Di Sayang Kakak Ipar

Carlo langsung menarik tangan Tania dan membawanya pergi dari sana, tapi baru beberapa langkah, suara Cia berhasil membuatnya berhenti.

"Permintaanku waktu itu masih berlaku kak. Urus surat perceraian kita. Dan untuk kak Tania, tolong bujuk kekasihmu itu agar menceraikan saya, dia nggak mau lepasin saya soalnya."

Tanpa menjawab Carlo langsung menyeret Tania pergi dari sana. Setelah mereka pergi lalu terjadi keheningan di antara Damian dan Cia. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing. Sampai kedatangan dokter Bobby menyelamatkan dari situasi canggung tersebut.

"Maaf menunggu lama tuan Damian. Silahkan masuk!"

"Tidak apa-apa, dok. Kita juga baru datang kok."

Bukan Damian yang menjawab tapi Cia.

"Kalau begitu mari masuk." Dokter Bobby masuk terlebih dahulu, Cia langsung mendekat ke arah Damian dan mulai mendorong masuk mengikuti dokter tadi.

"Ticia."

"Kenapa kak?" tanya Cia sembari menatap Damian.

"Masalah barusan__"

"Enggak usah di bahas, nggak usah dipikirkan juga. Sebaiknya kakak fokus sama kesembuhan kakak aja. Kakak mau cepat sembuh kan?" tanya Cia lagi.

Damian mengangguk lesu. Entah kenapa perasaannya sejak kemarin selalu tidak enak.

(^-^)

Sedangkan di tempat lain, Carlo menarik Tania dengan sangat kasar.

"Sayang lepas, kamu kenapa sih kok tiba-tiba kasar begini?" tanya Tania yang masih berontak saat Carlo menyeretnya ke parkiran dan menyuruhnya masuk, sampai dia dibuat terkejut saat Carlo membanting pintu mobilnya dengan sangat kasar.

Begitu masuk Carlo langsung menatap tajam pada Tania. "Kamu yang kenapa? Bukankah sudah ku jelaskan alasanku menikahi Cia? Lalu kenapa kamu ngomong begitu sama Cia tadi? Kamu lupa sama peringatan aku dulu? Kamu mau menghancurkan rencana orang tuaku? Aku juga melakukan semua ini demi kamu, agar kamu tidak hidup susah denganku. Tapi kamu malah mau menghancurkannya."

"K-kamu bentak aku sayang?" Netranya sudah berkaca-kaca, sangat terlihat kalau Tania terkejut dengan suara Carlo yang nyaring bahkan belum pernah dia dengar sebelumnya. Benar, ini pertama kalinya Carlo membentaknya.

"Jawab pertanyaan aku, apa kamu mau hidup susah?" tanya Carlo dan Tania menggelengkan kepala. "Lalu kenapa kamu seperti itu tadi?"

"Ma-af, sayang. Aku hanya nggak suka melihat dia. Aku takut kamu tergoda sama dia, apalagi dia lebih cantik dari aku." Tania terisak, menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

Carlo mengelola nafas, menarik Tania ke dalam pelukannya. "Sudah jangan nangis lagi, aku minta maaf karena sudah membentakmu tadi. Tapi aku nggak main-main sama ucapanku barusan. Dan satu lagi, aku nggak akan pernah berpaling sama Cia. Dia itu hanyalah gadis miskin."

"Kamu tidak bohong kan?"tanya Tania sambil menatap Carlo, dia ingin mencari kejujuran dari mata pria itu.

"Iya, sayang. Aku sama sekali tidak bohong sama kamu. Aku hanya mengikuti rencana mama dan papa. Jika rencana ini berhasil maka masa depan kita jadinya terjamin. Tapi kalau rencana ini gagal, kemungkinan aku diusir dari rumah tanpa uang atau harta."

"Lalu kapan rencana ini akan berakhir? Aku sudah tidak tahan berhubungan secara diam-diam seperti ini sama kamu."

"Sabarlah sedikit! Sampai aku mendapatkan harta yang kakek janjikan."

"Tapi kamu harus janji sama aku, jangan pernah berhubungan badan dengan perempuan itu."

"Aku janji, percaya sama aku. Aku cuma kecanduan sama tubuh kamu. Walaupun dia lebih cantik dari kamu, tapi aku tetap hanya mencintaimu, karena kamu sangat seksi." Tangan Carlo sudah masuk kedalam baju Tania dan merem*s dan menghis*p payud*ra Tania. Mereka juga berciuman dan salah satu tangan Tania sudah masuk ke dalam celana Carlo.

Kalau saja Damian tidak memintanya menunggu di luar, Cia tidak akan melihat adengan menjijikkan di depannya. Niat hati ingin ke minimarket langsung dia urungkan, dan memilih pergi ke taman rumah sakit. Kenapa juga bisa terlihat dari tempatnya berdiri tadi?

Bohong jika dia tidak sakit hati melihatnya. Dia memang tidak mencintai Carlo, tapi dia tetap sakit hati dengan pria itu dan keluarganya. Sebelum menikah, mereka begitu gencar mendekatinya, tapi setelah berhasil mendapatkannya, dia malah diperlakukan dengan tidak baik. Dan mirisnya lagi, bukan Cia yang diselingkuhi tapi ternyata Cia sendirilah yang menjadi selingkuhannya.

Fakta apa lagi yang harus dia dapatkan setelah ini? Dia hanya dijadikan alat untuk kepentingan pribadi Carlo dan mertuanya. Dia juga masih bingung dengan perkataan Damian tadi malam.

Benar, tadi malam dia mendengar pembicaraan Damian dan Nico Meskipun tidak semua. Niatnya hanya ingin memastikan kenyamanan Damian, karena mau bagaimanapun juga malam tadi pertama kalinya Damian tidur di tempat asing.

Dan kata pertama yang dia dengar tadi malam cukup membuatnya terganggu.

'Bukan selingkuhan. Karena Carlo sudah bersama dengan wanita itu sebelum mengenal dirinya. Mereka juga diam-diam sudah menikah.'

Hanya itu yang dia dengar, dan sekeras apapun Cia berpikir semalaman, dia masih tidak mengerti dengan alasan Carlo menikahinya di saat dia sendiri sudah memiliki seorang kekasih.

Dan Damian tau masalah ini? Tidak menutup kemungkinan kan kalau semuanya juga tahu tentang ini? Sepertinya hanya dirinya saja yang seperti orang bodoh di sini.

Terlalu banyak rahasia yang belum dia ketahui di balik ini semua, dan sialnya justru Cia malah terlibat di dalamnya. Andai saja dulu dia tidak menerima Carlo, mungkin hidupnya masih berjalan seperti cita-citanya dulu.

Tapi menyesal pun tidak ada gunanya, yang ingin dia lakukan sekarang adalah mengurus surat perceraian dan keluar dari rumah itu secepatnya. Tapi dia takut Carlo menyakiti keluarganya.

"Ticia."

Cia menoleh ke belakang dan menemukan Damian yang entah sudah berapa lama ada di sana.

"Udah selesai? Mau langsung pulang sekarang?"

"Ticia, bisa bicara sebentar? Di sini, sebelum pulang."

"Bicara apa? Di jalan pun kita masih bisa bicara kan?"

Damian menggeleng menolak. "Oke, sebentar tapi yah. Karena aku sudah janji mau ke toko kue hari ini."

"Janji cuma sebentar." Damian mendekati Cia dan memposisikan diri tepat di depan Cia. "Soal Carlo tadi, kakak mau jelasin itu."

"Mau menjelaskan kalau kakak sebenarnya sudah tahu semuanya dari awal?"

"Ticia?"

"Semalam aku nggak sengaja dengar pembicaraan kak Damian sama Nico. Tentang kak Carlo dan wanita itu."

Damian akhirnya bisa tahu alasan sikap Cia pagi tadi yang sedikit berbeda. Tapi sejauh mana dia mendengarnya? Apa semuanya atau hanya sebagian?

"Maaf, kakak nggak bilang sama kamu. Kakak punya alasan untuk itu."

"Alasan?" tanya Cia sembari mengerutkan alisnya.

Sepertinya sudah waktunya Damian berkata jujur pada Cia. "Kakak suka sama kamu sejak pertama bertemu, dan kakak mau kamu ada terus di sekitar kakak. Kakak nggak mau jauh sama kamu Ticia." Kata Damian dengan jujur.

Terima kasih ya krn sudah mampir, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊