Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kesedihan Sekar.
Rumah Pratama.
Sekar masuk ke dalam kamarnya, matanya memanas menahan airmata yang hampir menetes. ucapan Alira membuatnya hampir tak percaya, seakan dunianya hancur saat itu juga.
Di tepi ranjang tidur' Sekar menoleh dan meraih pada benda pipih yang lama tak berdenting... Tak ada notifikasi dari siapapun, hanya sesekali operator yang selalu mengisi kekosongan massage ponselnya.
"Bayu... " ucap Sekar lirih, tangisnya pecah seketika. Airmata yang ia tahan kuat-kuat, akhirnya mengalir deras tak mampu lagi ia bendung.
Sekar menggenggam erat ponsel di tangannya, seolah benda itu adalah satu-satunya penghubung dengan sosok yang kini begitu jauh. Layar ponsel itu gelap, dingin, tak menunjukkan tanda kehidupan, tak ada pesan, tak ada panggilan, tak ada kabar dari Bayu.
Tangannya bergetar, suaranya tersendat di sela isak yang makin pecah.
“Kenapa kamu gak pulang, Yu… kenapa kamu gak kasih kabar sedikit pun…”
Ia menunduk, menatap perban di lengannya yang belum dilepas. Luka itu belum sembuh benar, tapi sakitnya tak sebanding dengan perih di dadanya saat ini. Kata-kata Alira berputar-putar di kepalanya tanpa ampun , “Kami lebih dari sekadar rekan…”, “Dia bilang kamu terlalu polos…” "Dan bayu sudah menikah sirih dengan ku."
Sekar memejamkan mata, memeluk diri sendiri di tepi ranjang, tubuhnya gemetar hebat. Ia berusaha mengusir semua pikiran buruk, tapi bayangan wajah perempuan itu, Alira' dengan senyum penuh kemenangan terus muncul di benaknya.
“Enggak, Bayu gak mungkin kayak gitu,” bisiknya pelan, mencoba menenangkan diri. “Dia bukan orang yang kayak gitu… dia gak mungkin nyakitin aku…”
Namun suaranya sendiri terdengar ragu. Suara itu patah di tengah kalimat, tenggelam dalam isak yang makin lirih.
Sekar menarik napas dalam-dalam, lalu menatap cermin besar di depan tempat tidurnya. Wajahnya sembab, mata memerah, rambut berantakan. Ia nyaris tak mengenali sosok di balik pantulan itu, wanita yang dulu selalu tampak kuat dan tegar, kini hancur hanya karena satu nama.
“Kalau semua itu benar…” gumamnya lemah, “lalu selama ini aku siapa buat kamu, Yu? Pantas, menyentuh ku saja, kamu tidak sudi yu. Selama ini kamu pura-pura baik.”
Ia memejamkan mata, air mata kembali jatuh. Sekar duduk di lantai bersandar pada tempat tidur, seluruh tubuhnya terasa lemah.
Tiba-tiba ponselnya bergetar pelan di tangan. Sekar terlonjak, buru-buru membuka layar dengan harapan yang nyaris seperti doa. Tapi bukan Bayu.
Hanya pesan singkat dari Arifal.
“Sekar, kamu udah istirahat? Aku baru selesai rapat. Kalau butuh sesuatu, kabarin aku, ya.”
Sekar menatap pesan itu lama. Hatinya sesak, tapi sedikit hangat di tengah kehancuran. Ia tidak membalas. Ia hanya meletakkan ponsel di meja kecil di samping ranjang, lalu menunduk memeluk lutut.
Di luar, langit mulai mendung. Angin siang berubah jadi hembusan dingin yang menyelinap lewat celah jendela. Tirai bergerak pelan, seperti ikut menyaksikan kesedihan yang kini memenuhi kamar itu.
Sekar menatap kosong ke arah jendela, suaranya nyaris tak terdengar saat ia berbisik pelan,
“Kalau kamu dengar aku, Yu… tolong pulang. Aku cuma butuh kamu jujur sama aku. Bukan kata orang lain.”
...
Dan di luar rumah' di kediaman Hasan, jauh dari kamar yang kini terisi tangis itu, Bayu sedang menatap hasil laboratorium yang baru saja tiba, dengan wajah tegang dan jantung berdegup tak karuan.
Di ruang kerja Hasan, suasana siang itu terasa begitu tegang. Bayu duduk di kursi kulit hitam, tubuhnya sedikit condong ke depan, menatap kertas hasil laboratorium yang baru saja diletakkan di meja oleh Hasan.
Kertas itu tampak biasa, tapi isi di dalamnya membuat dada Bayu bergemuruh hebat.
“Zat ini...” Hasan membuka suara pelan, menatap Bayu penuh hati-hati, “…bukan obat biasa, Yu. Dalam laporan ini tertulis bahwa cairan itu mengandung senyawa yang bisa memengaruhi sistem saraf pusat. Efeknya… mirip dengan obat halusinogen dosis ringan.”
Bayu mengangkat pandangan, rahangnya menegang.
“Jadi selama ini, dia benar-benar---"
"---membuatmu kehilangan kesadaran sebagian,” potong Hasan pelan. “Mungkin dia memberimu cairan ini lewat minuman atau makanan. Dalam dosis tertentu, efeknya bisa membuat seseorang merasa bingung, kehilangan orientasi waktu, bahkan mengalami ilusi emosional.”
Bayu membeku di tempatnya. Semua kepingan ingatan yang kabur, setiap kali ia merasa linglung, setiap kali ia mendengar suara Alira memanggil bahkan ketika ia sendirian, kini menjadi masuk akal.
Tangan Bayu mengepal di atas meja. “Jadi selama ini aku dikendalikan…?” suaranya rendah, nyaris seperti geraman. “Dia sengaja membuatku tergantung padanya, membuatku percaya aku nggak bisa hidup tanpanya.”
Hasan menatapnya prihatin. “Bayu, ini bukan sekadar permainan perasaan. Kalau benar Alira yang melakukannya, dia tahu betul apa yang dia lakukan.”
Bayu berdiri perlahan, langkahnya kaku. Ia menatap keluar jendela, napasnya berat.
“Satu hari lagi hasil DNA keluar,” katanya datar. “Kalau hasilnya membuktikan bayi itu bukan darahku… aku akan pastikan semua ini berakhir. Termasuk dia.”
Hasan hanya menatap diam, tahu bahwa dalam diri Bayu kini bergejolak antara amarah, luka, dan kekecewaan yang begitu dalam.
***
Sementara itu, di rumah Pratama, Sekar duduk di teras samping. Wajahnya masih tampak lelah, tapi kali ini tidak lagi menangis. Ia menatap secangkir teh hangat di hadapannya, pemberian Mbok Rini. Akan tetapi pikirannya jauh melayang.
...
Di halaman depan, mobil Arifal berhenti... Nunik yang telah Sekar minta untuk menunggu kedatangannya' akhirnya mengantar Arifal menemui Sekar di samping rumah mewah itu, lebih tepatnya di samping kolam renang' dengan pemandangan taman yang menyejukan pandangan.
suara langkah berat terdengar dari samping, dua orang berjalan mendekat Sekar tak menoleh.
"Non..." tegur Nunik.
Sekar menoleh sedikit terkejut, "eh, Nunik?"
Akan tetapi, pandangannya seketika berpindah... pada laki-laki yang bertubuh tegap dan tinggi menawan itu. "Arifal...?"
Arifal tersenyum. Sementara Nunik segera mempersilahkannya duduk, dan pamit pada Sekar untuk kembali bekerja membantu mbok Rini.
"ada apa, Sekar... Mengapa wajahmu murung?" tanya Arifal sembari duduk di samping Sekar. "kamu bilang' mau bicara denganku... Kamu tahu kan? Resiko datang ke rumah istri orang."
Sekar menarik napas pelan, matanya menatap air kolam yang beriak lembut diterpa angin sore. “Fal…” suaranya pelan, nyaris tenggelam dalam desau angin. “Aku baru tahu sesuatu… sesuatu yang benar-benar membuat aku tidak bisa tidur.”
Arifal menoleh, memperhatikan wajah Sekar yang tampak sendu, mata sembabnya menandakan tangis yang tertahan.
“Ada apa, Sekar?” tanyanya lembut. “Kabar apa yang sampai membuatmu seperti ini?”
Sekar menelan ludah, suaranya bergetar saat ia mulai bicara. “Alira wanita yang belum pernah aku kenal, bahkan aku tidak tahu' dia itu siapa? Tiba-tiba datang menemuiku … dia bilang Bayu … Bayu sudah menikah sirih dengannya.”
Arifal menatap Sekar tak percaya.
“Apa?”
Sekar tersenyum pahit, air matanya jatuh perlahan. “Aku juga tidak mau percaya, Fal. Tapi... Alira bilang, sebagian pakaian Bayu, jam tangan, bahkan beberapa barang pribadinya ada di rumah dia. Aku sempat berpikir Alira hanya ingin memprovokasi, tapi… semua yang dia tunjukkan terasa terlalu nyata.”
Arifal mengernyit, mencoba memahami. “Sekar, apa kamu yakin? Bisa saja dia membohongimu.”
Sekar menggeleng lemah. “Aku ingin percaya Bayu tidak seperti itu, tapi Wanita itu … dia tahu hal-hal yang bahkan hanya bisa diketahui orang yang sangat dekat dengan Bayu. Dan... dia juga bilang sesuatu lagi,” Sekar terisak, “Dia bilang, Bayu menyebut aku wanita tak berguna… yang cuma tahu mengeluh dan menangis.”
Arifal menatap Sekar lama, matanya penuh empati. Ia menarik napas dalam, menahan amarah yang terselip di balik rasa iba. “Sekar… jangan biarkan kata-kata orang seperti itu menjatuhkanmu. Kamu bukan wanita lemah. Kamu cuma terluka, dan itu wajar. Tapi kamu bisa bangkit. Kamu bisa berdiri di atas kakimu sendiri.”
Sekar menatap Arifal, matanya berair tapi ada sedikit cahaya harapan yang kembali muncul. “Aku… sudah memikirkannya, Fal. Aku nggak mau terus begini. Aku ingin bekerja. Aku ingin punya kehidupan yang bisa aku kendalikan sendiri.”
Arifal mencondongkan badan sedikit. “Kamu serius?”
Sekar mengangguk. “Aku ingin bekerja di toko rotimu. Aku tahu itu besar dan sibuk, dan aku belum punya pengalaman… tapi aku mau belajar. Aku ingin mulai dari nol.”
Senyum hangat terbit di wajah Arifal. “Sekar, kalau itu yang kamu mau… aku akan bantu. Aku akan ajari kamu. Kamu bisa mulai dari jadi pengawas di toko. Kamu punya ketelitian dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Aku percaya kamu bisa.”
Sekar menatapnya, terharu. “Terima kasih, Fal… aku nggak tahu harus bilang apa.”
“Bilang saja kamu siap,” ujar Arifal lembut, menatapnya penuh keyakinan. “Mulai hari ini, Sekar. Bukan lagi wanita yang ditinggalkan, tapi wanita yang akan berdiri dan menemukan arti dirinya sendiri.”
Sekar mengangguk, senyumnya muncul perlahan di antara sisa air mata. Angin sore kembali berembus, membawa rasa hangat yang perlahan menenangkan luka di hatinya.
"sudah, jangan menangis. Sekar yang aku kenal sejak SMP adalah wanita kuat yang tak cengeng."
Sekar segera menyeka airmata nya dan mencoba mengulas senyum Kembali.
Sekar jgn percaya begitu saja sama Alira dong 🥲🥲 Bayu cuma di jebak 🥲🥲
Alira pelakor stress 😅😅😅
kasihan Sekar semoga Sekar percaya begitu saja sama perkataan Alira 🥲🥲
akhirnya Sekar bakal kerja di toko nya Arifal 😄😄
penasaran sama lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu lanjut kan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
penasaran dg lanjutannya..
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🥰💪💪
semoga nnt Sekar bisa kerja di Toko..
bagus juga Sekar Mandiri 😁😁
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn jika nnt Bayu tau yaa 😆😆
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap terus semangat ya Sayyy 🥰🤗💪💪🤗
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu Emak Ncingg si Gemoyyy tetap semangat Sayy 🤗🥰💪
penasaran dg lanjut nya gmn yaa nnt jika Bayu tau Sekar kecelakaan?? di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🤗🥰💪
duhh kira² berhasil gk yaa Bayu...
gmn hasilnya nnt??
di tunggu updatenya author kesayangan kuuu Emak Ncinggg si Gemoyyy tetap semangat ya Sayyy 💪💪🥰🥰🤗🤗
semoga Sekar baik² saja 🥲🥲
gmn nnt reaksi Bayu setelah tau Sekar kecelakaan??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu Semangat ya Sayyy 🐱🤗🥰💪
kira² berhasil gk yaaa??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🥰🐱💪
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan kuuu terus semangat Sayyy 💪🥰🐱☺🤗