Kehidupan bahagia yang dijalani Thalia setelah dinikahi oleh seorang pengusaha kaya, sirna seketika saat mendengar kabar bahwa suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan maut. Keluarga almarhum sang suami yang memang dari awal tidak merestui hubungan mereka berdua, mengusir Thalia yang sedang hamil besar dari mansion mewah milik Alexander tanpa sepeser uang pun.
Di saat Thalia berhasil bangkit dari keterpurukan dan mulai bekerja demi untuk menyambung hidupnya dan sang buah hati yang baru beberapa bulan dia lahirkan, petaka kembali menimpa. Dia digagahi oleh sang bos di tempatnya bekerja dan diminta untuk menjadi pelayan nafsu Hendrick Moohan yang terkenal sebagai casanova.
"Jadilah partner-ku, aku tahu kamu janda kesepian bukan?"
Bagaimanakah kehidupan Janda muda itu selanjutnya?
Bersediakah Thalia menjadi budak nafsu dari Hendrick Moohan?
🌹🌹🌹
Happy reading, Best...
Jangan lupa tinggalkan jejak
⭐⭐⭐⭐⭐ bintang 5
💖 subscribe
👍 jempol/ like
🌹 kembang, dan
☕ kopi segalon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mother of My Children
Wanita cantik yang tengah kesakitan itu membulatkan mata, melihat siapa yang datang, dan siapa yang berada dalam gendongan Moohan. Namun, rasa sakit yang luar biasa menyerang melebihi rasa sakitnya pada kelahiran putri pertama, membuat Thalia membiarkan saja pria yang telah menyakiti hatinya itu mendekat, dengan masih sambil menggendong putrinya. Thalia juga tidak dapat menolak ketika Moohan tiba-tiba mencium keningnya seraya memberikan semangat.
"Kami di sini, Mommy. Kami akan menemani Mommy," bisik Moohan seraya menatap dalam netra Thalia.
Thalia membuang muka ke arah lain, tetapi hanya sebentar saja karena wanita itu kembali menatap ke arah Moohan. Bukan-bukan, bukan ke arah pria tampan itu, tetapi lebih tepatnya ke arah putrinya. Thalia tersenyum kemudian, membuat Moohan ikut merasa senang melihat senyum sang wanita pujaan meskipun bukan ditujukan kepada dirinya.
Gadis kecil yang berada dalam gendongan Moohan nampak menggapai-gapai ke arah Thalia. Moohan lalu lebih mendekatkan gadis kecil itu kepada mommynya dan Princess langsung menciumi wajah sang mommy, seolah penuh kerinduan padahal baru sebentar saja mereka berpisah. Pria tampan tersebut tersenyum melihatnya dan ingin rasanya bergabung, memeluk mereka berdua secara bersamaan.
"Maaf, Tuan. Anda tidak diperkenankan berada di sini." Seorang dokter yang baru saja masuk, hendak menolong persalinan Thalia langsung mengusir tanpa melihat siapa pria yang diusirnya.
"Tapi saya suaminya, Dok, dan ini putri kami. Kami ingin menemani Mommy di sini!" protes Moohan dengan tatapan mengintimidasi pada wanita berkacamata tersebut.
Perkataan Moohan membuat Thalia mengerutkan dahi dan kemudian tersenyum sinis. Wanita itu hendak protes, tetapi urung ketika pintu ruangan tersebut kembali dibuka dari luar. Nampak asisten Zack serta seorang pria berseragam dokter masuk. Di belakang mereka berdua, mengekor Nyonya Brenda. Wanita anggun itu langsung mendekati Thalia dan memeluknya, erat.
"Dokter, biarkan Tuan Muda Moohan menemani istrinya melahirkan," ujar pria paruh baya berseragam dokter yang datang bersama asisten Zack, seraya menatap dokter wanita berkacamata yang sudah siap dengan sarung tangan steril dan dokter itu mengangguk, mengerti.
Kembali, Thalia mengerutkan dahi ketika mendengar perkataan dokter pria itu yang menyebut dirinya adalah istri Moohan. Namun, dia tidak akan meminta penjelasan sekarang. Fokusnya saat ini adalah bagaimana agar secepatnya bisa melahirkan anaknya dengan selamat.
"Andai sejak pertemuan pertama mama tahu kalau wanita yang dicari-cari putra mama adalah kamu, mama pasti akan bawa kamu pulang ke rumah, Thalia," tutur Nyonya Brenda dengan netra berkaca-kaca, setelah melerai pelukannya. Wanita paruh baya tersebut merasa sangat terharu karena akhirnya dapat bertemu dengan wanita yang dicintai oleh sang putra.
"Mulai sekarang, kamu harus panggil mama dengan sebutan mama karena aku adalah mama kamu, Thalia. Mama mertua kamu. Kamu tidak boleh pergi lagi dari kehidupan putra mama. Dia sangat menderita, Thalia. Hendrick benar-benar mencintai kamu," lanjutnya, membuat Thalia semakin bingung. Sementara Moohan menatapnya seraya tersenyum.
"Hen, biarkan anak itu bersama mama. Kamu temani saja Thalia," pinta Nyonya Brenda seraya menoleh menatap sang putra, sambil mengulurkan tangan.
"Thalia, mama bawa cucu mama keluar dulu," pamitnya kemudian setelah gadis kecil itu berada dalam gendongannya karena Thalia harus segera ditangani oleh dokter.
Wanita yang saat ini sudah terbaring dengan posisi kaki siap melahirkan, hanya bisa mengangguk pasrah. Nyonya Brenda bergegas keluar. Sementara dokter wanita langsung menempatkan diri.
Dokter berkacamata itu memberikan instruksi pada Thalia agar mengambil pernapasan dengan baik. Thalia pun patuh melakukannya. Sedetik kemudian wanita cantik itu mulai mengejan, seiring bayinya yang ingin segera keluar dan melihat indahnya dunia.
Keringat mulai bercucuran. Moohan dengan sigap mengelap keringat Thalia dengan sapu tangan miliknya. Satu tangan pria tampan itu juga menggenggam erat tangan Thalia.
Thalia terus mengejan. Bukan hanya keringat yang bercucuran, tetapi air matanya pun ikut keluar. Dia menggigit bibirnya sendiri, menikmati rasa sakit yang sangat dahsyat.
Moohan menyemangati dengan membisikkan sesuatu. "Aku sayang kamu, Thalia. Aku mencintaimu dengan segenap hatiku, Sayang. Ayo, berjuanglah untuk melahirkan anak kita. Kamu pasti bisa, Sayang. Ayo, sedikit lagi, Mommy."
Antara rasa haru dan benci bercampur menjadi satu. Di kelahiran putri pertama, Thalia berjuang seorang diri tanpa ada yang menemani. Kini, ada ayah dari bayi yang akan dia lahirkan mendampingi, tetapi sayangnya pria itu telah menorehkan luka dan mengawali hubungan dengan tidak baik.
Thalia terus berjuang dengan pikiran berkecamuk tidak karuan. Sementara Moohan dengan setia menemani di sampingnya, layaknya seorang suami yang sangat menyayangi istrinya. Suara tangis bayi yang melengking memenuhi ruangan, mengurai semua pikiran buruk yang berputar di otak Thalia dan berganti dengan ucapan penuh rasa syukur.
Moohan menitikkan air mata, melihat kelahiran putranya. Bayi mungil berjenis kelamin laki-laki, yang akan menjadi The Next Moohan. Pria tampan itu lalu menghujani Thalia dengan ciuman di wajah, seolah Thalia benar-benar istrinya.
"Anak kita sudah lahir, Sayang. Terima kasih. Terima kasih karena sudah menjaganya dengan baik selama ini. Maafkan aku Thalia, maaf atas semua yang telah aku lakukan padamu. Jangan pernah lagi kabur dariku, Sayang, karena aku tidak akan sanggup," ujar Moohan dengan sangat cepat dan begitu dekat di telinga Thalia.
Air mata pria tampan itu masih bercucuran. Dia merasa sangat bahagia, sekaligus terharu dapat menyaksikan kelahiran darah dagingnya sendiri. Sementara Thalia masih terpaku, belum bisa mempercayai semua ini.
Moohan masih setia menemani hingga Thalia dan bayinya selesai dibersihkan. Meskipun lahir di usia tujuh bulan dan dengan berat badan minimal, tetapi bayi itu sehat dan tidak kurang suatu apa. Dokter kemudian membantu Thalia dan bayinya untuk melakukan inisiasi menyusu dini.
Pria tampan itu memperhatikan dengan senyuman mengembang di bibir, melihat putra mungilnya yang bergerak lincah mencari air sumber kehidupannya. Ingin rasanya Moohan ikut berlomba dengan sang putra untuk bisa ikut menikmati air sumber kehidupan yang telah membuat dia mabuk kepayang kala itu. Tidak tahan, Moohan lalu berbisik di telinga sang putra dan dapat di dengar oleh Thalia.
"Jangan dihabiskan, Boy. Daddy juga mau mencicipi."
Reflek, Thalia memukul lengan Moohan hingga membuat pria bermata kehijauan itu tertawa senang. Semua penderitaan yang Moohan alami selama tujuh bulan ini, sirna sudah dan berganti dengan kebahagiaan yang luar biasa besarnya. Kebahagiaan yang tidak akan dapat ditukar dengan dunia dan seisinya sekalipun.
"Jangan harap, kamu bisa menyentuhku lagi, Tuan Moohan!" ancam Thalia setelah hanya ada mereka berdua di sana. Wanita cantik itu menatap Moohan dengan tatapan tajam dan pria tampan tersebut mengangguk, mengerti.
"Maaf, Thalia. Kuakui, caraku saat itu salah dan aku menyesal. Aku mencintaimu dan aku akan berjuang untuk bisa memiliki kalian dan menjaga kalian seumur hidupku," ujar Moohan, sungguh-sungguh.
Moohan telah menemukan wanita pujaan yang selama ini dia cari-cari. Pemilik perusahaan terbesar di kota tersebut tidak akan membiarkan Thalia kabur kembali dan menjauh darinya. Dia akan terus berjuang untuk bisa mendapatkan Thalia meskipun mendapatkan penolakan dari wanita yang pernah menjadi pelampiasan hasratnya itu.
Mendengar perkataan Moohan, Thalia membuang muka. Pria tampan tersebut menghela napas panjang. Dia dapat mengerti dan sangat memaklumi, kenapa Thalia sangat membencinya.
"Aku akan terus meminta maaf padamu dan terus berjuang untuk bisa mendapatkan hatimu, Sayang. Kuharap, kamu tidak bosan mendengar permintaan maafku dan juga kata-kata cinta dariku, Mother of my children," pungkas Moohan seraya tersenyum manis. Tangan pria tampan itu menggenggam erat tangan Thalia yang mencoba terus menghindar.
☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕ tbc.
Jangan lupa vote untuk janda yang mempesona ini, yah... 🥰🙏🙏