuti masih dengan penampilan lusuhnya. "Kok bisa hidup oppa selalu saja tertata rapi sesibuk apapun itu? Aku boro-boro," gumamnya.
"Karena sudah terbiasa. Ayo sarapan yang banyak, ini tidak akan membuatmu gemuk." Kairos sengaja menyiapkan sarapan yang aman untuk program diet Hanna.
"Sebuah keberuntungan memiliki oppa ditengah kesibukanku."
Shin Hanna makan dengan lahap, terlebih sejak semalam perutnya belum diisi asupan apapun selain kafein.
"Oppa."
"Hm."
"Aku punya kabar baik untuk Oppa, dan ini bisa membantu oppa keluar dari masalah."
"Namjachingu-ya sangat pengertian." Kairos Lim menguyel-uyel pipi Hanna yang mengembung akibat makanan di mulutnya. "Katakan apa itu."
"Tada ... aku mendapatkan rekaman pengakuan orang kepercayaan appa." Memperlihatkan benda pipihnya penuh bahagia.
"Terimakasih Jagiya, oppa senang kamu mau membantu."
"Sama-sama Oppa."
Usai sarapan dan istirahat beberapa jam, Kairos pun mengantar Shin Hanna ke laut timur sokcho untuk melakukan syuting Mv bagian akhir. Sepanjang perjalanan tangan Kairos terus mengenggam tangan mungil Shin Hanna, hanya melepaskan saat akan menyalip atau atau hal-hal yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Tidak lupa lagu-lagi Shin Hanna menemani mereka di dalam mobil. Kairos tidak henti-henti memuji suara sang kekasih dan terus membandingkan dengannya.
"Kok bisa bede banget ya pas nyanyi sama ngoceh?" ledek Kairos. Memang suara Shin Hanna sedikit berbeda padahal itu suara aslinya.
"Ish oppa, itu kan ciri khas aku. Suaraku imut lucu kalau bicara tapi beda cerita kalau udah nyanyi." Manyungkan bibirnya.
"Bercanda Jagiya." Kairos tertawa.
Setelah hampir menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam, akhirnya mereka tiba di laut timur sokcho.
Dari kejauhan Hanna melihat tim nya sudah mulai mempersiapkan untuk syuting. Ia tersenyum melihat wajah manajernya yang dibuat galak.
"Oppa mau mampir dulu?"
"Tidak Jagiya, untuk sementara hindari scandal lebih dulu."
"Padahal lautnya indah untuk dinikmati bersama." Sudut bibir Hanna melengkung ke bawah.
"Lain kali kita menikmatinya, oppa pulang ya. Jangan lupa istirahat." Mengelus rambut Hanna sebelum menaikkan kaca mobil miliknya.
"Hanna, Kairos mencurigai appamu dan berencana untuk balas dendam ...."