Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 BUNGA PEONY
Dokter Liu Yaosan memberi izin pulang Li Mei setelah melihat perkembangan kondisinya yang berangsur-angsur membaik.
Setelah hampir tiga hari lamanya di rawat di Klinik dokter Liu Yaosan akhirnya Li Mei diizinkan pulang dengan syarat masih harus kontrol seminggu dua kali ke klinik.
Tampak Li Mei bersama Shaiming keluar dari klinik.
Shaiming begitu perhatiannya terhadap Li Mei dengan menggandeng tangan gadis cantik itu saat mereka berjalan.
"Hati-hati, Li Mei...", ucapnya.
"Ya...", sahut Li Mei.
Keduanya melangkah pelan ke arah jalan menuju trotoar, mencegat taksi yang lewat untuk kembali pulang ke rumah.
Mereka berdiri di seberang jalan sambil menunggu lewatnya kendaraan taksi.
"Maaf, kita terpaksa naik taksi karena aku tidak memiliki mobil pribadi... !?", ucap Shaiming dengan wajah tersipu malu.
Li Mei tersenyum lembut ke arah Shaiming lantas bersuara pelan.
"Tidak mengapa, aku sangat senang bisa bersama mu, Shaiming", sahutnya.
"Ahk !? Seharusnya aku mempersiapkan semuanya agar kita nyaman...", keluh Shaiming.
Li Mei menggenggam pelan tangan Shaiming seraya menepuknya lembut, sorot matanya teduh saat memandang Shaiming.
"Hal yang paling ternyaman bagi ku adalah saat aku bersama hanya dengan mu, tidak ada hal lainnya lagi yang bisa membuat ku senyaman ini bila bersama mu, Shaiming", ucap Li Mei.
"Benarkah itu !?", sahut Shaiming dengan malu-malu.
Shaiming menggaruk pelan kepalanya seraya tersenyum.
Li Mei hanya menjawab dengan senyuman lembutnya lalu menoleh ke arah taksi yang lewat di dekat mereka, seorang pria muda melongok keluar dari taksi seraya menawarkan jasanya.
Ckiiiit... !!!
"Apa kalian akan naik taksi ?", sapa seorang sopir taksi dari dalam mobil.
"Ya, ya, kami akan naik taksi. Tolong antar kami ke area jalan taman Jingshan !", ucap Shaiming menyahut dengan anggukkan kepala cepat.
"Baiklah, naiklah ! Aku akan mengantar kalian ke tempat tujuan !", sahut sopir taksi.
"Terimakasih", ucap Shaiming.
Shaiming menatap ke arah Li Mei yang berdiri di dekatnya lalu meminta pada gadis itu untuk naik ke dalam taksi bersamanya.
"Ayo, Li Mei !", ajak Shaiming seraya membuka pintu taksi di hadapan mereka.
Li Mei hanya mengangguk pelan serta menuruti permintaan Shaiming untuk naik ke dalam taksi.
Keduanya telah berada di dalam taksi ketika kendaraan roda empat itu bergerak maju dari arah jalan trotoar.
"Kenapa kita ke taman Jingshan dan tidak langsung pulang ke rumah ?", tanya Li Mei.
Li Mei menoleh ke arah Shaiming yang duduk di sebelahnya sedangkan perhatian laki-laki tampan itu terus tertuju pada jalan di luar taksi.
Terlihat Shaiming tidak terlalu mendengarkan perkataan Li Mei.
"Shaiming...", panggil Li Mei kembali seraya menyentuh punggung tangan Shaiming.
"Ya, Li Mei...", sahut Shaiming sambil menolehkan kepalanya ke arah Li Mei yang duduk di sebelahnya.
"Kenapa kita tidak langsung pulang ke rumah ?", tanya Li Mei.
"Oh, karena aku ingin mengajak mu berjalan-jalan menikmati suasana Beijing saat ini dan..., dan aku rasa akan sangat baik bagi mu untuk masa pemulihan kesehatanmu..." sahut Shaiming.
"Aku pikir tidak perlu kamu lakukan hal ini karena aku merasa kesehatan ku sudah baikan dari sebelumnya", kata Li Mei.
"Aku ingin bersama mu berdua, Li Mei", sahut Shaiming.
"Sebaiknya kita pulang ke rumah karena waktu bersama untuk kita lebih lama jika kita berdua di rumah", kata Li Mei.
"Ahk !? Aku justru berpikir akan sedikit waktu kita bersama jika kita pulang karena aku akan langsung di sibukkan dengan urusan opera", ucap Shaiming.
"Yah, itu benar...", sahut Li Mei.
"Jadi, ide ku benar, bukan !? Akan lebih baik kita luangkan waktu kita berdua di luar dengan berjalan-jalan bersama", ucap Shaiming.
"Ya...", sahut Li Mei.
Li Mei hanya tersenyum saat mendengar ucapan Shaiming yang beralasan kuat bahwa mereka lebih baik meluangkan waktu mereka hanya berdua-duaan saja di luar.
Pilihan ke taman Jingshan merupakan pilihan tepat bagi mereka untuk mendekatkan diri mereka bersama-sama.
"Kita sudah sampai ke taman Jingshan", ucap sopir taksi itu.
"Baik, baik, kami akan turun...", sahut Shaiming gugup.
Shaiming mengeluarkan beberapa koin emas sebagai alat pembayaran jasa taksi ke taman Jingshan.
SREEET... !
Shaiming menyerahkan beberapa koin emas tersebut kepada sopir taksi.
Betapa terkejutnya sang sopir saat dia melihat Shaiming membayarnya dengan koin emas.
"Apa kau tidak punya uang kertas Yuan ?", tanya sopir taksi.
"Yuan !? Apa itu Yuan ? Nama kota atau nama orang ???", sahut Shaiming.
"Apakah kau bukan berasal dari sini ?", tanya sopir itu dengan raut wajah masam.
"A--aku dari Beijing...", sahut Shaiming yang menyadari kekeliruannya.
"Sudahlah ! Jangan dipikirkan lagi ! Aku akan berterimakasih kau membayar ku dengan emas tapi ini sangat berlebihan, tuan besar !", ucap sopir taksi.
"Tapi hanya itu yang aku miliki... Katakan dimana aku harus membeli Yuan itu di sini !", sahut Shaiming.
"Di bank !", ucap sopir taksi sambil melirik ke arah Shaiming dan Li Mei yang duduk di belakang kursi penumpang.
"Bank !? Tempat apakah itu ?", tanya Shaiming.
"Kau bisa pergi ke sana jika kamu hendak ke kawasan keuangan di jalan Jinrong Beijing tepatnya di Distrik Xicheng", sahut sopir taksi.
Tampak sopir taksi memasukkan beberapa koin emas ke dalam kantung saku kemejanya serta kembali menghadap ke arah setir kemudinya.
"Baiklah, tujuan kita sudah sampai maka kau boleh turun, tuan besar !", kata sopir taksi.
"Oh, iya, baik..., baik...", sahut Shaiming. "Terimakasih atas informasinya", sambungnya.
Ketika Shaiming hendak turun dari dalam taksi, sopir taksi itu lalu berkata kembali.
"Lainkali kau tukarkan dulu koin emas-emas mu itu ke Bank dengan pecahan uang Yuan supaya kamu bisa bertransaksi selama kau tinggal di Beijing, tuan besar", sahut sopir taksi.
"Terimakasih...", ucap Shaiming.
Akhirnya, Shaiming turun dari dalam taksi bersama Li Mei.
Mereka berjalan mendekat ke area jalan taman Jingshan yang tak jauh dari mereka berdiri.
Wajah Shaiming terlihat cerah bahkan senyumnya terus mengembang di wajah tampannya.
"Yaaah... ! Kita sampai juga di sini, Li Mei !", ucap Shaiming berseru senang.
"Apa kau bahagia, Shaiming ?", tanya Li Mei.
"Tentu saja, aku sangat bahagia bisa berdua dengan mu di taman Jingshan ini karena aku sudah lama mengidam-idamkan untuk datang kemari", kata Shaiming.
Li Mei tersenyum seraya memandangi ke arah Shaiming, laki-laki yang meminangnya dan telah menjadi tunangannya.
Sekali gerakan pelan Shaiming telah membawa Li Mei ke taman Jingshan.
Tampak Li Mei berseru senang ketika Shaiming menggendong dirinya ke arah taman yang penuh aneka bunga peony.
WERRR... !
WERRR... !
WERRR... !
Keduanya setengah terbang melayang ke arah taman Jingshan.
Saat itu suasana taman yang ditumbuhi oleh aneka bunga peony sangat sepi, hanya ada mereka berdua di sana.
Shaiming memandangi wajah Li Mei dalam gendongan tangannya lalu tersenyum lembut pada gadis cantik itu.
"Kita sudah berada di tengah-tengah taman bunga peony, dan apakah kamu senang, Li Mei ?", ucap Shaiming.
Tubuh Shaiming bergerak pelan lalu turun ke atas permukaan taman yang penuh serakan bunga peony.
"Tempat ini sungguh indah sekali, aku sangat menyukai taman ini, Shaiming...", sahut Li Mei yang melingkarkan kedua tangannya ke arah leher Shaiming.
"Akupun juga begitu, Li Mei...", ucap Shaiming.
Shaiming masih berdiri sambil menggendong Li Mei di tangannya, mengedarkan pandangannya ke arah sekitar taman Jingshan yang sepi.
Bergumam pelan dalam hatinya saat dia memandang jauh ke arah taman bunga peony.
"Aku sengaja membawa Li Mei ke taman Jingshan karena tempat ini hampir mirip dengan taman yang ada di istana awan, tempat Li Mei dulu tinggal..."