Aruna adalah seorang perawat di poli psikiater yang bekerja bersama sahabat lamanya, Dirga — seorang dokter psikiater . Persahabatan mereka yang telah terjalin sejak SMA berlanjut hingga dewasa, bahkan keluarga mereka pun saling mengenal dekat. Namun kehidupan Aruna berubah ketika ia mulai menerima teror misterius dari seseorang yang terus mengintainya. Ketakutan membuatnya mencari perlindungan pada Dirga tanpa berani menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah tekanan batin itu, keduanya juga menghadapi desakan orang tua masing-masing untuk segera menikah.
Dalam kebingungan dan rasa terdesak, Aruna dan Dirga akhirnya sepakat menikah. Bagi Dirga, pernikahan itu hanyalah cara memenuhi keinginan keluarga. Namun bagi Aruna, keputusan itu menyimpan alasan tersembunyi . Seiring waktu, Dirga mulai melihat sisi lain dari Aruna: trauma, luka, dan rahasia masa lalu yang membuatnya hancur dalam diam.
Akan kah Cinta akan menyatukan mereka atau mungkin akan memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 . Acute Stress Disorder
Detak jarum jam diding terus berbunyi dan Aruna serta Iren sudah setengah jam membujuk seorang gadis yang di bawa oleh ibunya menemui dokter untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya.
Gadis itu terus ketakutan menatap ke sekeliling ruangan, wajahnya pucat seolah tak terjamah aliran darah, wajah ketakutan dan kehawatiran padanya tergambar jelas. Dan paling membuat Aruna penasaran adalah saat gadis itu terus bersembunyi di balik punggung ibunya saat melihat seorang pria. Tubuhnya langsung bereaksi gemetar ketakutan, derai air matanya terus mengucur seperti semua pria - pria yang ia lihat akan menyakitinya.
Tangan gadis itu tak lepas dari pegangan erat pada baju ibunya, membuat Iren perlahan meraih tangan gadis itu mengelusnya dan menatapnya penuh ketulusan.
"Hai.... Nama kamu Nadira bukan?. " ucap Dokter Iren namun tak di acuhkan oleh Gadis itu. Gadis itu masih tidak melepaskan pegangannya . "Di sini aku bisa bantu kamu, kamu bisa menceritakan apapun yang nggak bisa kamu ungkapkan. " ucap Iren .
Aruna ikut mendekat dan berjongkok di dekat gadis itu. "Dokter Iren bakal bantu kamu buat nggak ngerasain rasa takut lagi, kamu akan bisa menjadi diri kamu yang dulu. Kamu yang hebat,kamu yang ceria , kamu yang nggak takut dengan siapapun. "
"Tapi untuk itu aku juga harus tau kamu kenapa, orang tua kamu juga harus tau apa yang terjadi dengan kamu. agar kamu nggak ketakutan dan tertekan sendirian lagi. Semua orang sayang sama kamu Nadira , semua orang nggak mau kamu seperti ini dan kamupun pasti nggak mau seperti ini. "jelas Iren dengan perkataan yang begitu tulus.
Kali ini Nadira menatapnya, air matanya mengenang di pelupuk mata. Pelan - pelan tangannya beralir memegang tangan Iren dengan gerakan yang gemetar bibirnya mulai terangkat untuk bicara.
"Se- semua laki -laki itu menyentuhku... hiks... hiks.... " ucap Nadira dengan nafas terengah - engah dan air mata yang bercucuran.
"Tubuhku.... hiks..hiks" Nadira meremas lengannya kuat dengan tangan yang menyilang di dada.
"Mereka menikmati setiap jengkal tubuhku hiks... hiks.. hiks... "tangis Nadira mulai histeris kejadian yang menimpanya membuatnya begitu trauma.
Ibu Nadira tak kuat menahan tangis ia langsung memeluk anaknya dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Ibu Nadira tidak menyangka kejadian itu terjadi pada putrinya.
Aruna yang saat itu berjongkok di dekat Nadira seketika melemah, air matanya ikut menetes. Apa yang di alami Nadira membuatnya teringat dengan apa yang ia alami. Lagi - lagi tangannya gemetar, tapi Aruna sekuat mungkin menagan tangannya.
"Jangan...fokus Aruna lo lagi kerja. Tarik nafas.. buang... tarik nafas buang. "
"Lo harus tenang ada orang harus lo tenangin melebihi diri lo sendiri!. "batin Aruna berusaha untuk berdiri meski kakinya terasa lemah.
Iren semakin menggenggam tangan Nadira kuat, " Aku paham kejadian itu pasti tidak bisa lepas dari kepalamu, aku merasakan kesedihan dan ketakutan yang kamu rasakan. Terima kasih sudah mempercayai aku untuk berbagi kesedihanmu. "ucap Iren lalu menatap ke arah Ibu Nadira.
"Apayang di alami oleh Nadira adalah reaksi stres akut, Bu. Dalam dunia medis kami menyebutnya Acute Stress Disorder.”
Ibu Nadira mengerutkan keningnya, "Maksudnya bagaimana dok? " tanya Ibu Nadira menepis air matanya yang masih menetes.
“Setelah seseorang mengalami peristiwa yang sangat menakutkan seperti pelecehan atau ancaman ,tubuhnya bisa bereaksi seolah-olah bahaya itu masih ada.Walau kejadian sudah lewat. Itu sebabnya Nadira sering gemetar, sesak, bahkan takut kalau melihat laki-laki. Tubuhnya masih berada dalam mode bertahan, belum sempat merasa aman.”
Aruna yang berdiri di sisi meja menambahkan pelan.
“Jadi sebenarnya dia lagi berjuang, bukan menolak dunia. Otaknya masih mengira semua orang bisa melukai dia.”
“Untuk sementara ini, lebih baik Nadira istirahat dulu, Bu. Fokusnya bukan berhenti selamanya, tapi memberi ruang buat dia pulih. Ada sekolah yang menyediakan sistem home learning atau belajar jarak jauh. Itu bisa jadi pilihan sementara karna kejadian itu terjadi di sekolah memaksa Nadira untuk kembali ke sana akan membuat traumanya semakin parah. ”jelas Dokter Iren.
Ibunya menatap Nadira dengan air mata tertahan.
“Lalu apa yang harus kami lakukan di rumah, Dok?”
Iren menulis di selembar kertas:
“Pertama, jangan paksa Nadira bicara atau keluar kamar kalau belum siap.
Kedua, bantu dia melakukan hal sederhana yang menenangkan, seperti mendengarkan musik lembut, menggambar, atau membaca.
Ketiga, latihan pernapasan setiap kali panik datang ,Aruna akan pandu nanti.”
Ia menatap Nadira, nada suaranya menenangkan sekali.
“Dan yang paling penting, Nadira… kamu nggak perlu buru-buru sembuh. Luka itu baru, wajar kalau masih perih. Tapi kamu aman sekarang, dan kami di sini buat jagain kamu sampai perihnya perlahan reda.”
Nadira menatap Iren perlahan, bibirnya bergetar tapi kali ini bukan karena takut melainkan karena merasa dimengerti. “Aku takut, Dok… tapi aku pengen berhenti takut.”
“Itu langkah pertama yang luar biasa,” jawab Iren lembut. “Kamu udah mulai sembuh, Nadira.”ucap Iren menatapnya dengan senyuman.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keran air di westafel masih mengalir, Aruna menampung air itu dengan kedua tangannya lalu membasahi wajahnya beberapa kali.Aruna menarik nafas dalam sebelum ia menatap dirinya ke pantulan cermin.
"Gue bisa menguatkan orang- orang, membantu mereka keluar dari trauma - traumanya . Gue juga tau semua trauma dan penangannya tapi kenapa semua itu seolah nggak berlaku utuk penyembuhan gue. "
Klik
"Menyembuhkan siapa Run ?.... Elo? "
Maya tiba - tiba saja keluar dari dalam toilet yang berderet di belakang Aruna.
Aruna menatap Maya dari pantulan cermin wajahnya mengeras , terkejut dengan kemunculan Maya yang tiba - tiba.
.
.
.
Bersambung.
Sesangar - sangarnya dokter Iren kalau sama pasien auranya jadi baik banget. Tapi dokter Iren emang baik nggak sih? 🤔
...~Dokter Iren ~...
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤