Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 28# Wisuda
"Mas, aku berangkat," ucap Alea seraya menghampiri Ravka.
Pemuda itu masih tetap setia dalam kebungkamannya. Ia masih asik memainkan jemarinya di atas toots laptop di pangkuannya, tanpa menghiraukan Alea yang mendekat kepadanya.
"Kasih waktu buat dirimu sendiri untuk beristirahat mas. Kamu sudah bekerja setiap hari dari pagi hingga malam. Weekend mestinya waktu buat kamu mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Jangan di porsir untuk terus bekerja," ujar Alea sebelum meninggalkan Ravka dalam kesendirian.
Gadis itu kemudian berlalu dari hadapan Suaminya. Membiarkan Ravka menyibukkan dirinya dengan laptop serta telpon pintar yang tiada berhenti berdering. Teknologi yang menghubungkan ia dengan dunia luar dari bilik kamarnya.
Apa lagi sih Mas, yang kamu cari? Kamu sudah di hujani dengan materi yang melimpah, tapi masih aja ngoyo bekerja tiada henti. Tidak sekalipun aku melihat kamu memberikan waktu bagi dirimu sendiri bersantai - Alea menghembuskan nafas melihat suaminya yang gila kerja.
Semakin hari, Alea merasa semakin kesulitan memahami pemuda itu. Tidak dapat mengerti jalan pikiran suaminya, apalagi menerka apa yang sesungguhnya Ravka inginkan dalam hidupnya.
"Ma, Alea pamit dulu," ucap Alea setelah menemui ibu mertuanya di ruang tengah. Beberapa hari terakhir, membuat kedekatan Alea dengan ibu mertuanya semakin erat.
Alea tak tahu apa yang membuat wanita paruh baya itu merubah sikap terhadap dirinya. Namun, Ia tidak mau ambil pusing dan hanya ingin menikmati perlakuan Dilla yang menampakan kasih sayang kepadanya.
"Kamu berangkat sama siapa? Ga minta dianterin sama Ravka?" tanya Dilla.
"Mas Ravka sepertinya masih sibuk. Aku sudah pesan taksi online kok Ma,"
"Kok pake taksi? Mama panggilin Dito dulu deh, biar dia anter kamu," ucap Dilla yang sudah bersiap-siap memanggil salah satu supir yang selalu siap kapanpun dibutuhkan.
"Ga usah Ma, ga apa-apa. Lagi juga taksinya sudah sampai. Kasihan kalau harus aku cancel," ucap Alea seraya tersenyum.
"Nanti Mama nyusul kesana yah. Alamatnya ada di undangan yang kemaren kamu kasihkan?"
"Iya Ma. Tapi beneran ga ngerepotin Mama, kalau datang ke acara wisuda aku?"
"Tentu enggak dong sayang. Mama justru bangga bisa ngehadirin wisuda mantu Mama. Itu artinya Mama punya mantu yang peduli sama pendidikan," Dilla meraih tangan Alea, membawanya ke dalam genggaman tangannya demi menyalurkan dukungan terhadap gadis itu. Semakin mengenal Alea, ia semakin terpesona pada kepribadian yang dipancarkan menantunya itu.
"Yasudah sana berangkat, biar tidak terlambat. Maaf Mama ga bisa berangkat bareng kamu. Masih ada yang harus Mama kerjakan dulu,"
"Iya Ma, ga apa-apa kok. Alea berangkat yah Ma," ucap Alea seraya meraih tangan Dilla dan memcium punggung tangannya. "Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
*********
"Ma, ini kita mau kemana sih? Pake bawa buket bunga segala," seru Ravka malas mengiringi langkah Ibunya.
Pemuda itu tengah menenggelamkan diri dengan pekerjaannya ketika Dilla memaksanya untuk menemani Ibunya itu pergi.
"Tar juga kamu tau sendiri. Lagipula ini hari minggu, untuk apa kamu bekerja di hari libur? Ibu perhatikan kamu itu bekerja lebih keras dari pada Alex. Padahal dia seharusnya memiliki beban kerja lebih berat dari pada kamu sebagai seorang CEO. Bukan sebaliknya," omel Dilla kesal.
"Sudahlah, Ma. Ravka melakulan ini semua bukan untuk Mas Alex kok, tapi untuk Kakek,"
"Tapi tetap saja, Mama tidak suka melihat kamu yang harus banting tulang demi kemajuan perusahaan seorang diri. Sementara Alex sibuk bepergian keluar negeri bersama istrinya. Toh kalian juga sama-sama pengantin baru. Sudah sepantasnya kamu juga mengajak Alea untuk berlibur dan menikmati bulan madu kalian,"
"Mama kenapa jadi bahas ini sih?" ucap Ravka jengah merasa enggan membahas soal bulan madu.
"Yah memang sudah seharusnya kamu mengajak Alea untuk jalan-jalan. Bagaimanapun kalian sudah menikah Ravka. Kamu sudah harus melupakan Sherly, karena sekarang dia sudah jadi ipar kamu,"
"Aku tahu, Ma. Kalau soal Sherly, Mama tidak perlu khawatir. Aku sadar diri kok, tidak akan mungkin bermain api dengan keluarga ku sendiri,"
"Mama pegang ucapan kamu. Pokonya kamu harus jauhi gadis itu. Mama percaya sama kamu, tapi tidak sama Sherly. Jangan sampai kamu tergoda oleh istri kakakmu sendiri,"
"Iya Ma, Ravka ngerti,"
"Lagipula istri kamu jauh lebih cantik dari pada dia. Alea itu cantiknya luar dan dalam,"
Ravka menautkan kedua alisnya. Selama perjalanan tadi Ibunya itu tidak hentinya membicarakan Alea. Bahkan tak sedikit ia menyelipkan berbagai pujian untuk gadis itu. Pemuda itu semakin heran saat ia tiba di depan sebuah Ballrom dengan spanduk bertuliskan acara wisuda di depannya.
"Kita ga salah tempat, Ma?" tanya Ravka heran saat Dilla mengeluarkan undangan dari dalam tasnya dan menyerahkannya kepada pantia di depan pintu masuk Ballroom.
"Enggak salah, emang Mama mau ngajak kamu kesini,"
"Ngapain Mama ngajak aku kesini? Lagian siapa yang wisuda sih, Ma? sampe bela-belain maksa aku untuk nemenin Mama" tanya Ravka tak bisa menghilangkan ekspresi heran di wajahnya.
"Udah ayok masuk," Dilla tidak menghiraukan pertanyaan Ravka dan melenggang memasuki Ballroom.
Tepat saat keduanya memasuki Ballrom dan mencari kursi kosong untuk mereka tempati, suara MC diatas panggung memanggil para lulusan terbaik untuk naik ke atas panggung.
Mata Ravka terbelalak saat nama Alea Prameswari dipanggil naik ke atas panggung sebagai lulusan terbaik dengan nilai nyaris sempurna. Ravka selama ini mengira Alea hanya anak remaja tanggung yang mungkin baru lulus SMU melihat dari wajahnya. Dia tidak menyangka bahwa gadis itu ternyata sudah menyelsaikan kuliahnya, bahkan dengan nilai IPK tiga koma sembilan puluh enam.
Tak beberapa lama setelah itu, Alea menuruni panggung dengan senyum merekah di wajahnya. Sambil menggenggam buket bunga di tangan kanan serta sertifikat di tangan kiri, Alea berjalan tegap. Kebanggaan terpancar diwajahnya yang tampak lebih dewasa hari ini. Ia merasa senang dan bangga akan dirinya sendiri. Sesuatu yang memang pantas untuk ia banggakan.
"Kak Al, selamat yah. Aku ga heran kalau Kak Al jadi lulusan terbaik. Kak Al memang hebat," puji Kania saat kakak sepupunya sudah menghampiri dirinya.
"Terimakasih Kania," ucap Alea masih dengan senyum yang tak pernah surut dari wajahnya. Mereka kemudian berbincang sambil menunggu para wisudawan lain ditahbiskan menjadi sarjan.
Setelah acara wisuda usai, Alea berjalan keluar ruangan bersama dengan Kania disampingnya.
"Selamat yah sayang," sebuah suara menehntikan langkah Alea.
Ia mendapati Ibu mertuanya menghampiri dirinya bersama dengan Ravka disebelahnya.
"Mama sama Mas Ravka dateng?!" ucap Alea dengan binar kebahagian tidak dapat ia tutupi menghiasi kedua matanya.
"Tentu saja Mama dateng, kan Mama sudah janji. Cuma tadi Mama telat nyampenya, jadi Mama kebagian bangku di bagian belakang,"
"Makasih yah Ma, udah mau menyempatkan diri dateng ke acara wisuda aku,"
"Iya sayang. Mama bangga lho sama kamu. Mama ga nyangka, ternyata kamu anak yang cerdas," ucap Dilla seraya membelai pipi Alea dengan penuh kasih.
"Mama terlalu memuji," ucap Alea salah tingkah.
"Ravka, ayo kasih selamat buat istrimu," Dilla mendelik tajam kepada Ravka yang berdiri di sebelahnya.
"Selamat kamu jadi lulusan terbaik," ucap Ravka datar seraya menyerahkan buket bunga yang sedari tadi ia bawa-bawa karena paksaan Ibunya.
Ia sungguh merasa enggan berbasa basi dengan gadis di hadapannya ini, kalau saja tidak ada Ibu disebelahnya. Setidaknya ia akan berusaha bersikap baik kepada Alea di depan Ibunya, supaya wanita paruh baya itu tidak akan menggerecoki hubungan ia dengan Alea.
**********************************************
Hallo readers ku tersayang. Minal aidin walfaidzin yah..
Maafkan author yang baru bisa up date sekarang. Habis disibukkan denga aktivitas menjelang lebaran, niatnya mau up date setelah lebaran.. eh dua balita ku butuh perhatian ekstra.. dua2nya flu dan masuk angin berbarengan.. jadi molor deh up datenya.. sekali lagi maaf yah..
Happy Reading buat semuanya, sekali lagi terimakasih sudah bersedia menunggu lanjutan kisah Alea dan Ravka...
oia hari ini author bakal update dua part yah.. jadi tunggu aja satu laginya meluncur agak siangan dikit..
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler