Vincent tidak pernah tahu jika bertemu dengan perempuan yang dulu pernah ada di dalam hatinya akan membuatnya se-menderita ini. Apakah ini balasan dari Lita akan kesalahannya di masa lalu, dimana dia telah menabur kan luka yang dalam terhadap wanita itu karena menikahi sahabatnya sendiri?
Lalu bagaimanakah jika cinta Vincent yang sempat redup selama dua tahun karena rumah tangganya bersama Emira yang selalu ribut hingga membuatnya menceraikan Emira kembali bergelora ketika melihat perempuan masa lalunya itu.
"Ternyata, sejak dulu memang hanya kamu yang bisa membuat jantungku berdebar kencang, Lita!" Vincent.
"Aku bukan barang yang bisa kau pilih lagi ketika kamu bosan dengan mainan lamamu!" Lita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Happy Reading
Tidak masalah jika tubuhku melar, yang penting anakku sehat. Aku pun bangkit dan menidurkan Damian di baby boxnya.
Aku berjalan ke arah lemari pakaian untuk menyimpan semua barang-barang milikku dan Vincent. Ku lepaskan dress yang tadi ku pakai setelah mandi, kemudian mengambil sebuah lingerie yang baru aku beli.
Malam ini aku ingin memberikan Vincent kejutan, aku akan membuat dia puas dan menjadikan Vincent semakin tergila-gila padaku.
Setelah beberapa saat, Vincent keluar dari dalam kamar mandi dan hanya memakai handuk di pinggangnya. Sungguh mataku tidak fokus saat melihat bagian bawahnya di antara kedua kaki. Mataku benar-benar me*um, tapi begitulah aku, tidak bisa menahan hasrat sekarang.
Mungkin hormon menyusui membuat kita jadi lebih ekspresif dan berhasrat.
Vincent tiba-tiba mendekap ku, dia mengerlingkan matanya jahil, dia sudah tahu apa yang ku inginkan.
"Malam ini akan ku buat kamu meneriakkan namaku, sayang." Vincent mencium keningku, kemudian ciumannya turun ke arah kedua mata, pipi kanan dan kiriku.
Cup, cup, cup.
Seluruh wajahku tidak luput dari sapuan bibirnya, yang terakhir Vincent menautkan bibirnya pada bibirku, memagut lembut dan menyelusuri rongga mulutku dengan lidah yang menari-nari di dalam sana.
Sungguh Vincent memang pandai dalam hal berciuman.
Tangan kanan Vincent sudah bermain di dadaku, merem*s lembut gundukan kenyal yang lumayan besar. Selain karena aku juga sedang menyusui, memang dadaku besar dari rata-rata kebanyakan wanita di luar sana.
Mulutku merancau mengeluarkan suara khas kala Vincent mencium dan menghisap leher jenjang ku. Memberikan sensasi nikmat dan nyeri yang bersamaan kala Vincent menggigitnya.
Aku semakin menikmati setiap sentuhan yang di berikan oleh suamiku. Vincent benar-benar sudah candu dengan tubuhku. Aku tahu dia selalu memujanya.
Entah berapa lama kami melakukan for play, tiba-tiba kami sudah sama-sama polos, sepertinya hasrat kami sudah sangat menggebu sampai tanganku dan Vincent sudah sudah membuang lingerie yang ku pakai dan handuk milik Vincent.
"Lita, kau adalah wanita yang berharga dalam hidupku, terima kasih karena telah melahirkan putra tampan untukku, percayalah jika aku benar-benar mencintaimu, dan aku harap kamu pun begitu," bisik Vincent sebelum memasukan miliknya.
"Aku juga sangat mencintai mu Vincent!"
Dengan sekali hentakan, milik Vincent sudah masuk sempurna di dalam, terasa sangat penuh. Maklum karena Vincent hampir tidak pernah absen memasuki ku setiap malam setelah harus berpuasa selama kurang lebih 40 hari setelah melahirkan. Sepertinya memang sudah menjadi kebutuhan pokok buat kami, terutama Vincent dan bakalan uring-uringan kalau semalam saja pria itu tidak melakukannya.
Tapi terkadang Vincent juga tahu kalau aku sedang capek saat Damian rewel seharian. Intinya dalam hubungan ini adalah saling percaya dan pengertian.
Aku terkadang yang kasihan kalau tidak bisa menuruti keinginan dan hasrat Vincent, meskipun lelah, tapi aku sendiri merasa sangat senang bisa melayani suami dengan penuh kelembutan yang mendamba.
Seperti sore ini Vincent menggerakkan tubuhnya dengan tempo sedang, menikmati tubuh ini dengan peluh yang menetes di pelipisnya.
Berkali-kali aku meneriakkan namanya, dan hal itu pula membuat suamiku itu semakin semangat.
Kami memadu kasih dengan saling memberikan kenikmatan yang tiada tara. Setelah hampir satu jam akhirnya Vincent mengeluarkan erangan panjang ketika mencapai surga dunia.
Begitupun dengan ku yang juga merasakan terbang ke awang-awang. Untung saja Damian sudah kenyang, jadi dia tidak terganggu dengan suara kami.
"Terima kasih, sayang." Vincent mencium bibirku lembut. Kemudian menjatuhkan tubuhnya di sampingku sambil tangannya masih menyentuh perutku.
Mengeratkan pelukannya dan mencium punggung ku berkali-kali. Sungguh perasaan cinta ini benar-benar membuncah untuk suamiku.