Axelle Arvinando adalah putra bungsu dari keluarga Arvinando. Dia terlahir dari keluarga terpandang dan juga terhormat. Namun, hal itu tidak akan menjamin dia akan hidup bahagia.
Sang mama dan papa selalu mementingkan urusan mereka masing-masing. Bahkan mereka selalu membanding-bandingkan Axelle dengan sang kakak. Hal itulah yang membuat Axelle menjadi seorang pemberontak dan juga jatuh kedalam dunia kebebasan.
Hingga pada suatu malam dia bertemu dengan Alissa, gadis cantik dan juga lugu. Alissa di jual oleh sang kakak untuk membayar hutangnya. Axelle yang berada di tempat itu memilih untuk membantu Alissa. Namun, mereka malah di tertangkap dan di tuduh melakukan hal yang tidak senonoh.
Bagaimanakah perjalanan cinta mereka?
yuk ikuti terus kisah mereka.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Ayah terdiam melihat kelakuan istri dan anak sambungnya itu. Tubuhnya yang terasa lelah tidak sebanding akan kelakuan kurang ajar dari istri dan anak sambungnya. Dia berlahan membuang napasnya kasar dan berjalan menuju dapur. Setelah seharian mencari penumpang membuat perutnya terasa lapar.
Dia membuka tudung nasi, dan melihat hanya tinggal sedikit nasi dan satu potong tempe goreng di sana. Seharian bekerja dan membawa uang untuk kebutuhan sehari-hari tidak membuatnya bisa makan dengan layak. Setiap hari dia hanya makan nasi sisa, dan lauk sisa Tini dan Niko. Bahkan tidak jarang dia hanya mengunakan garam untuk lauknya.
Setelah selesai mengisi perutnya dia berjalan menuju kamarnya. Dia melihat Tini sang istri sedang tidur santai sambil memainkan ponselnya. Ayah yang merasa seluruh tubuhnya yang lelah mencoba untuk menyuruh Tini untuk memijit nya.
"Ma! tolong pijitin badan ayah dong. Badan ayah sangat lelah," ucap Ayah menatap istrinya.
"Enak saja! nanti kuku mama jadi rusak. Lebih baik ayah mandi saja, setelah itu tidur. Nanti juga capeknya hilang sendiri," oceh Tini memperlihatkan kukunya yang baru di warnai.
"Eh, Yah! ayah tau gak di mana Alissa sekarang. Setelah mama pikir-pikir keluarga kita tidak lengkap tanpa kehadirannya," ucap Tini mulai bersandiwara.
Mendengar ucapan istrinya itu, Ayah langsung mengerutkan keningnya binggung. Dia merasa heran kenapa tiba-tiba istrinya berubah seperti itu. Padahal selama ini dia selalu menyiksa Alissa selama tinggal bersama mereka. Bahkan tidak jarang dia mengatakan jika Alissa adalah beban baginya. Walaupun Alissa lah yang selalu membiayai kebutuhan mereka.
"Ayah tidak tau! lagian kenapa mama bicara seperti itu? bukankah selama ini mama selalu menyiksanya. Bahkan mama juga sering menyuruhnya tidur di teras," ucap Ayah.
"Itu kan dulu, Yah! coba ayah pikirkan, jika Alissa di sini dia bisa membantu ayah untuk mencari uang. Jadi ayah tidak perlu pagi narik sampai tengah malam seperti ini. Kita coba cari dia ya, Yah," ucap Tini bergelut manja.
"Baiklah! besok ayah akan coba mencari dia," ucao Ayah mengangguk patuh lalu bangkit dari duduknya.
Dia berlahan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi dia melihat Tini sudah tertidur dengan lelapnya. Kemudian Ayah kembali melangkahkan kakinya menuju kamar belakang. Di mana kamar itu adalah kamar yang di tempati Alissa setiap malamnya.
Ayah menatap kamar yang sangat sempit itu dengan tatapan penuh kerinduan. Di sana terlihat pakaian Alissa yang di simban di kardus bekas. Bukan hanya itu, di sana juga terlihat kardus bekas untuk alas tempat tidur Alissa. Sudah lengkap penderitaan Alissa selama tinggal dengan keluarga yang tidak punya hati itu.
"Nak! kau di mana? ayah merindukanmu," ucap Ayah memeluk selimut yang biasa Alissa gunakan saat tidur.
Ayah mencoba membaringkan tubuhnya di atas kardus bekas itu. Dingin tentu saja. Bukan hanya itu, saat bangun tidur sudah di pastikan badannya akan sakit semua. Namun, Alissa tidak pernah mengeluh akan semua keadaannya itu. Dia selalu tersenyum walaupun siksaan yang bertubi-tubi datang menimpanya setiap harinya.
Ayah mencoba memejamkan matanya sambil memeluk selimut Alissa. Dia berharap agar dia bisa di pertemukan kembali dengan Alissa. Jika mendiang istrinya tau tentang semua perbuatannya kepada Alissa. Sudah di pastikan dia akan sangat kecewa dan benci kepadanya.
...----------------...
Di saat Axelle sedang tertidur dengan lelapnya, tiba-tiba Alissa sedang terbangun dari tidurnya. Dia menatap tangan Axelle yang melingkar indah di perutnya. Berlahan air matanya menetes melihat wajah tampan suaminya yang sedang tertidur dengan lelapnya. Tak Henti-hentinya Alissa mengucapkan kata syukur karena Allah telah menghadirkan Axelle kedalam kehidupannya.
Bagi Alissa, Axelle bukan hanya suami yang harus dia hormati. Namun, dia juga menganggap Axelle sebagai dewa penolongnya. Dewa yang telah berhasil mengeluarkan dirinya dari lembah penderitaan yang sangat menyakitkan. Bahkan dia selalu berusaha untuk membuat Alissa merasa bahagia. Alissa merasa jika dia telah jatuh ke tangan yang begitu tepat.
Alissa berlahan menggenggam Tangan Axelle. Tangan yang selalu memberikan sentuhan lembut untuknya. Tangan yang selalu menghapus air matanya. Bahkan dia juga sudah di perlakukan layaknya ratu oleh Axelle.Menikah dengan Axelle adalah hal yang paling berharga untuknya.
"Terima kasih! Terima kasih karena telah hadir di kehidupanku. Kehadiranmu telah menjadikan hidupku menjadi lebih berguna. Aku mencintaimu, Sayang," ucap Alissa mengelus lembut wajah tampan Axelle.
"Aku juga mencintaimu, Sayang. Terima kasih juga karena telah hadir di dalam hidupku. Karena kehadiranmu telah menjadikan hidupku jauh lebih baik lagi," ucap Axelle membuka matanya lalu menggenggam tangan Alissa dan menciumuanya dengan lembut.
Mendengar ucapan Axelle, Alissa langsung menunduk malu. Dia tidak menyangka jika ternyata ucapannya di dengar oleh Axelle. Walaupun Axelle adalah suaminya, akan tetapi dia tetap merasa malu.
"Kenapa kau malu seperti itu?" tanya Axelle tersenyum sambil menarik dagu Alissa.
"Tidak! tidak Apa-apa. Lebih baik kita tidur lagi. Ingat besok kita harus kuliah," ucap Alissa mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah! kita tidur lagi ya," ucap Axelle membawa Alissa ke dalam pelukannya.
"Tapi! apa datang bulanmu sudah selesai?" tanya Axelle mengingat jika miliknya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sarangnya.
"Belum! tinggal sedikit lagi. Mungkin besok," ucap Alissa sehingga membuat Axelle langsung lemas seketika.
"Huff! kenapa lama sekali sih," gumam Axelle kesal lalu menengelamkan wajahnya di leher jenjang Alissa.
"Ayo tidur lagi!" ucap Axelle memejamkan matanya.
Mendengar ucapan Axelle, Alissa hanya mengangguk lalu memejamkan matanya. Keduanya kembali larut dalam tidur mereka sambil berpelukan dengan mesranya.
Bersambung.....