Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebat dengan Nancy
Bianca menatap tajam seseorang yang baru saja membuka pintu kamar dengan kasar, Bianca bangkit dari posisi berbaringnya lalu turun dari ranjang untuk menghampiri Nancy, wanita itulah yang membuka kasar pintu kamar.
"Kau tidak tahu sopan santun kah? Kamu bahkan tidak memiliki akses untuk masuk ke dalam kamar ini, Nancy," ujar Bianca marah melihat kelakuan Nancy yang tidak sopan membuka kamar yang merupakan privasi dirinya dan Kaivan.
Nancy hanya menatap datar Bianca, lalu mengalihkan pandangannya menatap Kaivan yang sudah duduk di pinggir ranjang.
"Aku tidak mengizinkanmu masuk sembarang ke kamar ini lagi Nancy, jadi keluar dari sini, sekarang!" perintah Bianca, Lagi-lagi Nancy hanya menatapnya datar.
Bianca yang emosinya sudah terpancing melangkah lebih dekat dengan Nancy dan mendorong Nancy agar keluar dari dalam kamar, Nancy yang di perlakukan seperti itu, tidak Terima, ia balas mendorong Bianca hingga Bianca terjatuh ke lantai, Kaivan yang hanya dapat melihat warna baju yang di pakai Bianca berdiri dan membantu Bianca untuk berdiri.
"Kamu tidak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya Kaivan.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja,"
"Nancy, Keluar dari kamar saya!" perintah Kaivan dingin.
"Saya tidak akan keluar dari kamar ini sampai Pak Kau mengucapkan kata cerai kepada Bianca," balas Nancy tidak kalah dingin dari Kaivan.
Kaivan mengepalkan tangannya, sungguh kedua orang tuanya sangat menguji kesabarannya, mereka bahkan masih tidak menyerah memaksa Kaivan agar menceraikan Bianca.
"Serendah itukah dirimu, Nancy, sampai-sampai kau menerima semua perintah yang kau tahu sendiri itu tidak akan pernah berhasil?" tanya Bianca tersenyum miring, ia rasa Nancy lawan yang sepadan dengannya.
"Siapa yang kau bilang rendah? Kau sendiri bagaimana? Bukankah kau lebih rendahan daripadaku, memacari pria yang sudah memiliki kekasih," balas Nancy tidak mau kalah dengan Bianca.
"Anggap saja itu hanya batu loncatan sebelum aku benar-benar menerima Kaivan di hidupku,"
"Pak Kau, ceraikan Bianca sekarang!" perintah Nancy dengan tidak tahu malunya, nyawanya sedang dipertaruhkan di sini, ia tidak ingin kehilangan nyawa hanya karena gagal membuat Kaivan menceraikan Bianca.
"Katakan kepada tua bangka itu, setelah dua minggu ini silakan datang lagi ke apartemen ini, ada pertunjukkan menarik yang ingin saya perlihatkan kepada mereka!" mengabaikan ucapan Nancy, Kaivan justru meminta orang tuanya agar datang setelah dua minggu ke apartemennya.
"Sekarang, kau pulanglah ke rumah!"
Nancy mengepalkan kedua tangannya karena gagal, dengan perasaan marah, Nancy berbalik dan pergi meninggalkan Kaivan dan Bianca.
"Menyebalkan sekali wanita itu,"
Kaivan hanya tersenyum kecil mendengar keluhan Bianca mengenai mantan asisten pribadinya, Kaivan tahu hidup gadis itu berada di tangan kedua orang taunya, oleh karena itu, apapun yang orang tuanya perintahkan, selalu ia usahakan agar berhasil dan tidak membuat keduanya kecewa.
"Apa sih yang orang tuamu berikan kepadanya, sampai dia berani masuk ke dalam kamar ini, bahkan dia tidak mengetuk pintu dulu?" tanya Bianca memperhatikan Kaivan yang hanya diam berdiri menatap ke arah pintu.
"Kamu liatin apa sih? Sampe pertanyaan aku enggak di jawab?" tanya Bianca ikut menatap ke arah mata Kaivan memandang.
Sekilas ia melihat bayangan hitam di balik tembok, tapi setelah itu bayangan itu menghilang, baru saja Bianca ingin bertanya kepada Kaivan, tapi suaminya itu lebih dulu menyuruhnya kembali berbaring di kasur.
"Kamu langsung istirahat saja, biar aku yang menutup pintu kamar!"
Bianca diam, tidak langsung menuruti ucapan suaminya, ia malah membuntuti langkah Kaivan yang melangkah pelan-pelan ke arah pintu.
"Memangnya kamu sudah bisa melihat jelas?" tanya Bianca menepuk pelan bahu Kaivan.
"Aku sudah menyuruhmu langsung istirahat, kenapa malah mengikutiku?" tanya Kaivan balik.
Bianca yang kesal karena pertanyaannya diabaikan menepuk kencang lengan Kaivan, "aku tuh penasaran sama kamu, udah tau penglihatannya belum jelas kamu nekat jalan kesana-kemati tanpa tongkat, kalau jatuh atau nabrak benda di depan kamu gimana?"
Kaivan hanya terkekeh geli mendengar ocehan Bianca yang memarahi dirinya karena khawatir, hatinya jadi merasa hangat karena runtutan kemarahan Bianca kepadanya.
"Aku senang dengar kamu marah-marah seperti itu,"
Bianca menatap Kaivan aneh, orang mana yang malah suka jika terkena marah, Kaivan memang pria yang aneh menurutnya.
"Kaivan,"
Bianca melangkah mendekati Kaivan,memeluk pinggangnya, dan mendongakkan kepala, "aku menyayangimu, Kaivan," bisik Bianca di dekat telinga Kaivan.
Kaivan tersenyum, ia balas memeluk pinggang Bianca, lalu memeluknya erat, "Tetaplah seperti ini, tidak peduli kamu sudah mencintaiku atau belum, cinta akan tumbuh seiring waktu," balas Kaivan.
Bianca tersenyum, ia tidak menyangka pria yang dulu ia tolak sedemikian rupa karena tidak masuk dalam kriteria pria idamannya bahkan yang lebih parahnya lagi ia meminta cerai dan menyelingkuhinya kini menjadi pria yang tidak bisa ia lepaskan, mungkin ini memang takdirnya, dan Bianca bersyukur dengan kejadian ia melihat Alden bersama kekasihnya yang sedang hamil, ia sadar dengan sikapnya yang jahat kepada Kaivan dan tidak pernah sekalipun Kaivan mempermasalahkannya.