Hai! Kali ini, Novel saya menceritakan tentang seorang gadis Muslimah yang bertemu dengan seorang ketua geng motor yang hampir menabraknya. Bagaimana kisah manis mereka bisa terjalin? Yuk simak kisahnya di sini ya. Jangan lupa kasih dukungan kalian ya. Terimakasih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Didatangi Ibunya Syahdan
"Kak, aku mohon untuk yang terakhir kali, tinggalkan geng motor dan balapan liar. Bukankah Kakak tidak ingin mendengar hinaan dari Papanya Kak Syahdan lagi yang menyakitkan hati itu?" ucap Syana memohon sebelum mereka pergi menuju kegiatannya masing-masing.
"Sya, aku belum bisa melepaskan hoby aku yang memacu adrenalin ini. Lagipula dari balapan liar ini aku bisa menghasilkan uang," tukas Syahdan sembari mengenakan pakaiannya.
Syana diam untuk sejenak, dia kesal dengan penolakan Syahdan.
"Kalau begitu, aku malas tinggal lagi dengan Kakak di apartemen ini. Lebih baik aku pergi," tukas Syana seolah menakuti Syahdan.
Syahdan menatap Syana dan menghentikan aktivitasnya menggunakan pakaian.
"Kamu serius akan pergi jika aku tidak meninggalkan balapan liar ini?" tanya Syahdan menatap lekat ke arah Syana.
"Bukan hanya balapan liarnya, tapi juga geng motornya. Kakak berhenti total semua dua kegiatan itu," tekan Syana sebagai syarat terakhirnya.
"Tapi, Sya."
"Tidak ada tapi-tapian. Kalau Kakak memang mencintai aku dan ingin dicintai aku, maka sebagai syaratnya tinggalkan kedua kegiatan yang membuat Kakak jadi bahan hinaan Papa Kak Syahdan," tekan Syana lagi tidak ada ampun.
"Ok, Sya, kalau begitu aku akan ikuti permintaan kamu. Tapi aku mohon, ini sekali saja untuk terakhir kali aku main balapan," ucap Syahdan menatap Syana sebagai bentuk permohonan.
Syana balik menatap lekat Syahdan dengan mencari kesungguhan di wajah Syahdan. Tapi belum kelihatan kesungguhan itu dan Syana menyerah.
"Ok, aku simpan janji Kakak. Jika Kakak mengingkarinya, maka aku tidak mau tahu lagi tentang hal yang berhubungan dengan Kakak lagi," tegas Syana sembari berkemas.
"Tapi jawab dulu pertanyaan aku."
"Apa?" heran Syana.
"Katakan kalau kamu mencintai aku, ya atau tidak?" Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sulit untuk dijawab Syana. Dia sebetulnya sudah ada rasa pada Syahdan. Namun Syana gengsi menyatakannya. Biarlah Syahdan dulu yang memiliki rasa itu, supaya cowok urakan itu merasa membutuhkannya.
"Sya?" ulangnya.
"Nilai sendiri oleh Kakak," jawab Syana membuat Syahdan bingung. Syana segera bersiap-siap untuk pergi bekerja. Syahdan pun mengikuti apa yang Syana lakukan, dia segera memperlengkap dandanannya. Helm besar dengan kaca mata hitam. Jujur saja bagi Syana, melihat Syahdan berpakaian seperti itu dan kepalanya ditutup helm dan kaca mata, Syana berdecak kagum. Dari pinggir nampak maco dan tampan. Itu hanya melihat tampilan saat menggunakan helm. Apalagi saat wajah telanjang sangat tampan.
"Sya, kamu mengagumi aku, ya?" tanya Syahdan percaya diri dengan senyum yang merekah.
"Ayo, Kak," ajak Syana mengalihkan godaan Syahdan yang lebih bikin Syana malu.
"Pegangan yang erat, Sya. Aku, kan, suami kamu," titah Syahdan saat Syana menaiki motor di belakangnya. Syana mengikuti maunya Syahdan, sebab dia memang takut jatuh jika tidak memegang pinggang Syahdan.
Tiba di jalan Sudirman, rupanya pergerakan motor Syahdan diawasi seseorang di dalam mewah. Mobil yang dijalankan seorang Supir itu mengikuti ke mana motor Syahdan berjalan.
"Oh di situ rupanya, perempuan muda itu berhenti. Namun Syahdan pergi lagi. Sepertinya perempuan muda itu bekerja di sana."
Syahdan pergi lagi setelah mengantar Syana ke toko. Lalu mobil mewah yang mengikutinya juga berhenti beberapa meter dari toko buku besar itu.
Seorang wanita 48 tahun keluar dari mobil mewah dengan menenteng sebuah tas mahal.
"Bi, tunggu sebentar, ya, saya kesana dulu,"
pamit Bu Syarimi pada Bi Sida pembantunya.
"Baik Nyonya," ucap Bi Sida.
Perempuan yang ternyata Ibunya Syahdan itu menghampiri toko buku besar yang di masuki Syana. Lalu dia pura-pura memanggil Syana seperti pembeli biasanya.
"Mbak, boleh saya bicara sebentar dengan pemilik toko ini?" tanya Bu Syarimi pada Syana.
. "Ohh, Ibu mau bicara dengan Bos kami? Tunggu sebentar, ya, Bu, saya bilang dulu Bos saya," ujar Syana sembari menghampiri Bosnya yang saat ini hanya diawasi istrinya.
"**Bu Syafa**, maaf, di depan ada seorang pembeli yang ingin berbicara dengan Ibu," ucap Syana memberitahu. Bu Syafa sang Bos segera berdiri dan tersenyum ke arah Syana sembari menghampiri wanita yang ingin berbicara dengannya.
"Iya, ada apa, Bu?" tanya Bosnya Syana. Kemudian keduanya terlibat sebuah obrolan yang entah apa, sementara Syana dan rekan-rekan lainnya merapikan buku-buku yang dikirim dari penerbit.
"Syana!" Tiba-tiba Bos pemilik toko memanggil Syana. Syana segera menghampiri dengan raut heran.
"Ibu ini minta ijin ingin bicara dengan kamu. Saya kasih ijin setengah jam mulai dari sekarang," ucap Bu Syafa pada Syana. Syana sekejab heran, kok malah Ibu yang diduganya pembeli yang ingin berbicara padanya.
"Ikut saya," ajaknya meraih tangan Syana dan mengajaknya menjauh dari toko itu. Walaupun heran, Syana tetap mengikuti Ibu itu.
Syana diajak menjauh dari toko itu, dan duduk di sebuah kafe yang meja pengunjungnya ada di luar ruangan kafe.
"Duduklah," titahnya. Syana mengikuti perintah Bu Syarimi, dia duduk dengan hati yang masih heran dan bertanya-tanya.
"Ibu, mau bicara apa? Kenapa ingin bicara dengan saya?" tanya Syana sopan.
"Dengarkan saya, saya adalah Ibunya Syahdan Syaehdar, mendatangi kamu di sini tidak lain hanya ingin tahu hubungan kalian yang sesungguhnya seperti apa, apakah benar kalian sudah menikah dan saling mencintai?" tanya Bu Syarimi seperti sedang menyelidikinya.
Syana sejenak diam, dia tidak sangka akan bertemu langsung dengan Ibunya Syahdan. Wanita berumur itu sangat cantik dan modis, ditunjang dengan tas mahal yang melingkar di tangannya semakin membuat Syana berdecak kagum. Terlebih dia tadi menyebutkan bahwa dirinya adalah Ibu kandung Syahdan Syaehdar. Itu artinya dia kini sedang berhadapan dengan Ibu mertuanya.
Pantas saja Syahdan sangat tampan, Ibunya saja cantik dan modis. "Jangan-jangan Kak Syahdan adalah orang berada. Ahhh semakin minderlah Syana jika benar.
" Siapa namamu? Aku ulang apakah benar kalian sudah menikah dan saling mencintai?" ulang Bu Syarimi menatap Syana meminta kejujuran gadis muda itu.
"Iya benar, kami sudah menikah, Bu. Dan kami saling mencintai satu sama lain," jawab Syana sesungguhnya.
"Ok, saya sudah mendengar pengakuan kamu yang sudah menikah dengan anak saya dan mencintai anak saya."
Syana sejenak diam guna mencerna semua omongan Bu Syarimi barusan.
"Kalau memang benar begitu. Kamu tentunya tahu masalah Syahdan saat ini? Saya ingin kamu rubah dia ke jalan yang benar. Saya juga ingin anak saya meninggalkan geng motornya sama balapan liarnya. Jika kamu mampu membuat Syahdan berhenti dari dua hal itu, maka tangan saya terbuka menerima kamu jadi menantu," jelas Bu Syarimi penuh penekanan seolah memberikan tugas di pundak Syana.
"Kebetulan, Bu, saat ini saya sedang melakukan itu untuk Kak Syahdan secara perlahan. Saya sedang berusaha," ucap Syana memberi kepastian pada Bu Syarimi.
"Ok, kalau begitu kamu buktikan. Saya permisi dulu," ucapnya sembari berpamitan. Sebelum Bu Syarimi pergi, Syana sempat mencium tangan Bu Syarimi sebagai penghormatan kepada Ibunya Syahdan. Bu Syarimi pergi dengan diantar tatap kagum Syana.
sya sya semua siih...
typo kan tuuu..
harusnya Syila sama Sailendra..
lucu kayaknya...
Syana, shaina, syalala syahdu
semangat