Menikahi Pria Gila

"Kenapa bibi tidak melapor ke polisi?" tanya Medina ketika Bi inah berhenti bercerita.

"Itu tidak akan berhasil!" ucap Bi inah.

Sementara Bi inah pergi, Medina menjaga Firo di kamarnya.

Perlahan netra Firo terbuka di depan sudah ada Medina duduk di sampingnya.

"Kenapa dengan aku?" dengan suara pelan Firo bertanya.

Sebenarnya Medina ingin bertanya banyak kepada Firo kenapa dirinya bisa terluka. Tetapi ketika melihat Firo masi lemas diurungkannya niatnya.

"Kenapa aku harus di infus?" Firo mengerakkan tubuhnya duduk bersandar di tepi tempat tidurnya.

Firo memegangi perutnya yang masih nyeri.

"Tuan sebaiknya tidak usah banyak bergerak!" Medina membantu Firo.

"Tuan makan dulu ya, Aku suapi."

Medina menyuapi Firo sesuap demi sesuap.

Biasanya Firo tak mau makan kalau sedang sakit, Tapi karena Medina yang menyuapinya Firo melahapnya sampai habis.

Setelah itu Medina memberikan obat kepada Firo untuk di minum.

Medina sangat telaten merawatnya.

"Kalau seperti ini terus, mending aku sakit saja setiap hari," ucap Firo kepada Medina.

"Ucapan adalah doa, Mau tiap hari tangannya harus di infus?" seru Medina.

"Aku tidak peduli, yang penting kamu selalu bersamaku," Ucap Firo merayu.

Medina yang disebelahnya tampak tersipu malu

"Tuan, Terima kasih sudah menolongku kemarin" ucap Medina.

Firo hanya tersenyum menanggapi.

"Memangnya aku menolong apa?" Firo pura-pura tidak tau.

"Ah Tuan tak usah berpura-pura," seru Medina.

Firo mendekati Medina.

"Aku beneran menyukaimu, Aku sayang kamu"

Deg.

Ucapan Firo membuat jantung Medina berhenti berdetak.

Apakah tadi dia sedang menyatakan cinta? batin Medina.

"Aku tidak peduli kamu mencintaiku atau tidak, yang aku inginkan adalah bagaimanapun aku kamu harus selalu di sisiku" Firo mendekatkan tangan Medina ke dadanya.

Firo tampak tulus dengan kata-kata nya.

Medina hanya diam tidak bisa berkata apa-apa.

"Maaf tuan, aku mau ke belakang dulu" Dari pada suasana menjadi canggung Medina memilih pergi.

Sambil berdiri di depan cermin Medina melamun, Dia tidak mengerti mengenai perasaanya.

Medina hanya merasa kasihan kepada Firo tidak lebih.

***

Sudah tiga hari Medina merawat Firo dengan sangat telaten. Keadaan Firo juga sudah membaik. Beberapa hari ini Firo tidak mandi, Badannya terasa gerah.

"Rasanya gatel banget, mana bau lagi" Firo mencium badannya sambil menutup hidungnya.

Di bukanya baju dan celananya. Firo meraih handuk dan melingkarkan ke pinggangnya.

Tak begitu lama,

Medina masuk ke kamarnya hendak memastikan keadaan Firo baik-baik saja.

Tiba-tiba,

"Haah.. " Medina menjerit sambil menutup matanya.

"Cepat tutupin benda itu!" teriak Medina lagi.

Firo langsung menutup juniornya dengan tangannya yang saat itu sedang menegang.

Handuk yang di lingkarkan ke pinggangnya tiba-tiba melorot karena tidak kencang mengikatnya. Cepat-cepat Firo kembali menaikkan handuknya.

Medina yang baru masuk terkaget melihat Firo tanpa sehelai benangpun.

Medina dengan jelas melihat semua isi di tubuh Firo.

Setelah Firo memasang handuknya lagi, Medina tampak lega dan menurunkan tangannya.

"Baru segitu doang sudah menjerit, gimana kalau... " Firo tak meneruskan ucapannya.

"Ma-maksud kamu?"

"Apa salahnya kalau kita mencobanya bukankah kita adalah suami istri" Firo berbisik ke telinga Medina.

"Ma-maaf tuan, Aku belum siap" ucap Medina ketakutan, "Sebaiknya tuan cepat mandi, jangan berpikiran mesum " Medina mendorong tubuh Firo ke kamar mandi.

"A.. awww... sakit.. lukanya" Firo meringis memperlihatkan perutnya yang terluka.

"Maaf tuan! Aku tidak sengaja menyentuhnya!" Medina tak sengaja karena kesal, beruntung tidak mengenai bekas lukanya.

"Bisakah kamu tak memanggilku Tuan lagi " Ucap Firo.

"Lalu aku harus memanggilmu apa, Tuan?"

"Sayang mungkin," ucap Firo lagi.

"Bagaimana kalau aku panggil kamu Firo saja, Tuan Muda Firo maksudnya" Tawar Medina.

" Firo sayang maksudnya" Firo mendekati Medina lagi.

"Apa Tuan?" Medina memundurkan tubuhnya.

" Ah.. Maaf, Tuan! Maksud aku Firo,

Karena takut perutnya menjadi sasaran Medina lagi. Firo cepat-cepat pergi ke kamar mandi.