Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Ancaman Nila
...🌼...
...•...
...•...
“Boleh nanya nggak?” Kenzo bertanya pada Fian di tengah permainan playstation mereka.
“Apa?”
“Sebenarnya lima tahun yang lalu apa sih yang terjadi? Kok bisa dulu Sonia ninggalin Sean dan apa benar Sonia ada hubungan gelap sana bokap kalian?” tanya Kenzo penasaran dengan konflik antara Sean dan Sonia dulu.
“Panjang sih ceritanya bang, bayangin aja si Sean sampe dendam kesumat sama Sonia.” Mereka berdua sekarang ngobrol dengan serius dan mematikan playstation-nya. Mereka menyalakan rokok dan bicara dengan tenang.
“Alasan Sonia ninggalin Sean apa?” tanya Kenzo berharap mendapat sedikit petunjuk.
“Kalau alasan spesifiknya nggak tau ya, tapi kalo alasan Sonia pada Sean cuma bilang nggak cocok aja. Udah gitu ditinggalin deh itu si Sean, terus Sonia sering pergi sama bokap tapi setauku mereka nggak ada hubungan istimewa, Sonia kayak ditekan dan diancam sama si tua bangka itu,” jelas Fian yang tidak ingin terlalu membahas lebih dalam lagi mengenai rahasia Sonia.
“Jangan menyembunyikan apapun dariku Fian, aku tau kau mengetahui detail masalahnya. Asal kau tau, Sean sampai sekarang tidak mendapat jawaban dari Sonia mengenai hubungan mereka yang kandas tiba-tiba serta hubungan Sonia sama bokap kalian.” Kenzo tahu kalau Fian tengah menyembunyikan sesuatu, dia yakin kalau Fian mengetahui semuanya.
“Bukan nggak mau cerita bang, lebih baik biarkan Sonia sendiri yang cerita pada Sean, aku yakin suatu saat dia pasti akan menceritakan semuanya.”
“Kau tau semuanya kan?” Fian hanya mengangguk karena memang semua ini berkaitan dengan dirinya juga.
“Tolonglah Fian, ceritakan padaku semuanya, kasian Sonia yang selalu disiksa oleh Sean selama ini.” Fian kaget bukan main saat mendengar Sonia diperlakukan buruk oleh abang nya itu.
“Serius? Disiksa gimana? Mereka baik-baik aja kok.”
“Ya satu tahun terakhir ini emang baik, kadang kalau bad mood, si Sean masih sering tantrum sama Sonia. Awal nikah aja Sonia sering babak belur, dipukul, dicambuk, ditampar, dan banyak lagi lah hinaan, cacian yang diberikan Sean padanya. Sonia sampai saat ini masih tidak pernah memberitahu alasan kenapa dia ninggalin Sean dan apa hubungannya dengan Endro,” tutur Kenzo pada Fian, kedua pria itu sangat sedih sebenarnya dengan nasib Sean Sonia ini.
“Apa si Sean sekejam itu? Dulu dia nggak pernah nyakitin Sonia sama sekali padahal, jangankan nyakitin fisik, bentak Sonia aja nggak pernah.”
“Ya namanya juga udah sakit hati, apapun bisa terjadi kan.”
“Iya juga ya.”
“Nah ayo ceritakan padaku, aku janji tidak akan memberitahu pada siapapun sebelum kau mengizinkanku untuk bicara.” Fian tampak berpikir, dia sudah berjanji pada Sonia untuk selalu menyembunyikan hal itu dari Sean, jika dia mengingkari janji, sudah dipastikan Sonia akan membencinya.
“Maaf bang, biar saja Sonia yang memberitahu Sean, lebih baik kita doakan rumah tangga mereka baik-baik saja.” Kenzo tidak memaksa Fian untuk bicara lagi, dia tahu batasan, tidak mungkin untuk mencampuri urusan keluarga orang lain.
Mereka kembali dengan obrolan ringan dan sesekali bergurau, pembahasan yang tadi seakan hilang dengan pembahasan yang baru.
...***...
Di lain tempat Nila dihadapkan dengan mayat Aldo, anak buah yang dia suruh untuk mengusik Sonia, Nila yang dikirimkan paket kepala dan tubuh Aldo seketika gemetar mengingat bahwa saat ini Sean sangat menjaga Sonia dan Sean juga kejam.
“Kalau begini caranya sangat susah untuk memisahkan Sonia dengan Sean, anak itu tidak bisa dianggap remeh ternyata.” Nila sudah membaik semenjak disiksa oleh Sean setahun yang lalu, dia sampai melakukan pengobatan keluar negeri agar kulitnya mulus kembali.
“Pantau saja mereka dulu, saat ada kesempatan baru kita bertindak,” titah Nila pada anak buahnya.
“Baik bu, kami akan memantau Sonia dan Sean.”
“Bagus, sekarang kalian boleh pergi.”
Nila memacu mobilnya pulang ke rumah, saat ini Endro sedang tidak ada di Indonesia, dia ke Rusia bertemu rekan bisnisnya. Saat sampai di rumah, Nila tidak menemukan Fian baik di kamar maupun di ruangan lain.
“Kemana Fian?” tanya Nila pada pelayan di rumahnya.
“Tadi keluar bu.”
“Pasti keluyuran lagi, dasar anak tidak bisa diandalkan,” geram Nila, wanita paruh baya itu memasuki kamarnya, merebahkan tubuhdi atas kasur dan memikirkan cara untuk bisa memisahkan Sonia dengan Sean.
“Apalagi yang harus aku lakukan untuk menyingkirkan anak itu? Aku tidak mau jika suatu saat dia membongkar semuanya pada keluarga ini, aku juga sudah capek-capek mencuci otaknya si Fian agar berpihak padaku tapi anak itu terlalu liar untuk ditaklukkan.” Nila menghembuskan nafas lelahnya, begitu frustasi dengan hanya memikirkan Sonia.
Nila mencoba untuk menghubungi Fian, berharap bisa meminta bantuan pada Fian untuk mengusik Sonia, hanya Fian yang dapat dia andalkan sekarang. Berkali-kali Nila menghubungi anak itu namun tak ada jawaban sama sekali.
“Sial, kemana dia?” Nafas Nila semakin memburu, dia seakan kehabisan cara saat ini. Nila mengirim pesan pada Fian, berharap anak itu membacanya.
[Fian sayang, mama ingin kamu mencelakai Sonia bagaimana pun caranya, atau kamu juga bisa merusak hubungan antara Sean dan Sonia, mama akan berbuat baik padamu dan tidak akan membongkar rahasiamu pada Endro. Jika kamu tidak mau, mama dengan terpaksa harus membuat kamu dibenci oleh Endro dan juga Sean selamanya.] Send
Setelah mengirim pesan itu, Nila sangat menunggu balasan dari Fian, berharap jika Fian mau membantunya.
Fian memang tidak mempedulikan panggilan dari Nila, namun pesan Nila sangat menarik perhatiannya.
[Besok kau akan mendengar kehancuran rumah tangga mereka]
Nila begitu bahagia melihat balasan singkat dari Fian.
“Kenapa?” tanya Kenzo saat melihat perubahan di wajah Fian.
“Nggak papa bang, tidur dulu ya, ngantuk soalnya,” pamit Fian, Kenzo yang tak menaruh kecurigaan apapun hanya mengangguk, tak lama Sean dan Sonia pun pulang. Mereka membawa beberapa makanan dan cemilan untuk Kenzo dan Fian, tak lupa Sonia juga membeli martabak untuk dirinya.
“Martabak lagi?” tanya Kenzo saat melihat Sonia ke meja makan untuk memakan martabaknya.
“Aku tidak tau apa istimewanya sebuah martabak,”jawab Sean yang mengundang gelak tawa Kenzo.
Sonia tidak peduli dengan ocehan mereka, dia menyantap martabak itu dengan lahap.
...***...
Fian yang sudah tidak kuat lagi diancam oleh Nila langsung menemui Sean, dia mengetuk kamar Sean dan pintu dibuka oleh abangnya itu.
“Ada apa?” tanya Sean dengan raut wajah baru bangun.
“Bawalah Sonia keluar malam ini, sebelum aku mencelakainya.” Sean menatap lekat Fian, tidak ada raut bercanda di wajah anak itu.
“Jangan bercanda, aku mau tidur.”
“Aku tidak bercanda.” Sean menatap adiknya tidak percaya. Tidak ada guratan candaan di wajah Fian saat ini.