NovelToon NovelToon
Sepupuku, Canduku

Sepupuku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Trauma masa lalu
Popularitas:1M
Nilai: 4.9
Nama Author: alfajry

Gagal menikah karena calon suaminya selingkuh dengan sesama jenis, ternyata membuat Bulan tidak lagi menyukai laki-laki bertubuh atletis seperti yang telah menjadi kesukaannya. Dia bahkan menganggap laki-laki bertubuh kekar semua sama seperti Andra, mantan tunangannya.

Lalu ia dikirim ke rumah kakak dari sang ibu, dan bertemu dengan Samudra Biru, sepupu yang sama sekali tak dilirik Bulan karena traumanya terhadap laki-laki. Berbeda dengan Samudra Biru yang ternyata juga dosen Bulan di kampus, Biru menyukai Bulan dengan segala keanehannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dalam Pantauan Biru

Siang itu....

"Biru?"

Pria berkemeja kotak-kotak hitam cream itu berhenti di anak tangga kedua setelah mendengar namanya dipanggil oleh sang mama.

"Kok pulang?"

"Iya. Ada yang ketinggalan, Ma."

"Makan siang bareng, sini. Sekalian, ada yang mau mama bicarakan."

Biru mengangguk, lalu naik ke kamarnya sambil menempelkan ponsel ke telinga, menelepon Bulan yang tadi pamit pergi bersama temannya. Biru hanya khawatir, gadis itu dilirik pria lain. Jadi, dia terus memantau Bulan melalui aplikasi lacak yang sudah ia pasang dan meneleponnya apabila tidak merasa tenang.

Setelahnya, Biru turun dan ikut makan siang bersama papa dan mamanya.

"Papa ga kerja?" Tanya Biru saat duduk dan menyendokkan nasi ke piring.

"Sakit." Jawabnya singkat.

"Tadinya sakit, tapi ini mendadak dapat panggilan ke kantor." Sahut Dina melengkapi jawaban Cakra yang terlalu padat.

Biru memperhatikan hidangan di atas meja. Hidangan yang sama dengan yang kemarin malam ia makan. Rawon. Tapi sepertinya, ini bukan buatan Bulan.

"Ru..." Dina mulai memanggil. "Mama mau tanya, kunci pintu penghubung kamar kamu dan Bulan, kamu pegang, ya?"

"Iya. Kenapa?" Biru mulai gelisah dalam hati. Dia tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Kasih mama aja, bisa? Soalnya, waktu itu Bulan pernah kayak khawatir gitu, lho. Kan, kuncinya cuma ada dibagian kamar kamu."

"Mama takut Biru macem-macemin Bulan, ya?"

"Enggak." Jawab Dina cepat. "Mama percaya. Cuma, biar Bulan nggak khawatir gitu, lo."

"Bulan ga khawatir. Karena sekarang kami dekat. Dia sering tanya Biru soal tugasnya. Biru kebetulan dosen di kelas Bulan."

"Oh, ya? Ah.. gitu. Iya udah, kalau gitu." Dina lega. Soalnya, dia tidak percaya dengan apa yang disampaikan Cakra padanya.

"Lho, Pa? Makannya, udah?" Tanya Dina saat Cakra mengelap mulut dengan serbet.

"Rawonnya beda sama yang kemarin."

"Beda gimana, yang masak Bi Nah, kok."

Cakra memakai jas kerjanya yang tadi terselempang di sandaran kursi makan.

"Papa pergi, ya."

Biru memperhatikan mama dan papanya berjalan keluar. Dia tersenyum kecil. Ternyata papanya suka dengan masakan Bulan. Yah, memang dia harus akui. Masakan Bulan sudah menjadi juara di lidahnya.

...🍀...

"Kamu marah ya, karena saya terus telepon dari tadi?"

Bulan menghela napas untuk yang kesekian kali. Berat.

Sejak melihat mobil hitam tadi terparkir, Bulan sempat tersentak kecil karena dia mengenal mobil itu. Lalu dia sempat sadar bahwa mobil yang seperti itu bukan cuma omnya yang punya.

Namun mengejutkan. Cakra keluar dan ternyata...

"Sayang..."

Biru memasang wajah sendu. Bulan tidak mau menjawab pertanyaannya sejak tadi. Hanya helaan napas berat saja yang terdengar. Biru khawatir, Bulan marah padanya.

"Maaf, ya. Lain kali saya ngga gitu lagi, deh."

Bulan menoleh pada Biru yang sejak tadi mencondongkan tubuh ke arahnya. Bulan berat mengangkat kepala. Pusing, karena memikirkan Wina bersama Cakra. Apa dia perlu bilang ini ke Biru? Kalau dibilang, nama Wina juga pasti keseret.

"Lain kali aku ga akan balas dan angkat lagi telepon kakak." Ancam Bulan asal. Padahal dia diam bukan karena itu.

Biru pula bungkam. Kalau ngga dijawab teleponnya, dia pasti nekat mendatangi. Tapi saat ini, Biru tidak mengatakan apa-apa. Terlebih dia menyadari, sifatnya berlebihan sejak bersama Bulan. Sepertinya dulu dia tidak begini saat dengan mantannya dulu.

Bulan membuatnya ingin terus dekat dan sangat takut kalau gadis itu pergi bareng teman-temannya yang setahu Biru, lebih nakal dari gadis ini. Dia khawatir, Bulan terikut arus dan jadi sering pergi ke kelab malam bertemu pria hidung belang.

"Nanti malam, aku mau ketemuan sama temen. Kakak jangan telepon mulu."

"Kemana? Temen kamu siapa? Berapa orang? Saya ga boleh ikut? Memangnya kamu mau ngapain?"

Rentetan pertanyaan itu membuat rahang Bulan terbuka. Dia segera mengatupkan bibir dan kembali menyandarkan kepala di kursi mobil.

Biru tahu, dia kelepasan. Soalnya, terakhir kali pergi malam, gadis ini ke kelab dan berpakaian seksi pula. Jadi, dia harus tahu jika Bulan ingin pergi-pergi.

"Bulan, saya harus tahu kamu kemana. Saya cuma khawatir.. "

"Oke.." Bulan akhirnya mengalah. Mencoba mengerti lelaki itu. "Malam ini cuma mau ngobrol sama Yeshika, Nadin, dan Wina. Mereka ini.. sahabat aku dari SMA apa SMP deh, lupa." Ucap Bulan dengan malas. "Kita mau ke...." Mata gadis itu menyipit. Mengingat nama tempat yang sudah Yeshika putuskan tadi. "Gudwings?"

"Ke Bar Gudwings?"

"Iya. Kata Yeshika disana tuh, lebih kalem dari tempat kemarin. Soalnya kita emang cuma mau ngobrol santai."

"Kalo ngobrol, kenapa sampe kesana?"

"Sambil minum, lah." Jawab Bulan lirih. Sampai Biru tidak mendengar.

"Bilang apa?"

"Engga.."

Biru mengeluarkan ponsel. "Batalin. Saya pesankan tempat yang lebih tenang. 56th floor, gimana?"

"Apaan, tuh?"

"Resto enak. Ada di lantai 56. Saya yang traktir. Kalian bisa puas makan."

"Aduuuh." Bulan akhirnya duduk tegak. "Ini tuh, acara kita, kak. Acara cewe-cewe. Kakak ga perlu ikut nimbrung segala. Nanti kita jadi ga leluasa ngobrolnya."

'Soalnya ini mau ngobrolin bapakmu, kak!'

Biru menghela napas. "Ya udah, deh.. "

Telunjuk Bulan mengacung ke arah Biru. "Awas, ya! Kalau sampe kakak ada disana, aku ga bakal mau tidur bareng kakak lagi!"

Biru menelan ludah. Ancaman itu tampak sangat serius. Padahal dia tengah merencanakan sesuatu agar bisa hadir juga disana. Tapi sepertinya berat. Apalagi dilarang tidur bersama, sementara ia sudah terbiasa memeluk Bulan sembari terlelap.

Bulan menarik senyum di sudut bibir kirinya saat melihat Biru bungkam. Ancamannya berhasil dan dia yakin, Biru tidak akan datang malam nanti.

~

"Rokok." Yeshika mencampakkan sekotak rokok ke atas meja. Dia duduk di kursi sambil mengacak rambut frustrasi.

"Ada apa lagi? Yang satu aja belom kelar. Pake ada masalah baru." Gerutu Bulan. Pasalnya, Yeshika memang merokok kala dirinya dirundung kegalauan.

"Biasalah. Paling berantem sama cowoknya." Tukas Nadin, mengambil rokok dan menyematkannya ke sela bibir.

Bulan yang melihat Nadin mengambil sebatang rokok, cukup kaget.

"Sejak kapan kamu merokok?" Mata Bulan membulat pada Nadin. Gadis lugu-lugu somplak ini belum pernah merokok dan Bulan yakin, Nadin ga akan bisa menyalakannya.

"Sejak dini." Jawabnya cengengesan, lalu menyalakan korek di ujung rokok yang telah ia apit di bibir. "Uhukkk!!"

"Pfffttt!!" Bulan menahan tawa yang hampir meledak. "Gayaan, sih!!"

Nadin terbatuk-batuk. Rokoknya padam lagi, padahal tadi sempat nyala. Nadin pasti tertelan asap yang tak bisa ia keluarkan di saat yang tepat.

Yeshika menggeleng-geleng kepala. "Ajarin, Mbul!" Tukasnya.

"Sini." Bulan menyuruh Nadin mendekat. "Aku kasih tau caranya." Bulan menyelipkan sebatang rokok di bibirnya. "Arahin dulu apinya ke ujung, sambil lo sesap tuh." Ucapnya dengan suara tertahan karena rokok di bibirnya. "Cuma sedetik, langsung nyala."

Bulan membakar ujung rokok, sambil ia sesap melalui filter dan tembakau langsung terbakar. Bulan tersenyum pada Nadin, lalu menghembuskan asapnya perlahan sambil menaik-turunkan alisnya. "Gimana, ngerti?"

"Nggak ah, sakit tenggorokan." Nadin membuang rokoknya ke asbak yang tersedia. Membuat Yeshi dan Bulan tertawa lebar.

"Eh, Wina tuh!"

Bulan memadamkan api rokok. Rasa ingin tahunya soal tadi membuat Bulan segera mendekat tepat saat Wina mendaratkan bokongnya di sofa.

"Gimana?" Tanya Bulan.

Wina yang semula diam, tiba-tiba tersenyum lebar. "Berjalan lancarrrr!"

"Lancar pala lo!" Yeshika yang tengah menyesap rokok, duduk tegak. "Lo ga baca pesan dari kita, hah? Keenakan lo?"

"Apaan, sih. Emang kenapa? Bukannya tadi lo yang nyuruh, sikat aja?"

"Ehh. Itu tuh, omnya Bulan. Bokapnya pak Biru!"

"Haah??" Wina sampai menutup mulutnya yang menganga. "Serius, Mbul?"

Bulan mengangguk lambat. "Iya, Win. Emang tadi, kalian.. Ngapain?"

Wina mendadak pucat. Dia melipat bibir dan merubah posisi duduk.

"Gila ya, lo beneran melacur, Win? Gue kan, udah nyuruh lo buat bohong kalo lo lagi haid. Yang tadi gue cuma bercanda, kali!" Yeshika menepuk jidat dengan jari yang terselip rokok diantara telunjuk dan jari tengahnya. "Ancur banget lo sekarang!"

Wina menggaruk lehernya. "Ya.. tadi awalnya, gue emang bilang kaya gitu. Tapi katanya.. om Raksa itu lagi kesepian banget. Istrinya ngga pinter ngurus dia. Lagi demam juga, trus om Raksa minta temenin makan, berenang, bobo..."

Bulan menganga. Jelas, terlebih mendengar pengakuan Cakra pada sahabatnya.

Dengan hati-hati Wina melanjutkan. "Dia bilang, akan bayar 10 juta perjam. Makanya... tadi.. gue dapet.. 50 juta..."

Diam. Suasana hening. Hanya terdengar musik yang tak begitu kencang dari tempat mereka berada.

"Kamu... tidur, sama Om Cakra, Win?" Tanya Bulan dengan perasaan luar biasa canggung. Ingin tahu, tetapi tidak siap untuk tahu.

Wina meremas ujung dressnya yang sudah naik sampai ke paha. Takut-takut ia menjelaskan. "Ngga sampe kok, Mbul.. tapi, hampir. Soalnya kan, dia taunya.. gue.. lagi haid." Wina memiringkan tubuh ke arah Bulan. "Maafin gue ya, Mbul. Gue beneran ga liat Hp selama sama Om lo. Soalnya dia asyik banget, Mbul. Sumpah. Trus, dia juga katanya mau hubungi lagi buat kedepannya."

"Astaga, udah gila!" Yeshika sampai tak bisa berkata-kata.

"Ya, gimana. Kalian kan tau, bokap gue udah lama ngga kirim gue uang jajan. Gue putus dari Andre, jadi uang masuk gue otomatis ilang!" Jelas Wina dengan perasaan kacau. Air matanya mulai menggenang.

"Bener yang lo bilang, Yesh. Bakalan keenakan si Wina." Sambung Nadin. "Ingat, Win. Kesenangan ini gak lama. Suatu hari lo bakalan ketahuan. Bukan lo aja yang bakalan jelek. Citra keluarga lo. Bisa di D.O juga lo!"

Wina menunduk. Dia juga tadinya udah mau pergi. Tapi sugar daddy-nya itu menahannya dan meminta temanin sebentar saja. Tidak tahunya, Wina keasyikan. Ditawari harga mahal, Wina jadi terlena juga.

"Trus.. gimana, Mbul?" Tanya Nadin.

"Yah, gimana. Aku ga bisa cerita ini juga ke tante. Selain mikirin Wina, aku juga mikirin keluarga mereka." Bulan menghela napas.

"Gaya-gayanya, sih. Om lo itu nggak sekali dua kali kaya gini, Mbul. Biarin aja, ntar juga ketauan sendiri." Sahut Yeshika pula.

Bulan menepuk pundak Wina. "Jangan lagi ya, Win. Kita emang bukan cewe baik-baik banget. Tapi tetap jaga moral diri. Bisa, kan? Soalnya yang kamu lakuin ini udah masuk ke bagian profesi. Kamu ga mau kan, citramu tercoreng karena me..la..cur..?" Bulan sengaja mengeja kata terakhir supaya tidak terdengar sangat terus terang.

Wina mengangguk lambat, lalu ia mulai menceritakan bahwa uang yang diberi Raksa, langsung ia bayarkan untuk uang semesteran yang sempat dicicil.

Lama mereka mengobrol santai. Lalu memilih menggeser duduk ke tempat yang lebih berisik. Semakin malam, semakin ramai, semakin meriah pula.

"Toss!" Keempatnya bersenang-senang malam itu. Suara musik dari DJ dan hiruk pikuk manusia di sekitar membuat mereka melepaskan penat sejenak.

Bulan sudah menghabiskan dua gelas Bir. Dia masih segar. Beda dengan Nadin yang gampang oleng, sebab yang membuat gadis itu minum tipis-tipis.

"Stop, Mbul. Udah berapa gelas, hah?" Yeshika menahan gelas yang mau diteguk Bulan.

"Dikit lagiii..." Bulan menarik lagi tangan Yeshika hingga membuat Yeshi mau tak mau mengarahkan gelas dan Bulan menengguknya.

"Wah. Lama ngga minum, rindu kan, lo!" Wina terkikik geli melihat Bulan.

"Haii!"

Bulan menoleh. Seorang pria tampan mendekatinya.

"Oh, Haai." Sapa Wina senang. Yang datang pria bertubuh tinggi dengan anting di telinga kirinya.

"Boleh gabung?" Dia bertanya lewat telinga Bulan.

"Boleh, dong." Jawab gadis itu dengan senyuman, menyambut uluran tangannya sambil bergoyang tipis-tipis seirama dengan musik.

Sementara di tempat lain, Biru yang mengawasinya dari jauh mengepalkan tangan.

"Rembulan...." Desisnya geram.

To Be Continued....

1
Yunita Dwi Lestari
kak lama ga update
Yoan
Alamakkkkkk
Yoan
Kalau salah orang, tamatlah riwayatmu dibuat rudi
D_wiwied
katanya masih ga bertenaga tp tangannya mancing2 terus, maumu apa sih Mbuuuull... 🤭😆
Yoan: Bulan ga kuat liat otot pak biru
total 1 replies
D_wiwied
pelakunya mmg papamu Biru,, walaupun salah sasaran tp ttp aja dia udah ngrencanain hal itu, ealah pak cakar koq ya ga sadar2 to kamu, siap2 aja jeruji besi sdh menantimu
Siti Nina
Lanjut thor semangat 💪💪💪
Pena Putih: Terima kasih kaa^^
total 1 replies
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
POV bulan
"bisa....aku akan diem dan nurut seperti anak kecil.kakak silahkan bekerja dengan baik".

POV pembaca
"bocah kurang asem.udah sakit masih aja ambil kesempatan dalam kelonggaran".

kalo biru nama panjangnya "samudra biru".
kalo selatan? namanya panjang nya siapa.
Gak mungkin "selatan barat daya kan"?
Santi Maria Havernandes: gimana kalau nama anak : pantai laut selatan
total 6 replies
Yoan
belum up pen..
Yunita Dwi Lestari
semangat kak, makin seru ceritanya
Yoan
Bulaaannn🤣🤣
Nona aan Chayank
Astagaaa,,, si Cakra ngerencanain apa lagi ini...??
D_wiwied
ngrencanain apalagi ni orang, ga kapok2 apa yaa🤔
D_wiwied
wah wah Mbul.. kamu nakal ya 😆😆
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
kagak kapok juga ya demit satu ini.udah pernah dibuat babak belur dan di miskinkan masih aja gak kapok.
takut banget nih di nyuruh buat celakain mbul.
D_wiwied
lah kalo hukumannya ky gini Biru ga bakal merana, mlh bs jadi bikin kesalahan terus ntar 😆😆
Yoan
🤣🤣🤣
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
heh ....ni bocah 😆
makin lama makin menjadi.dasar mbul mbul.
mamah mertua.......!!!
anakmu ni lho. dorong segera ke KUA.

siape yang di hukum, siape yang gak kuat nahan godaan.

aku paling demen, kalo ada chat dari mereka berdua.seruuuj aja gituh.
IG mu apa beb
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
"Dear majikan lumpuh" kagak di lanjut lagi yak?
Nona aan Chayank
Rasain kamu Biru... emang enak dicuekin pacar....?? 😁
D_wiwied
wkwkwk salahmu sendiri Biru bikin si embul ngambek nangis2 tu 😆😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!