NovelToon NovelToon
Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Pesan Mini Untuk Hati Dokter Beku

Status: tamat
Genre:Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa / Pembantu / Tamat
Popularitas:46.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dr. Tristan Aurelio Mahesa, seorang dokter jenius sekaligus miliarder pemilik rumah sakit terbesar, dikenal dingin, tegas, dan perfeksionis. Hidupnya hanya berputar di sekitar ruang operasi, perusahaan farmasi, dan penelitian. Ia menolak kedekatan dengan wanita mana pun, bahkan sekadar teman dekat pun hampir tak ada.

Di sisi lain, ada Tiwi Putri Wiranto, gadis ceria berusia 21 tahun yang baru saja resign karena bos cabul yang mencoba melecehkannya. Walau anak tunggal dari keluarga pemilik restoran terkenal, Tiwi memilih mandiri dan bekerja keras. Tak sengaja, ia mendapat kesempatan menjadi ART untuk Tristan dengan syarat unik, ia hanya boleh bekerja siang hari, pulang sebelum Tristan tiba, dan tidak boleh menginap.

Sejak hari pertama, Tiwi meninggalkan catatan-catatan kecil untuk sang majikan, pesan singkat penuh perhatian, lucu, kadang menyindir, kadang menasehati. Tristan yang awalnya cuek mulai penasaran, bahkan diam-diam menanti setiap catatan itu. Hingga akhirnya bertemu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Pagi itu, udara kota masih dingin. Hujan semalam meninggalkan genangan kecil di tepi jalan. Di rumah Tristan, suasana tampak normal—atau setidaknya normal dalam versi kehidupan bersama Tiwi.

“Dok, sarapan hari ini spesial banget!” teriak Tiwi dari dapur.

Tristan yang baru keluar dari kamar mandi hanya bisa menghela napas. “Spesial itu maksudmu apa lagi? Jangan bilang durian.”

Tiwi melongokkan kepala dari balik pintu dapur dengan senyum lebar. “Bukan durian, tenang. Aku bikin nasi goreng kampung level dewa. Pedesnya bisa bikin kamu nangis, tapi enaknya bikin lupa semua masalah hidup.”

Tristan duduk di meja makan, merapikan jas putihnya. “Aku tidak butuh makanan yang membuatku menangis.”

Tiwi terkekeh sambil kembali mengaduk wajan. “Iya, iya, kamu kan sudah cukup dingin. Kalau kamu sampai nangis gara-gara cabai, bisa-bisa berita heboh satu rumah sakit.”

Beberapa menit kemudian, nasi goreng hangat tersaji. Wangi bawang, cabai, dan kecap manis memenuhi ruangan. Tristan mencicipi sedikit. Pedasnya menusuk, tapi gurihnya pas. Tanpa sadar, ia mengangguk kecil.

“Enak?” Tiwi menatap penuh harap.

Tristan menatapnya sekilas. “Lumayan.”

“Ya ampun! Lagi-lagi lumayan!” Tiwi menepuk meja, wajahnya sebal. “Kapan sih kamu jujur, Dok? Aku kan butuh validasi!”

Tristan tersenyum samar. “Kalau aku jujur, nanti kau tidak berhenti sombong.”

Tiwi mendengus, tapi hatinya hangat. Ia tahu, di balik kata lumayan itu, Tristan sebenarnya sedang memuji.

---

Malam harinya, setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Tiwi pulang ke Kerumahnya, mama dan papanya masih ada di restoran milik keluarga mereka. Ia membuka laptop, lalu menyalakan sebuah program khusus. Bukan program biasa ini adalah akses ke jaringan data yang jarang diketahui orang awam.

Begitu layar menyala, tampak sebuah folder baru dengan judul “Arina – Contact List”. Tiwi menekan bibirnya, lalu membaca cepat. Nama-nama mafia obat, nomor rekening, bukti transfer, bahkan daftar pejabat yang pernah berhubungan dengan Arina.

Namun satu hal yang membuatnya berhenti adalah sebuah catatan singkat:

“Jika keluar dari sel, target pertama: Tiwi.”

Tiwi terdiam. Jari-jarinya mengetik pelan, lalu ia bersandar di kursi. “Jadi benar… dia sudah tahu aku yang bikin dia jatuh.”

Alih-alih panik, mata Tiwi justru berkilat tajam. Senyum miring muncul di bibirnya. “Kalau dia pikir bisa bangkit lagi, salah besar. Kali ini aku pastikan dia jatuh sampai nggak bisa berdiri lagi.”

Ia menutup laptop, lalu menatap langit-langit kamar. Rencananya mulai terbentuk.

Keesokan Hari – Di Rumah Sakit

Di rumah sakit, gosip masih panas. Arina kabarnya mendapat pengacara hebat, dan ada desas-desus ia bisa bebas dengan cepat. Para dokter berbisik-bisik, sebagian khawatir reputasi rumah sakit akan tercoreng habis.

Tristan masuk ke ruang dokter dengan wajah datar. Namun begitu ia melihat Tiwi yang entah bagaimana bisa muncul di sana dengan membawa kotak makanan ia langsung merasa kepalanya pening.

“Kenapa kau ada di sini?” tanyanya heran

Tiwi tersenyum manis. “Bawain bekal buat Dokter Dingin kesayangan. Nasi liwet, lauk komplit. Kalau kamu makan makanan kantin terus, perut kamu bisa demo, lho.”

Beberapa dokter lain berbisik sambil menahan tawa. Tristan menutup mata sebentar. “Tiwi, ini rumah sakit, bukan dapur umum.”

“Ya terus kenapa? Pasien aja boleh dijenguk, masa dokter nggak boleh dibawain bekal?” Tiwi mengangkat bahu.

Tristan hanya bisa pasrah. Tapi dalam hati, ia sadar Tiwi sengaja datang bukan hanya untuk membawakan makanan. Ada alasan lain.

Saat jam istirahat, Tiwi menyusup ke taman rumah sakit. Ia menghubungi seseorang lewat ponsel burner. “Target mulai bergerak. Pastikan semua rekening dummy-nya dibekukan. Kalau perlu, libatkan media internasional. Aku nggak mau dia punya ruang untuk bernapas.”

Suaranya tenang, tapi matanya menyala penuh tekad.

----

Beberapa hari kemudian, kabar mengejutkan muncul. Arina berhasil bebas bersyarat karena ada bukti baru yang melemahkan dakwaan. Malam itu, ia muncul di sebuah hotel mewah dengan wajah percaya diri.

Namun yang tidak ia tahu, semua gerak-geriknya sudah dipantau.

Tiwi duduk di sebuah kafe seberang hotel, laptop terbuka, headset menempel di telinga. Di layar, kamera CCTV hotel menampilkan Arina sedang berbicara dengan seorang pria tua salah satu penyandang dana utamanya.

“Ketemu lagi, ya. Jangan khawatir, aku akan bangkit. Aku punya rencana baru,” suara Arina terdengar lewat rekaman.

Tiwi mengetik cepat, mengunggah rekaman itu ke beberapa portal berita dengan judul:

“Arina Kedapatan Bertemu Mafia Obat di Hotel Mewah – Bukti Baru Keterlibatan Kriminal”

Tak berhenti sampai di situ, Tiwi juga mengirim rekaman ke polisi. Dalam hitungan menit, berita itu viral.

Arina yang baru saja keluar dari hotel kaget melihat puluhan wartawan mengepung. Lampu kamera menyala, pertanyaan bertubi-tubi menghantamnya.

“Dokter Arina! Benarkah Anda masih terlibat dengan jaringan obat ilegal?”

“Bagaimana Anda bisa bebas padahal bukti baru justru memberatkan?”

Wajah Arina pucat. Ia mencoba lari, tapi mobilnya sudah dikepung. Polisi datang tak lama kemudian, langsung membawanya kembali ke tahanan.

Di seberang jalan, Tiwi menutup laptopnya. Ia tersenyum puas. “Selesai satu babak.”

---

Beberapa hari setelahnya, Tristan menemukan sesuatu yang mengejutkan. Ia melihat sebuah berita di internet tentang jatuhnya Arina untuk kedua kalinya. Namun yang membuatnya bingung, rekaman yang bocor persis seperti yang pernah ia lihat sekilas di laptop Tiwi.

Saat pulang ke rumah, ia menatap Tiwi yang sedang sibuk mengupas mangga. “Tiwi.”

“Hm?”

“Jangan bohong. Apa kau yang ada di balik semua ini?”

Tiwi berhenti sejenak. Lalu ia tertawa kecil. “Kenapa nanyanya kayak polisi, Dok?”

“Jawab pertanyaanku.”

Tiwi menaruh pisau, lalu menatap Tristan serius. “Kalau aku bilang iya, kamu bakal apa? Marahin aku? Usir aku? Atau… malah bantu aku?”

Tristan terdiam. Ia bukan tipe orang yang mudah terkejut, tapi kali ini hatinya benar-benar goyah.

“Kenapa kau lakukan semua ini?” tanyanya akhirnya.

Tiwi menarik napas, lalu tersenyum tipis. “Karena orang seperti Arina nggak boleh dibiarkan hidup tenang. Dia udah nyakitin banyak orang. Kalau sistem nggak bisa jatuhin dia, aku yang turun tangan.”

Tristan menatapnya lama. Ia tahu Tiwi bukan gadis biasa. Tapi di sisi lain, ada rasa kagum yang tak bisa ia hindari.

“Tiwi…” suaranya pelan. “Kau berbahaya.”

Tiwi justru tersenyum nakal. “Tapi kamu tetap nggak bisa berhenti mikirin aku, kan?”

Tristan menahan senyum. Gadis ini benar-benar gila dan entah bagaimana, ia jatuh hati.

--+

Namun bagi Tiwi, permainan belum selesai. Arina masih punya sedikit pengaruh. Ia mendengar kabar bahwa Arina mencoba menghubungi salah satu pengacara terkenal untuk lepas lagi.

Malam itu, Tiwi masuk ke sebuah warnet tua. Dengan kecepatan luar biasa, ia meretas sistem komunikasi antara Arina dan pengacaranya. Semua percakapan terekam, lalu ia kirimkan langsung ke Komisi Pemberantasan Korupsi dan kepolisian.

Besok paginya, berita meledak lagi:

“Arina Tertangkap Basah Menyuap Pengacara dan Pejabat Hukuman Seumur Hidup Menanti”

Di sel tahanan, Arina berteriak histeris. “Tiwi! Aku akan balas dendam! Aku tidak akan kalah!”

Namun dunia di luar sana sudah menutup pintu baginya. Semua rekening dibekukan, semua koneksi memutus hubungan, bahkan keluarganya sendiri menjauh.

Arina kini benar-benar hancur. Tidak ada jalan kembali.

Malam Tenang di Rumah Tristan

Setelah semua kekacauan itu, malam di rumah Tristan terasa lebih damai. Tiwi duduk di sofa sambil menonton drama, sedangkan Tristan membaca buku medis.

“Dok,” panggil Tiwi tiba-tiba.

“Hm?”

“Kalau aku nggak ada, kamu bakal kangen nggak?”

Tristan menutup buku, menatapnya dalam. “Kau tidak akan pergi.”

Tiwi tertawa kecil. “Kok yakin banget?”

“Karena aku tidak akan membiarkanmu pergi,” jawab Tristan tenang.

Untuk pertama kalinya, Tiwi terdiam. Hatinya bergetar. Ia mencoba menutupi dengan tawa. “Wah, gombalnya level dewa. Jangan bikin aku baper, Dok.”

Namun dalam hatinya, ia tahu Tristan mulai membuka pintu hatinya untuknya.

Dan di luar sana, Arina yang dulu begitu berkuasa kini hanya bayang-bayang masa lalu.

Malam itu, Tiwi menempelkan sebuah sticki note kecil di meja kerja Tristan. Dengan spidol ungu, ia menulis:

“Game over. Tidurlah tenang, Dok. Aku sudah pastikan musuhmu nggak akan bangkit lagi.”

Tristan menemukannya sebelum tidur. Ia menatap note itu lama, lalu tersenyum samar.

Dalam hati, ia berbisik, “Kau memang berbahaya, Tiwi. Tapi aku tidak bisa lepas darimu.”

Dan entah disadari atau tidak, kisah mereka baru saja memasuki babak baru bukan hanya tentang balas dendam, tapi tentang perasaan yang semakin sulit diabaikan.

Bersambung…

1
beybi T.Halim
secangkir kopi meluncur.,menutup cerita indah ini.,gak ada konflik yg berat2 kisahnya mengalir seperrti realita .,terima kasih cerita manisnya dan semangat buat penulisnya💝
Su Wanto
makasih ya thor karya mu menghibur sekali sukses selalu sehat dan semangat 💪💪
syora
anjrittttt gokilllll abisssss😍😍😍😍😍😍
Tiara Bella
akhirnya tamat dan happy ending....makasih Thor ceritanya sangat menghibur....😍
Ayy°{>Anesstasya}~🤍
yah udah tamat Aja 😍😍😍
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
Supryatin 123
yaahhh sudah tamat aja ceritanya.luar biasa Thor ceritanya.d tunggu cerita selanjutnya.g da bonchap nya kah.lnjut Thor 💪💪
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
Rohmi Yatun
aaahh udah tamat aja.. makasih Thor.. q suka cerita nya.. ditunggu karya selanjutnya ya🌹🌹🌹👍💪
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
ceritanya seru banget, berawal dari sticky note berakhir menjadi keluarga yang bahagia..

Terima kasih kak untuk ceritanya, ngikutin dari awal hingga akhir
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
wahhh, udah tamat...

seru banget ceritanya, ⭐⭐⭐⭐⭐⭐ ☕☕☕☕☕

Terima kasih untuk cerita novelnya kak, semoga sukses selalu
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
Arin
/Heart/
Wulan Sari
yeaaah sudah tamat kah Tiwi dan dokter dingin? tapi happy end kok cip kelg yg bahagia ada pelakor di hempas cip 👍
terimakasih ceritanya salam sukses selalu ya 💪❤️🙂🙏
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪❤️❤️
Tiara Bella
ceritanya bagus
Reni Anjarwani
lanjut thor
Hari Saktiawan
romantis nya 😍😍😍😍😍
Hari Saktiawan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 lucunya
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
/Facepalm//Facepalm/ permintaannya bikin geleng-geleng kepala/Joyful//Facepalm//Facepalm/
Supryatin 123
calon anak angkat thor.lnjut Thor 💪💪
Supryatin 123
🤣🤣🤣🤣 Lnjut thor 💪💪
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!