Mendadak Dinikahi Brondong

Jebakan Nadia

Sesuai kesepakatan antara Nadia dan Baim, Rangga menginap di rumah Arman selama seminggu dan itu membuat Arman maupun Rangga sangat senang, Aisyah juga merasa senang dengan kehadiran anak suaminya itu.

Rangga merasa nyaman dengan sikap Aisyah, bahkan Dia seakan merasakan kasih sayang seorang Ibu yang sebenarnya dari Aisyah, hal yang belum Ia rasakan semenjak bersama Ibu kandung nya sendiri.

Sementara Baim, Ia nampak bersiap-siap hendak pergi menemui Nadia sebagai persyaratan yang di ajukan Nadia, Baim pun tidak berani bicara jujur pada Nur.

"Bun, Ayah pergi dulu ya, mau ketemu temen, ada urusan penting, " Baim berpamitan tanpa memberitahukan tujuannya.

"Hmmm...tapi jangan malam-malam yah, "pinta Nur yang merasa berat dengan kepergian Suaminya malam itu.

"Iya, Assalamualaikum "Baim hanya bisa berlalu dengan prasaan mengambang.

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan Yah"Nur mengiringi kepergian suaminya dengan doa.

Baim pun berangkat dengan perasaan tak menentu, merasa bersalah pada istrinya, tapi juga itu demi Arman dan Rangga, apalagi Baim adalah orang yang berpegang teguh dengan komitmennya bahwa janji harus ditepati.

Apalagi posisinya sekarang adalah berjanji dengan Nadia yang apabila permintaan nya tidak terpenuhi, Dia akan melakukan apapun dan itu yang menjadi dilema bagi Baim, Karna Ia tahu bagaimana sifat mantan kekasihnya itu.

Baim juga ingat dengan kata kakak nya, bahwa Nadia sengaja menfitnahnya selingkuh agar Dia bisa memperoleh hak asuh Rangga dan memaksa minta uang bulanan yang entah untuk apa, dan kalau terlambat di transfer, Nadia pun akan marah dan memposting sesuatu yang menyudutkan Arman dan Aisyah.

Mengingat itu hati Baim sebenarnya menahan emosi pada Nadia, cinta yang dulu ada kini menjadi sebuah kebencian.

Sekitar satu jam kemudian, Baim sampai di tempat tujuan, telat 15 menit dari yang ditentukan Nadia, yang ternyata Nadia sudah berada di sana sejak tadi. Baim pun hanya bisa langsung duduk tanpa menyapa atau sekedar minta maaf.

"Kamu banyak berubah ya sekarang, dulu waktu kita menjadi pasangan kekasih, kamu tidak pernah terlambat bahkan selalu datang lebih awal dari yang kita janjikan" Nadia membuka percakapan.

Ingatan Baim pun melayang pada saat Dia dan Nadia dulu nge Date di sebuah cafe dengan suasana yang sangat romantis, dimana Ia datang 30menit lebih awal dari waktu yang di tentukan, dan semua itu hanya untuk menyiapkan kata-kata romantis terbaik dari Baim untuk Nadia dan Ia juga mempersiapkan hadiah berupa seikat bunga dan coklat serta sebuah kalung emas.

'Ternyata sebegitu bucin nya dulu Aku pada Nadia, sampai-sampai rela melakukan apapun untuk nya, asalkan Nadia bahagia, Aku bahkan tidak peduli saat orang tuaku memarahiku karna Aku menggunakan uang spp untuk membelikan hadiah-hadiah untuk Nadia, Tapi, Sekarang Aku merasa menyesal dengan cinta yang dulu Aku agung-agung kan itu' Batin Baim berkelana, tapi lamunan nya buyar tatkala Nadia memanggilnya.

"Alfin...Alfin..,Hey...kamu pasti teringat saat-saat kita masih bersama kan ?!" Ucap Nadia dengan senyum menggoda, Baim hanya terdiam, sejurus Ia menatap Nadia.

'Dari dulu Nadia memang cantik, wajah nya yang putih mulus karna dari dulu Ia memang rajin perawatan, Dulj Dia sering memintaku menemani dan membayarkannnya saat Dia sedang perawatan, tas nya yang Ia bawa saat ini terlihat mewah sudah pasti itu harganya puluhan jutaan, serta gaun yang di kenakannya, seperti dari Butik ternama.

Sudah pasti gaya hidupnya nya itulah yang membuat Kakak ku tidak betah, sebab kakak ku tipe orang yang realistis, yang tidak menyukai hal-hal yang berlebihan, Dia hanya membeli apa yang Ia butuhkan, membeli bukan untuk koleksi' pikiran Baim melayang lagi.

Penampilan Nadia memang terlihat sempurna di mata laki-laki lain, make up nya yang look korean serta rambutnya yang terurai bebas, serta dres warna pink yang membuat tampilan nya terlihat anggun itu tidak membuat Baim terpesona.

"Sebenarnya ada hal penting apa yang akan kamu bicarakan sampai kau meminta syarat agar kita dinner seperti ini, bukankan kau tahu sekarang Aku sudah menikah dan punya anak ?"guman Baim.

"Santai dikit lah, anggap saja kita sedang reuni, hayuk, kita bicara sambil makan, kasian makanannya itu sudah dari tadi menunggumu " Nadia hanya menjawab santai.

"Aku hanya ingin mengulang rindu, ingin merasakan lagi rasa dan moment yang pernah kita lalui bersama saat kita masih bersama, waktu itu kau sangat mencintaiku, memperlakukanku dengan romantis dan Aku sangat bahagia saat Aku mengenang ciuman pertama kita" Nadia sengaja memancing Baim.

"Sudah, jangan bicarakan yang sudah berlalu !" Baim tersedat spagethi yang sedang Ia makan, tubuhnya menegang, Ia pun segera meminum lemon teanya.

Karna bagaimanapun juga ingatan Baim tentu tertuju pada perkataan Nadia barusan, dimana Dia dan Nadia melakukan ciuman pertama mereka dengan penuh penghayatan dan kehangatan, karna saat itu mereka memang saling mencintai.

"Aku kan hanya ingin mengulang rindu, Hanya berkisah, bukan meminta, saat dimana kita menyatukan dua cinta dalan satu ciuman hangat yang takkan pernah bisa Aku lupakan" Nadia masih belum puas memancing Baim.

"Kau masih seperti dulu, tampan , **** dan hot, yang pastinya sekarang sudah lebih matang" Nadia meraih tangan Baim, tapi Baim menarik tangannya, Ia mencoba menahan gejolak yang tib-tiba muncul di sekujur tubuh nya, Tapi Ia segera menetralisir keadaan dengan meyakinkan dirinya, bahwa ada Nur, sang istri yang sedang menunggunya pulang.

"Aku sudah selesai makan, boleh Aku pulang sekarang !"pinta Baim,

"Boleh, silahkan saja, tapi tunggu saja sesuatu yang akan segera viral di sosmed, tentang kakakmu dan pelakor itu karna Ia membawa Rangga dengan paksa" dengan suara lembut tapi bak busur panah, seakan membuat Baim tersungkur tak berdaya.

"Kenapa kamu menfitnah kak Arman selingkuh dan memanfaatkan Rangga ?"

"Kamu lebih percaya pada kakak mu?"

"Tentu, karna Aku mengenalnya sejak kecil, Dia tidak mungkin selingkuh !"

"Ya sudahlah jangan bahas kakakmu, Aku ingin bertemu denganu karna Aku merindukanmu, bukan untuk membahas kakakmu" Ujar Nadia enteng seraya menyantap steak yang di pesan nya.

"Kamu mau begitu terus dan tidak mau memakan makanan yang sudah aku pesan"guman Nadia sampil menjatuhkan tatapan nya pada hidangan di depan Alfin.

"Jujur, Aku merindukanmu, bagaimampun juga dulu kita terbilang lama menjalin hubungan pacaran, pasti masih ada sisa-sisa cinta dihatimu padaku, kan ! seperti Aku masih mencintaimu " ujar Nadia lagi.

"Ingat ya, disini yang menghianati cinta itu kamu, kamu lebih memilih kakakku karna katamu dia lebih mapan, dan setelah kejadiam itu, hilang sudah semua rasa cinta dihatiku tanpa sisa" tekan Baim.

"Aku tidak menghianatimu, itu mungkin sudah jalan nya, tapi sekarang kita dipertemukan oleh moment yang pas untuk mengulang rindu yang Aku impikan bersamamu, "Nadia masih berusaha meyakinkan Baim.

"Kamu !" Baim terlihat marah, tapi Ia tidak bisa menumpahkan emosinya, Ia merasa kepala nya sakit dan sekujur tubuhnya terasa panas dan menegang.

"Alfin, kamu kenapa ?"Nadia menghampiri Baim, Ia memberi perhatian dan hendak membopong nya, meski Baim menepisnya, tapi Nadia tidak putus asa.

"Ayo , Aku antar Kamu ke mobilmu, mana kuncinya, " ujarnya , Baim yang merasa kepalanya sangat berat, hanya bisa pasrah, Nadia pun membopong Baim menuju parkiran, setelah sampai di mobilnya, Nadia siap mengemudikan mobil Alfin dengan senyum sumringah.

Baim yang setengah sadar, hanya bisa mengeluh kesakitan dan merasakan panas di sekujur tubuh nya.

Nadia pun segera menyetir mobil Baim dan segera membawa Baim, hendak memberi pertolongan pada Baim yang tiba-tiba mau pingsan itu.