"aku...aku hamil Rayan !!" teriak frustasi seorang gadis
" bagaimana bisa laa" kaget pemuda di depannya.
Laluna putri 19 tahun gadis desa yatim piatu yang tinggal bersama neneknya sejak kecil.
Rayyan Aditya 22 tahun mahasiswa semester akhir anak orang berada asal kota.
Alvino Mahendra 30 tahun CEO perusahaan besar AM grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rizkysonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13.
Luna duduk kaku di kursi ruang tamu yang megah itu, dikelilingi wajah-wajah asing yang menatapnya tanpa senyum. Suasana begitu sunyi hingga detak jam di dinding terdengar menekan dada. Cangkir teh di tangannya bergetar halus, sementara pikirannya sibuk menebak, apakah kehadirannya di rumah ini benar-benar keputusan tepat—atau justru malah akan menjadi penyesalan.
" sekarang saya tanya sekali lagi, ada perlu apa kalian mencari putra saya?" tanya seseorang yang dari tadi menatap Luna tajam
Di ruangan itu semua kumpul ada pak Roby papah nya Rayan, ibu Meri mamah Rayan dan juga Tomi kakak Rayyan.
Ya setelah tadi mereka bicara sebentar di luar, sekarang mereka duduk di ruang tamu, beruntung sang tuan rumah mengijinkan Luna dan nek Lasmi masuk. Karena kasihan abis perjalanan panjang katanya, walau sang nyonya sebenarnya keberatan.
" maaf Bu saya kesini mau ngantar cucu saya untuk bertemu dengan Rayyan" nek Lasmi menjelaskan lagi, karena melihat Luna yang hanya diam sambil menunduk
" ada perlu apa?emang kalian kenal anak saya dimana?"
" kami dari desa tempat Rayyan KKN kemarin, karena ada sesuatu hal kami mohon untuk bertemu dengan Rayyan "
" kalian pasti mau memanfaatkan anak saya kan?" ucap nyonya itu sinis
" tidak... Kami tidak punya niat begitu, kami benar-benar harus ketemu Rayyan sekarang "
" sudahlah mahh... kamu coba hubungi saja Rayyan, biar semua jelas" kata papah Rayyan
" tapi pahh.. Bagaimana kalau mereka cuma mau memanfaatkan anak kita, papah tau sendiri kan kalau Rayyan itu masih polos" ucapan Bu Meri sungguh menyakitkan hati tamu nya.
nek lasmi hanya diam tidak tau harus berkata apa, begitu juga dengan Luna, walau hatinya sedih ia tetap diam tidak mau bicara tentang keadaannya, nanti saja nunggu Rayyan pikirnya
" biar aku saja pah yang menghubungi nya" kata tomi
" ya cepetan" pak Roby setuju
tutt...tutt telepon tersambung
" ia kak ada apa?" jawab
" dek ada orang mencari mu, dari desa katanya penting harus ketemu kamu" kata tomi langsung
" apa seorang perempuan muda?" terdengar Rayyan penasaran
" ya ia bersama neneknya "
" kak Tolong jangan suruh mereka pergi, aku pulang sekarang " panggilan langsung terputus sebelum Tomi bertanya apapun
" baiknya kalian istrahat dulu, sambil nunggu Rayyan pulang" mendengar suara anak nya panik pak Robi memutuskan untuk menyuruh tamu nya istirahat pasti ada hal penting yang akan di sampaikan.
" terimakasih pak"
.
.
****************
pukul 9 malam baru lah Rayyan tiba. Ia tergesa-gesa turun dari mobil nya. Selama perjalanan ia tidak bisa fokus ingatan tentang Luna kembali terbayang, beruntung ia sampai dengan selamat mengingat ia mengendarai mobil seperti yang di kejar kejar sesuatu.
"Dimana Luna nya mah pah" baru juga membuka pintu Rayyan langsung bertanya tentang Luna
" kamu ini datang-datang bukanya tanyain kabar orang tua, malah orang lain yang kamu tanyakan!" Bu Meri berkata sinis
" maaf mah.." kemudian Rayyan duduk dekat Tomi
" tom panggil mereka " suruh pak Robi
Tidak lama terdengar langkah langkah mendekat dan refleks Rayyan menoleh
degg
degg
" lalaa ini benar kamu?" Rayyan langsung berdiri, sementara Luna hanya menunduk
" ayo semua duduk" titah pak Robi
Setelah beberapa saat semua terdiam, Luna bingung mau bicara dari mana dulu
" nak Luna sekarang coba jelaskan ada keperluan apa sampai datang ke sini mencari anak kami?" pak Robi mulai bicara
Luna hanya diam, ia melirik Rayyan sebentar terus menunduk lagi
" laa.. Kamu gak nyaman bicara disini?" tanya Rayyan lembut, melihat Luna bergetar dan menitikkan air mata Rayyan mengerti bahwa Luna tidak siap bicara
" ayo kita bicara di luar sebentar" ajak nya
Luna mengangguk setuju
keduanya berdiri dan langsung keluar rumah, Luna sadar semua orang menatapnya tidak suka
" jangan lama-lama" kata Bu Meri mengingatkan, keduanya hanya mengangguk.
.
.
.
" sekarang coba jelaskan, apa yang membuatmu sampai datang kesini laa"
" kenapa kak Rayyan tidak bisa di hubungi?" bukannya menjawab pertanyaan Rayyan Luna malah balik bertanya
" maaf laa, hp ku hilang dan aku gak inget no kamu, apa kamu baik-baik saja?"
ditanya begitu Luna menggelengkan kepalanya lantas nangis ia sudah tidak bisa membendung air mata nya, ia menangis luruh di lantai sambil terisak
" laa bangun laa jangan seperti ini, kamu bilang pelan-pelan ya agar aku mengerti"
" laa.. Sebenarnya kamu kenapa, kalau gara gara aku gak hubungi kamu aku minta maaf laa, rencananya akhir bulan nanti aku mau berkunjung ke rumah kamu"
Luna tetap menangis, bibir nya kelu untuk berkata
" jawab laa kamu kenapa?"
" aku... AKU HAMIL RAYYAANN" dengan penuh kekuatan dan juga emosi yang sedari tadi di tahan Luna berhasil mengatakannya dengan lantang
" gak mungkin laa.." ucap Rayyan pelan setelah beberapa saat terdiam
Brukk... Suara sesuatu terjatuh di lantai, mengagetkan Rayyan yang masih diam membeku tidak percaya
degg...
" Mamah... " Rayyan bergegas nyamperin Bu Meri
ternyata Bu Meri mendengar apa yang Luna ucapkan, ia tidak pingsan hanya saking terkejutnya sampai lemas tak bertenaga.
buk Meri keluar untuk memanggil keduanya karena dirasa sudah cukup mereka berbicara
" mamah kenapa dek?" tanya Tomi khawatir langsung membantu Rayyan memapah Bu Meri, begitu juga dengan pak Robi
" kita bawa mamah duduk dulu kak"
Setelah semua tenang kembali juga Luna yang sudah duduk dekat nek Lasmi sambil terisak pelan, pak Robi kembali bertanya apa yang terjadi sebenarnya.
" sekarang jelaskan Rayyan apa yang terjadi?"
" maafkan Rayyan pah... Rayyan ngaku salah papah boleh menghukum Rayyan tapi tidak dengan Lala, dia tidak bersalah pah semua salah Rayyan " Rayyan bersimpuh di hadapan orang tuanya, pak Robi dan juga Tomi bingung berbeda dengan Bu Meri yang menggelengkan kepalanya sambil menangis
" apa maksudmu.." bentak pa Robi sudah mulai mengerti situasinya
" Lala sekarang sedang mengandung anak ku pah" ucap Rayyan pelan sambil menunduk
Plakk
Plakk
untuk pertama kalinya pak Robi menampar anak bungsu nya itu, ia marah juga kecewa kepada dirinya sendiri yang telah gagah mendidik anak nya
Rayyan hanya diam walau pipinya sakit bahkan sampai berdarah di ujung bibirnya.
" kamu sadar apa yang telah kamu lakukan? Bukan cuma mempermalukan orang tua tapi kamu juga menyakiti hati kita" pak Robi berteriak tak terkendali
" pah tenang dulu pah... Papah duduk dulu" Tomi mencoba menenangkan papahnya
" mana bisa papah tenang Tom, anak kesayangan kita sudah melemparkan kotoran di wajah kita"
melihat suami nya marah buk Meri bangun matanya tertuju pada Luna
" semua hanya bohong kan? Pasti kalian berbohong dan mau memanfaatkan anak saya, ini pasti penipuan kan?" ujar Bu Meri sambil menunjuk wajah Luna.
.
.
.
.
.
Sampai sini dulu ya... Selamat membaca.. Mohon maaf bila banyak kata yang tidak nyambung juga banyak typo nya🙏😃
Jangan lupa like dan komen dan vote biar author semangat... Love you 😍😍😍