Menikah bukan berarti jodoh sudah bermuara pada tempatnya. Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, namun tidak menyatukan.
Senja adalah perempuan korban dari perjodohan kedua orangtuanya, niat hati untuk mengabulkan keinginan orang tuanya, membuat Senja harus menelan pahit sekelumit kisahnya sendiri.
Seperti apa kehidupan Senja setelah menikah????
Akankah ia temukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYSEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Hero, evidently is A "perfect man"
AWAN
"Kak Senja mana, Mah?" Viona mencari-cari keberadaan perempuan yang Ia bawa siang tadi ke rumahnya.
Mama Utari menggeleng-gelengkan kepala, Anak perempuannya ini disuruh mengantarkan kue ke komplek sebelah saja sampai pulang semalam ini, "Kamu nggak lihat ini sudah jam berapa?! Senja sudah diantar kan sama Abang kamu! Lagian disuruh antar kue kerumah Zoya saja sampai 5 jam!"
Viona menyeringai kuda, "Hehehe, tadi pas Vio sampai dirumah Tante, ternyata Tante Zoya lagi manggil orang salon buat meni pedi dirumahnya, terus Vio diajakin. Ya sudah Vio ikut saja, lumayan gratisan..."
"Dasar mental gratisan, emang gaji dari Abang kamu selama ini kurang?!"
"Ih... ini mah beda sama urusan gaji, Ini urusan rejeki anak Sholihah," jawab Vio cekikikan.
Vio menggeledah seisi dapur, mencari sesuatu yang bisa dimakan, namun yang ditemukan hanya toples berisi Cookies buatan Senja dan Mama sore tadi, "Mama nggak masak?"
"Enggak Vi! Saking senang nya bikin kue sama Senja, Mama sampai lupa nggak masak buat makan malam. Mana si Bibi tadi izin pulang ke Bogor, Kamu beli nasi goreng ditempat biasa saja sana, sekalian Mama titip mie godong Jawa,"
Vio mencebikkan bibirnya, sebenarnya Nasi goreng di jalan Taman adalah makanan Favoritnya. Tapi mendadak sangat malas mengingat jarak tempuh ke jalan taman yang lumayan jauh, ditambah sedang hujan, pasti macet!
Tak kehilangan akal, Vio berlari menuju kamar Abangnya, untuk menyuruh Awan saja yang membelikan makanan, "Bang!! Abang tidur?" Ia masuk ke kamar Awan tanpa mengetuk.
"Kebiasaan! Kalo masuk ketuk pintu dulu kek!" sungut Awan kesal, adiknya ini selalu saja nyelonong masuk kekamar tanpa permisi.
"Abang beliin nasgor ditempat biasa, Bang!" rengek Viona tanpa memperdulikan raut wajah kesal Abangnya.
Awan naik keatas kasur, berniat ingin tidur dan melewatkan makan malam saja, karena rasa lelah seharian bekerja ekstra, namun Viona tak henti-hentinya merengek ingin dibelikan Nasi goreng kesukaannya. "Please, Bang!! Beliin nasgornya, aku lapar banget begini, kamu gak khawatir kalo adiknya mati kelaparan apa?"
"Nggak makan sehari juga nggak bakal bikin kamu mati, Vi!!" jawab Awan masih dengan mata terpejam.
Viona menarik paksa selimut yang Awan pakai, kemudian memelintir pinggang Abangnya, "Arrgghhh.... Sakit, Vi!" bentak Awan
"Beliin Nggak!! Kalo nggak, aku nggak bakal mau kekantor lagi bantuin kerjaan Abang!"
Mama Utari menyusul Viona kekamar Awan setelah mendengar perdebatan kecil kedua anaknya tersebut, "Awan, Vio! Kalian ngapain sih! Berisik sampai ke kamar Biru, nanti dia bangun kalian ya yang temenin begadang!" ancam Mama Utari.
"Ini Abangnya, nggak mau beliin kita makan!" adu Vio dengan muka cemberutnya.
Mama Utari mendekati Awan yang masih memejamkan mata, entah tidur beneran atau hanya karena malas menanggapi rengekan adiknya, "Wan, kamu tidur beneran?!"
"Heemm"
"Tadi kan sebelum Maghrib sudah tidur sebentar, masih ngantuk emang? beli makanan dulu sana, kamu juga belum makan kan?!"
Dengan malas, akhirnya Awan pun beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap untuk keluar mencari makanan, Kalau sudah Ibu Suri yang menurunkan titah, mau tidak mau harus mengikuti perintah daripada nanti akan ada perundungan masal yang dilakukan oleh kedua perempuan itu.
Setelah menggunakan Jaket dan topi, Awan pun melajukan mobilnya menuju Jalan Taman, tempat dimana Nasi goreng gerobakan biasa mangkal.
Karena hujan dan jalanan macet, Awan menjadi sedikit lebih susah mencari tempat parkir diarea taman tersebut, mungkin sebagian dari mereka yang malas menghadapi kemacetan jalanan, memilih untuk berhenti dan beristirahat di area Jalan taman yang menyediakan banyak tempat makan dipinggiran, meski tempat makan nya dipinggir jalan, tapi rasanya tidak kalah dari makanan yang disajikan diresto-resto berbintang.
Itu kenapa Keluarga Awan sangat menyukai makanan yang dijajakan disepanjang jalan taman yang dibuka pada malam hari.
Setelah mendapatkan tempat parkir, Awan pun turun dari mobil dan berlarian kecil, menyebrang menuju Tenda dimana gerobak Nasgornya berada, Saat sedang berjalan, Awan melihat beberapa warga yang berkerumun ditrotoar, lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya yang menghampirinya. "Mas... Mas!!" Awan menoleh kearah orang yang memanggil dan menghampirinya, "Mas nya bawa mobil?" tanya Bapak-bapak tersebut.
"Iya, Pak."
"Tolong, Mas! Itu ada perempuan pingsan dipinggir jalan, tolong bawakan kerumah sakit diujung jalan itu, dari tadi saya coba menghentikan mobil tapi tidak ada yang berhenti, taksi juga kebetulan banget tidak ada yang lewat dari tadi," tutur Bapak itu.
Akhirnya Awan mendekati kerumunan orang, dan melihat perempuan yang kepalanya sedang ditopang oleh tangan seorang pemuda. Awan terkejut melihat perempuan yang sudah basah kuyup itu tergeletak di jalanan, kemudian membopong perempuan kedalam mobil dan membawanya kerumah sakit. Sebelumnya Ia juga memberi kabar kepada Viona tentang kejadian yang menimpa Senja, dan menyuruh Viona untuk membeli makanan dari aplikasi pesan antar.
...----------------...
SENJA
Ia mengerjap menutupi matanya karena silau dengan pencahayaan yang menusuk netra nya, Ia edarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang tampak tidak asing, baju nya telah berganti menjadi piyama dengan jarum infus yang tertancap ditangannya, sudah dipastikan Ia sedang berada dirumah sakit.
Bukankah semalam aku masih dijalan? Kenapa Aku bisa disini?!
Kesadarannya belum sepenuhnya pulih ketika pintu terbuka lebar dan menampakan pria yang masuk dan tersenyum saat melihatnya sudah terbangun, pria dengan celana jeans selutut yang membuat hati nya berdesir kemarin, tapi kali ini ditambah dengan memakai jaket Boomber dan topi hitam. perfect man!
"Sudah bangun?" Senja mengangguk pelan, "Masih pusing? atau ada bagian tubuh lain yang kerasa sakit?" sambungnya.
"Tidak, Pak. saya sudah tidak pusing," jawabnya lirih.
Senja menatap Awan, sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin Ia tanyakan, tapi entah kenapa mulutnya seakan tercekat, tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Melihat Senja yang terdiam membisu membuat Awan mengerutkan kening, "Benar sudah tidak apa-apa?" lagi-lagi Senja hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Syukurlah, kata Dokter kamu hanya kelelahan, jadi setelah infusnya dilepas, kamu boleh langsung pulang," Awan duduk di kursi plastik disamping ranjang dan meletakkan meja lipat diatas tempat tidur, kemudian menaruh makanan beserta minum dan obat.
"Sarapan dulu, terus diminum obatnya," Awan menyodorkan sendok kearahnya, "Apa mau disuapin?"
Senja menggeleng cepat dan langsung menyambar sendok dari tangan Awan,"Saya bisa sendiri," ucap nya.
Senja menyantap makanan diatas meja dengan lahap, biasanya dia tidak terlalu suka dengan makanan rumah sakit. Baginya, seenak apapun makanan rumah sakit, pasti rasanya tetap saja hambar. Tapi tidak pagi ini, satu piring nasi beserta lauk dengan beberapa potong buah-buahan ludes dalam sekejap mata, mungkin efek dari tidak makan berat sejak kemarin.
Setelah selesai, Senja merapikan kembali piring keatas nakas dan beranjak dari tempat tidurnya, Ia melirik Awan yang duduk di sofa tengah sibuk mengutak-atik ponselnya, Pria itu terlihat sangat serius dengan apa yang sedang Ia kerjakan, sampai tak menyadari Senja yang telah berlalu kedalam toilet.
"Sudah selesai makannya?" Senja terkejut melihat Awan yang sudah berdiri didepan pintu toilet, "Sudah, Pak." jawabnya singkat.
Awan meraih botol cairan infus dari genggamannya dan berjalan mengekori Senja dari belakang, kemudian menggantungkan kembali di tiang infus. "Terimakasih..." ucap Senja.
"Emmmm... Apa Pak Awan yang bawa saya kesini?" tanya Senja penasaran.
"Iya," jawab Awan sembari menyelimuti tubuh Senja,
"Semalam Vio minta dibelikan nasi goreng di jalan taman, pas lagi jalan, banyak orang yang lagi ngerumunin perempuan pingsan ditengah jalan, terus aku lihat, ternyata kamu."
"Kamu darimana? Kenapa bisa malam-malam pingsan ditengah jalan?"
Senja memalingkan wajahnya demi menyusut mata yang mulai berair, Ia teringat kembali dengan benda-benda kecil yang Papa Anto lemparkan muka Dewo, seperti apa keadaan mereka sekarang? Akan kah akhirnya Dewo menikahi Luna? Senja sedang tidak cemburu, Tidak! Ia hanya sedang menangisi nasibnya sendiri.
Meskipun Senja membuang muka, Awan masih dapat melihat dengan jelas, jika perempuan didepannya itu sedang menangis, "Istirahatlah, aku urus administrasi dulu, kalau infus sudah habis dan kamu sudah enakan, aku antarkan kamu pulang," ucap Awan kemudian berdiri dan keluar dari kamar.
Hampir satu jam Awan pergi meninggalkan Senja didalam kamar seorang diri, dan selama itu juga perempuan itu tertidur setelah menangis sesaat. Awan masuk kembali kedalam kamar diikuti seorang suster dibelakang nya. Merasa ada sentuhan di bagian kening dan telinga, Senja pun terbangun dari tidurnya.
"Bagaimana Ibu? Masih merasa tidak enak badan?"
"Tidak, Sus. Saya sudah baik-baik saja." jawab Senja dengan suara parau.
"Kalau begitu, saya lepas infus nya lalu Ibu Senja boleh pulang,"
"Baik, Sus. Terimakasih."
Suster itu melepaskan jarum infus yang menancap pada tangan Senja, kemudian pergi meninggalkan ruangan. Awan mendekati dan menyodorkan sebuah paperbag berisikan pakaian, "Ini pakaian Viona, baju kamu yang semalam basah, saya tidak tahu pasti ukuran baju kamu, jadi saya minta Viona buat antarkan bajunya. Semoga saja muat."
Senja meraih paperbag tersebut, "Tadi Viona kesini? Sekarang dia dimana, Pak?!"
"Iya, tadi kesini pas kamu lagi tidur, sekarang sudah berangkat anterin Biru ke sekolah langsung kekantor,"
"Kamu ganti pakaian dulu, habis ini aku antar kamu pulang," Senja pun bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.
Setuju banget mak, mencintai orang yg Sama dg waktu yg lama dan harus setiap hari tanpa lelah Dan bosan.
Mantap mak pesannya. Angkàt topi untukmu.
Alamak.......mantap banget kata²nya Thor.
"I know... Tapi, jika suatu saat kamu merasa ingin memulai kembali berpetualang, aku ingin kamu tahu, ada aku dan Biru yang siap menemanimu untuk kembali berpetualang, mencari seperti apa rupa kebahagiaan dan membangun tempat untuk kata Pulang,"
Bukan kata dan rayuan gombal tapi juatru kata² oenuh makna ini yg bikin hati aq juga ikut meleyot Bang Awan.