⚠️ *Peringatan Konten:* Cerita ini mengandung tema kekerasan, trauma psikologis, dan pelecehan.
Keadilan atau kegilaan? Lion menghukum para pendosa dengan caranya sendiri. Tapi siapa yang berhak menentukan siapa yang bersalah dan pantas dihukum?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.H., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Latihan Yang Melelahkan
Siang itu pekerjaan ku menumpuk, tanganku sibuk didepan layar leptop, aku duduk dibalik meja kerja, menatap layar leptop yang dipenuhi angka dan laporan. Laporan-laporan menumpuk, mata terasa berat, tapi pekerjaan tak bisa ditinggalkan begitu saja.
Tiba-tiba ponselku bergetar di atas meja. Suaranya nyaring, aku menoleh dan mendapati nama yang tertera, Antoni.
Aku mengerutkan kening bingung. Untuk apa dia menelponku? Apa ada hal penting?
Aku menghela napas dan mengangkatnya.
"Lion, kamu sibuk? Ada sesuatu yang harus saya katakan..." suara antoni terdengar, ada nada penting di sana.
Tapi aku langsung memotongnya, dengan nada cepat dan datar. Saat ini aku sedang memikirkan pekerjaanku yang harus kunjung selesai untuk bahan rapat mengenai pembangunan hotel bersama perusahaan Beltrame salah satu perusahaan terbesar dikota ini.
"Maaf, hari ini aku sedang sangat sibuk. Bisa nanti saja?" Ucapku dinggin lalu tanpa menunggu jawaban, aku menutup telepon.
Jujur saja aku juga sebenarnya penasaran. Ada hal penting apa yang akan Antoni katakan, tapi ini bukan waktu yang tepat.
Hingga jam makan siang akhirnya datang. Aku menutup leptop dan mengerakan tubuh kekiri dan kekanan. Aku menghela nafas panjang dan membuka gorden.
Aku berada di lantai paling atas , lantai 30 ruangan ku. Aku menatap orang-orang dari atas yang terlihat begitu kecil.
"Perbuatan buruk, berbuah petaka. Hukuman tiba, sebagai konsekuensi nyata. Menyadari kesalahan setelah dihukum lalu, Memperbaiki diri, menjadi manusia yang utama." Ucap ku Dinggin sambil tersenyum kecil.
Kini aku keluar dari kantor dan menyebrang ke kafe kecil di seberang jalan. Tempatnya sederhana, tapi cukup nyaman untuk mengistirahatkan kepala.
Aku duduk di sudut ruangan, memesan makanan, dan mencoba membiarkan pikiranku mengambang. Aku membuka ponsel, ingin melihat seberapa jauh polisi menangani kasus kematian Rio. Padahal sudah seminggu ini masih belum ada tanda-tanda. Sidik jari atau barang bukti lenyap seperti ditelan bumi.
Namun, saat aku sedang menyesap minuman, sambil menonton berita pandanganku tiba-tiba tertuju ke arah lain. Di meja dekat jendela, seorang wanita sedang tertawa—tawa yang ringan, lepas, dan entah kenapa… sangat familiar.
Aku menajamkan pandangan. "Itu Rina. Sudah lama aku tidak melihatnya dia begitu sangat cantik." Guamamku, entah kenapa tiba-tiba aku memujinya.
Dia mengenakan blus sederhana dan rambutnya diikat rapi. Di sampingnya, seorang wanita lain yang sepertinya teman sejawatnya. Rina tertawa sambil sesekali menutup mulut,
Tiba-tiba dadaku berdetak lebih kencang dari biasanya.
Sial. Kenapa aku begini?
Aku mencoba menunduk, berpura-pura sibuk dengan ponselku. Tapi saat aku beranikan diri melirik lagi, mataku bertemu dengan matanya. Kami saling tatap—hanya beberapa detik, tapi rasanya seperti lama sekali.
Aku merasa salah tingkah. Mau menoleh pun rasanya canggung. Tapi Rina justru tersenyum... dan melambaikan tangan ke arahku.
"Lion," sapa bibirnya pelan, meski aku tak mendengar suaranya.
Aku tak membalas, sebaliknya aku menundukkan pandangan agar tak menatap matanya. Entah kenapa, pipiku terasa panas. Aku terlihat seperti menjaga pandangan sama lawan jenis dan itu terlihat konyol.
Di tengah kesibukan dan tekanan pekerjaan, aku tak menyangka bisa bertemu tatap dengannya—dengan cara seperti ini. Ada sesuatu dalam senyumnya yang terasa… lebih dari sekadar ramah.
Mungkin hanya perasaan sesaat.
Disisi lain, Rafael kini diajarkan cara bela diri sama Will asisten pribadi ayahku. Ingatkan kalian?
Nah, Rafael sudah belajar bela diri semenjak seminggu yang lalu atas permintaan ku.
"Kau terlalu lemah, jadi aku harap, kau harus kuat biar ga jadi pengecut." Ucapku dinggin pada Rafael di depan Will.
"Latih dia sekeras mungkin."
"Baik tuan muda." Kata will patuh.
Semenjak satu Minggu latihan, Rafael benar-benar kewalahan. Latihan demi latihan yang Will kasih membuatnya tak bisa protes. Sedikit protes saja akan dapat hukuman lebih dari latihan yang dia dapat.
Sudut pandang Rafael.
Aku berdiri di salah satu ruangan kosong bahkan dindingnya berwarna hitam seperti penjara.
Didepannya ada Will yang berdiri tegap sambil menjelaskan. Aku tahu bahwa latihan hari ini akan berat.
"Pertama-tama, kita akan berlatih tendangan depan," kata Pak will.
Aku mengangguk dan mulai melakukan tendangan depan dengan kaki kananku. Will memberikan umpan balik, memperbaiki teknikku dan membuatku berlatih lagi dan lagi.
Setelah puas dengan tendanganku, Pak will berkata, "Sekarang, kita akan berlatih serangan dan melawan serangan. Aku akan menjadi musuhmu, dan kamu harus melawan seranganku."
Aku mengangguk, siap untuk menghadapi tantangan. Jujur saja dalam seminggu ini aku sudah paham karna latihan yang Will kasih begitu keras.
Will mulai menyerang dengan tendangan samping, dan aku dengan cepat menghindar ke samping dan membalas dengan tendangan belakang. Pak will terkejut, tapi dia tidak menyerah. Dia menyerang lagi dengan pukulan, dan aku membloknya dengan lenganku.
"Tendangan serangan yang efektif harus memiliki kecepatan, kekuatan, dan akurasi," katanya sambil menyerang lagi. "Kamu harus dapat membaca gerakan musuh dan menyerang pada saat yang tepat."
Aku mengangguk, mencoba memahami kata-katanya. Aku berlatih lagi dan lagi, meningkatkan kecepatan dan kekuatanku. Dia memberikan tips dan trik, membuatku menjadi lebih baik.
"Baca gerakan musuh, posisikan diri dengan baik . Gunakan blokiran. Balas dengan serangan"
Setelah beberapa jam berlatih. "Cukup untuk hari ini. Kamu telah melakukan dengan baik." Aku merasa lelah, tapi juga puas dengan kemajuan yang telah aku capai."
Aku menghela nafas lega, jujur saja sedari tadi aku menunggu lelaki tua itu mengeluarkan kalimat emas yang entah kenapa sulit untuk terucap di bibirnya.
*
*
*
Hay Author baru bisa update karna sibuk dengan pekerjaan😊 selamat membaca
iblis✔️
mampir juga yuk ke cerita ku "Misteri Pohon Manggis Berdarah"